BAB XIV : LANGKAH PERTAMA

18 9 0
                                    

BAB XIV : LANGKAH PERTAMA

☆☆☆

Lagi usaha. Eh gagal. Coba usaha lagi. Eh gagal lagi. Usaha lagi, gagal lagi. Usaha lagi, gagal lagi. Usaha lagi, gagal lagi. Usaha terus sampe gagal itu yang capek datengin kita.

☆☆☆

Bagaimana untuk menjelaskan seperti apa Altezza dimata perempuan Gelatik? Bagi Mona, Altezza adalah tipe teman yang mau mendengarkan dan memberi nasehat. Semenyebalkan apa pun Altezza, dia tetap punya setidaknya 10% sisi positif. Dia tidak pura-pura ramah, ramahnya pun bukan hanya untuk anak perempuan, pada anak laki-laki yang tidak ia kenal pun dia mampu bersikap sok akrab. Anak sepertinya, sangat menguntungkan jika diajak berteman.

Biasanya saat jam istirahat tiba, Altezza akan menuju kantin dan menarik perhatian penghuni sekolah karena suaranya yang menggelegar. Tetapi, kali ini, dia tampak lebih anteng. Duduk dikursi guru, menggambar pada sebuah kertas yang ia minta secara paksa pada Indri.

"Za!" Panggilan itu membuat si pemilik nama menoleh kearah pintu masuk kelas. Berdiri disana sosok Mona dengan barang jualannya. "Beli cepet! Dua ribu!" Dia menawarkan nasi rames yang dibungkus mika.

"Sayang sekali, gue enggak suka nasi goreng. Coba Ray." Dagunya menujuk Rayyan yang sedang bermain game dengan Arkan di belakang kelas.

"Ray! Ar! Mau ini? Dua ribu!" Tawar Mona. Jualannya tinggal satu, nanggung sekali memang.

"Enggak!"

"Ayoklah, Za! Dua ribu! Harga asli dua ribu lima ratus."

"Seribu deh."

"Buseettt! Selain nyebelin lo juga punya sifat kaga tau diri yee!" Mona berkacak pinggang. Meski ragu, ia mengiyakan. "Iya! Seribu! Bayar cepet!"

Altezza tergelak. Dia merogoh saku, diberinya seribu pada Mona. "Baguss! Makazzeeh!"

Mona berdecak sebal. "Gue mau cerita."

"Hm?" Altezza tampak tak terlalu tertarik, laki-laki itu fokus pada gambar Naruto yang ia buat.

Mona terdiam. Sepertinya Altezza sedang tidak ingin mendengar curhatan darinya. "Enggak jadi. Gue pergi ya!"

"Oke."

Jawaban yang tidak biasa. Mona melangkah ragu keluar dari kelas XI AP-3. Dia menunduk, merenung, apa salahnya? Perasaannya saja atau Altezza berubah sedikit padanya? Biasanya, kalau Mona tidak jadi cerita, anak itu akan menanyakan alasannya. Tapi, kenapa dia sekarang jadi sedikit cuek? Ekpresi yang ia berikan juga terlalu biasa, tidak seperti excited seperti waktu lalu.

Sejujurnya, Mona tidak perlu khawatir atau berpikiran buruk. Altezza sedang tidak marah atau moodnya sedang ambrol, anak laki-laki itu hanya sudah menjatuhkan hati pada seorang gadis. Itu yang membuatnya tidak tertarik dengan perempuan lain, sebab, kini yang ia mau hanyalah Ayyara seorang. Dia tidak berubah dingin atau cuek, hanya memberi sedikit jarak, karena Altezza hanya mau dekat dengan Ayyara.

Seramah-ramahnya Altezza pada perempuan, ia tetap akan lebih ramah pada gadis pujaannya.

Hi Hi Hi!

Semua penghuni AP-3 nyaris lari tunggang-langgang sebelum akhirnya suara tawa nyaring itu berhenti dan digantikan makian penuh kekesalan. Hanya Rayyan yang tampak tenang.

"EZZA!"

"ANJ—JANTUNG GUE PINDAH KELAMBUNG!"

"Kaya kaga ada nada dering lain yang lebih aesthetic, Za!"

𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang