BAB IV : JANGAN SAMAKAN AKU DENGANNYA!

23 13 0
                                    

BAB IV : JANGAN SAMAKAN AKU DENGANNYA!

☆☆☆

Aku ya aku.
Dia ya dia.

Kami dua orang yang berbeda. Punya tubuh dan jiwa yang tak sama. Aku tidak bisa seperti dia, dan dia juga tidak akan bisa menjadi seperti aku.

☆☆☆

"Nyontek sini." Arkan berkata seraya menarik buku Rayyan, ia hendak menyontek tugas PJOK meski sejujurnya mereka beda jurusan.

"Emang materinya sama?" Tanya Rayyan seraya memberikan bukunya untuk lebih dekat pada Arkan.

"Emang sejak kapan PJOK materinya beda-beda? Perasaan begitu-begitu mulu."

"Begitu-begitu mulu tapi remed terus. Bego tuh jangan di formalin, awet nanti." Kata Altezza dengan tawa kecil, mengejek.

"Bisik, lu! Lo kaga remed juga hasil nyontek!"

"Eh, enak aja! Gue anti nyontek-nyontek club! Ketaulah, kalau itu akan membuat kita ketergantungan. Jangan biarkan lo bergantung pada orang lain. Apalagi bergantungnya pada pohon sambil makan pisang."

Melayanglah sudah buku tulis itu pada kepala Altezza, bunyinya cukup keras sampai membuat banyak orang menoleh padanya. "Bukannya termotivasi malah gue jengkel anjir!" Geram Arkan. "PTS kemarin kita satu kelas, dan lo nanya ke gue."

"Nah itu. Gue 'kan nanya, bukan nyonyek." E, gimana ya, Altezza enteng sekali ngelesnya.

"SAMA AJA, EGOO!" Rayyan menarik Altezza keketeknya.

"BEDA LAH, EGO!" Anak itu memberontak, setelah lepas dari cengkraman Rayyan, dia menatap tajam kedua sahabatnya. "Nyontek tuh gini, gue lihat jawaban lo diem-diem! Itu namanya nyontek! Kalau nanya itu; eh, Ray, Ar, nomor dua apa? ITU TANYA! BEGO BANGET SI LO BERDUA!"

"ZAA! OTAK LO BULUS BANGET ASLI!"

Keluar sudah tawa merdu milik Altezza. Kedua matanya yang cokelat terang menyipit lucu, pipinya yang sedikit berisi terangkat dan bibirnya membentuk senyuman sempurna, nampak deretan gigi atas yang rapi, lidahnya yang merah muda terlihat cekung. Satu kata untuk wajahnya yang sekarang, lucu. Semua orang menyukai saat Altezza tertawa senang seperti sekarang.

Sejujurnya, Altezza sama sekali tidak mengambarkan sosok badboy pada umumnya. Dia tidak merokok, mabok, atau melakukan hal buruk lainnya. Satu-satunya yang membuatnya terkesan nakal adalah tingkah menyebalkan yang ia lakukan. Dia selalu saja membuat ulah dengan caranya sendiri.

Altezza terkenal di sekolah yang tidak terlalu besar, sekolah yang hampir 70% adalah perempuan. Jadi tidak salah jika dia termasuk jejeran cowok populer, sebab, selain karena wajahnya yang tampan dia juga sering berdiri di depan kelas dengan menjewer kedua telinganya sendiri—apalagi kalau tidak dihukum?

☆☆☆

Altezza tidak punya teman. Maksudnya, orang yang benar-benar mau selalu bersamanya kecuali Rayyan dan Arkan. Hanya kedua orang itu yang selalu mendengarkan ocehan tidak jelasnya, memaklumi sikap absurdnya, mengerti akan kemarahan dan rasa hencinya. Hanya mereka. Tidak ada yang lain.

Menjadi ganteng tidak selalu membuat Altezza memiliki nasib baik. Justru dia dijauhi oleh kaum adam, dianggap sebagai saingan bukan teman. Di dekati oleh kaum hawa hanya karena rasa ketertarikan semata, saat rasa tertarik itu hilang, hilang juga segala ramah tamah pada Altezza. Dihargai hanya karena tampan, seakan, semua bakat yang ia punya langsung tidak nampak.

𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang