BAB XVIII : SEMAKIN RENGGANG

16 10 0
                                    

BAB XVIII : SEMAKIN RENGGANG

☆☆☆

Mungkin hubungan kita perlu jeda. Dan jika diantara jeda itu rindu tumbuh, artinya kamu memang berharga untukku. Dan 'kan kupertahankan kamu sekuat-kuatnya aku.

☆☆☆

Note: duh, bakalan jarang ada percakapan kayaknya. Ini mereka berdua bakalan saling diem-dieman (O_O)

Malam hari sebelum makan malam, Alfarezi duduk di ruang keluarga seraya menonton televisi. Acara yang ditayangkan adalah berita harian, Alfarezi memang selalu update tentang kehidupan di luar sana.

Secangkir teh hangat ada di atas meja berjejer dengan kue-kue kering yang siap untuk disantap. Lilin aroma terapi juga ada disana, mengharumkan ruangan yang memang sudah harum sebelumnya. Keadaannya yang mulai menurun membuat sang mama berusaha menciptakan suasana tenang dan nyaman.

Ibaratnya Alfarezi adalah ikan, Anggun harus memastikan kolamnya selalu bersih dan tenang, kalau keruh maka Alfarezi bisa saja mati.

"Besok kamu harus ke rumah sakit, Zi." Sang mama datang dari dapur, aroma sedap masih menguar dari ruangan itu, tanda kalau sang mama sedang memasak namun ditinggal.

"Aku baik-baik aja."

"Setelah kemarin kamu aritmia? Coba bayangin kalau Ezza enggak datang tepat waktu?" Mata wanita itu mulai berkaca-kaca, nampak sudah sisi rapuhnya. "Mama enggak bisa bayangin dan enggak mau ngebayangin!"

Alfarezi bangkit dari duduknya, mendekat kearah sang mama dan memeluknya. "Mama tenang aja, aku enggak akan kemana-mana." Katanya mencoba menenangkan. Kalimat itu hanya kalimat untuk membuat mamanya tenang, Alfarezi sejujurnya tidak pernah tau kapan ia akan pergi, entah nanti, besok atau bahkan malam ini.

Anggun mengelus-elus pundak putra sulungnya. "Kamu kenapa? Ada masalah?"

Alfarezi menggeleng. "Enggak ada."

"Terus kenapa kesehatan kamu menurun? Kalau ada apa-apa cerita, jangan dipendem sendiri! Jangan bikin mama panik!" Dikecupnya puncak kepala putra kesayangannya.

Alfarezi melepas pelukan, dia menujukkan senyum terbaiknya. "Serius, aku enggak papa. Enggak ada masalah. Mungkin, aku cuma terlalu kecapean? Aku cuma lagi ngerasa capek."

Alfarezi tidak bohong. Dia sedang merasa lelah akan kehidupannya. Terlalu banyak larangan yang ia terima membuatnya lelah.

"Mau rehat sekolah dulu?"

"Enggak perlu, Ma." Anggun tersenyum paksa mendengar kalimat anaknya. "Ma, masakannya nanti gosong lho." Katanya dengan ditutup tawa.

"Jangan sembunyikan apa pun dari Mama. Mama sayang kamu."

Alfarezi termenung. Dia menatap mamanya yang kembali kedapur. Laki-laki itu menghela napas, dia tidak menyangka kesehatannya akan menurun sedrastis ini hanya karena sosok Kia. Namun takdir mereka sudah terlanjur bersinggungan, sekuat apa pun Alfarezi berusaha menjauh, pada akhirnya ia akan mendekat pada Kia meski tanpa sadar.

Kia terlanjur masuk ke dalam hatinya yang dingin, gadis itu sudah terlanjur duduk disinggasana yang sudah lama kosong, lalu mengaku menjadi ratu di dalam sana.

Altezza menguap lebar, dia mengacak rambutnya yang memang sudah acak-acakan, anak itu turun dari lantai dua dan melangkah menuju ruang keluarga. Duduk disana tanpa sepatah kata yang ramah, dia meraih remot televisi dan mengganti siarannya menjadi tayangan Upin-Ipin.

𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang