BAB XXXIII : TIDAK SALING KENAL
☆☆☆
Sore yang indah. Semakin indah dengan kehadiran Lakia Giovani. Gadis itu kini berdiri di depan rumah Alfarezi menunggu cowok itu membukakan pintunya. Saat pintu terbuka, tangan kanannya terangkat, melambai ramah.
"Ez! Jalan-jalan yuk?!" Ajaknya penuh semangat.
"Tapi aku—" Alfarezi tampak ragu.
"Ayok cuma sekitar komplek ini aja!" Gadis itu meraih tangan kiri Alfarezi, menariknya lembut kemudian menutup pintu. "Orang-orang bilang kamu jarang keluar. Bahkan nyaris enggak mengenal daerah ini."
"Iya, emang."
"Kamu kalah sama aku yang orang baru, Ez! Aku mungkin tau lebih banyak daripada kamu!"
Alfarezi tertawa kecil, "mungkin. Jadi, kita mau kemana?"
"Kemana aja. Karena sekarang infusmu udah lepas, jadi kita bisa sedikit bebas!" Gadis itu meraih skateboard miliknya. "Pernah naik ini?"
Alfarezi menggeleng. Mana mungkin ia menaiki itu, mengendarsi sepeda saja ia tidak diperbolehkan.
"Mau ku ajari?" Lakia tidak ingin Alfarezi merasa digurui.
Cowok itu menatap sekeliling. "Jangan disini." Ia berbisik lirih. "Kita keluar komplek aja gimana? Meski kamu bilang aku enggak kenal mereka, mereka bisa aja kenal Mamaku."
Lakia mengangguk mengerti. "Kalau begitu ayok! Kita ke komplek sebelah!" Gadis itu membawa skateboard dengan tangannya, lalu keduanya melangkah bersama menelusuri jalanan komplek yang tepinya ditumbuhi tanaman pucuk merah.
"Kia. Tentang Agung ... Apa kamu deket sama dia?" Tanya Alfarezi di sela-sela perjalanan.
"Enggak." Gadis itu menggelengkan kepala. "Aku kurang suka sama dia. Dia sombong." Dan sejujurnya Alfarezi sedikit lega mendengar kalimat itu.
"Sebenarnya dia enggak terlalu buruk. Cuma kadang dia selalu aja merendahkanmu, Ez. Dia berkata seakan lebih hebat darimu. Aku kurang suka sifatnya yang satu itu." Lanjut gadis cantik yang rambutnya di kucir kuda itu.
Dan Alfarezi sedikit kecewa karena kalimat tersebut. Fakta bahwa Agung juga punya kelebihan yang mungkin tidak ia punya. "Ya, dia sebenarnya orang baik. Cuma ayahnya sedikit keras aja."
"Aku kurang tau itu." Lakia tidak pernah mencari tau latar belakang mengapa Agung bisa sebenci itu pada Alfarezi yang tidak melakukan apa pun.
Lakia mengangkat kepala, menikmati indahnya langit sore. Sedangakan disebelahnya Alfarezi menatap Lakia penuh puja. Gadis itu telah mengambil sebagian besar hatinya.
"Langitnya cantik ya?" Kata gadis itu tiba-tiba.
Alfarezi mengangkat kepalanya, menatap pada langit dengan paduan warna biru dan orange bahkan merah muda. Awan nampak melayang dengan warna dan bayangan yang cantik. "Iya." Kaya kamu. Dan meskipun kalimat itu tidak keluar dari bibirnya, Alfarezi tetap tersenyum tipis layaknya orang gila.
"Ez," Alfarezi hanya bergumam lirih. "Aku pengen ngomong sesuatu. Tapi kamu jangan tersinggung ya?"
Pemuda dengan rambut agak kecoklatan itu menoleh, menatap gadis manis di sampingnya. "Apa?"
"Aku cuma mau ngomong kalau kamu itu hebat!" Lakia tersenyum. "Kamu bisa bertahan sampai sejauh ini dengan segala hal berat yang harus kamu lalui! Aku enggak bayangin, mungkin kalau aku yang ada di posisimu, aku enggak bakalan sekuat itu." Gadis itu menundukkan kepalanya, menatap pada langkah kakinya sendiri. "Jangan tersinggung."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Teen Fiction[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...