BAB XXI : RUMAH TAK BERTUAN
☆☆☆
Setiap orang-orang menceritakan tentang 'rumah', aku selalu bingung.
Sebab, rumahku tidak memenuhi persyaratan yang ada.
Dia tidak ramah, tidak indah pun tidak hangat.Saat orang-orang berbicara ingin pulang, aku juga bingung.
Pasalnya, aku akan pulang kemana?
Karena bahkan, aku tidak punya rumah.Bagiku, rumah bukan hanya sekedar kastil megah.
Dibangun dengan material mewah.
Rumah lebih dari itu.
Dia yang memberi peluk serta kecupan lembut.Setiap mendengar kata rumah, aku selalu ingat kamu.
Sayangnya, kamu tidak mau dianggap sebagai rumahku.☆☆☆
Sesuai dengan namanya, Anggun Calysta adalah salah satu wanita teranggun yang pernah ada. Diam saja dia menarik perhatian, apalagi ketika ia berbicara dengan suaranya yang merdu namun tidak meninggalkan kesan tegas. Dia wanita yang sangat terlihat angkuh namun mempunyai hati yang lemah lembut.
Anggun selalu dingin pada sesamanya, namun meleleh pada seekor kucing atau kelinci. Mungkin justru ia lebih menyayangi hewan daripada rasnya sendiri.
Dalam gedung kantor yang berdiri dengan megah itu Adelardo—pemilik perusahaan tengah menyingsing ujung kemejanya seraya melangkah menuju ruangan sekretarisnya. Wanita itu tidak ada, membuat Adelardo menanyakan keberadaan Anggun pada karyawan yang ada disekitar sana. "Mana Bu Anggun?" Tanyanya dengan suara berat khasnya.
"Saya lihat tadi di luar. Biasa, ngurus kucing." Wanita yang menjawab bernama Amelia. Salah satu karyawan terbaik di perusahaan fashion ini.
Adelardo mengerti, ia melangkah menuju pintu keluar gedung dengan diikuti tiga gadis dibelakangnya tanpa ia sadari. Pria yang hampir berumur 40 tahun itu menatap wanita yang berjongkok dan menatap para kucing jalanan.
"Anggun." Sapanya dengan suara khas miliknya.
Anggun menoleh, dia langsung bangkit dan menunduk hormat. "Maaf, saya sudah siapkan mobil untuk Bapak."
Pak Ardo tersenyum tipis, "jasnya?"
"Ada di dalam."
"Baik. Kita harus bergegas, desainer yang akan kita temui kali ini sedikit menjengkelkan." Pria itu memasuki mobil dan duduk di kursi belakang, sedangkan Anggun langsung duduk di kursi penumpang bagian depan.
Dari dalam gedung, tiga wanita sejak tadi bersikap layaknya penguntit dan penguping. Wanita-wanita itu kemudian duduk melingkari sebuah meja dan mulai bergosip ria.
"Lihat, Mbak A tadi? Dia selalu aja sok anggun." Kata seorang wanita berkulit eksotis dengan rambut keriting. Panggil saja namanya Amelia.
"Denger-denger si, Bu Fiona sering ribut sama Pak Bos gara-gara Mbak A." Seorang wanita lajang dengan rambutnya yang di kucir kuda, dia mengaduk-aduk minumannya. "Biasa. Kisah cinta orang ketiga." Yang ini panggil saja namanya Monica.
"Setau gue si, Mbak A itu cerai sama suaminya karena perselingkuhan. Enggak tau si siapa yang selingkuh." Julia berkata demikian. Dia seorang wanita lajang juga, mempunyai rambut pirang dan warna kukunya selalu berganti-ganti. Hari ini kukunya berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Fiksi Remaja[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...