BAB XLIV : MENGAPA BINTANG ITU HARUS GUGUR?

6 5 0
                                    

BAB XLIV : MENGAPA BINTANG ITU HARUS GUGUR?

"Lo gila ya! Bisa aja Ezza sembuh! Ezza bisa sembuh!" Ayyara memekik tidak terima ketika Rayyan datang menemui untuk mengatakan bahwa Altezza harus direlakan untuk pergi.

"Ini udah dua bulan, Ra! Udah dua bulan!"

Ayyara senang melihat Altezza berbaring meski ia tidak menjawab setiap ceritanya, cowok itu hanya terus tertidur tanpa berniat untuk bicara. Tapi itu lebih baik daripada ketika Ayyara menyadari bahwa Altezza telah mati.

Tapi sekarang? Ayyara harus merelakan Altezza untuk tiada? Padahal cowok itu bisa saja masih berniat untuk bangun?

"Siapa yang bakalan pastiin kalo Ezza engga bakalan sembuh, ha?!" Gadis itu kehilangan sikap ramahnya, dia memandang Rayyan penuh benci. "GUE YAKIN EZZA KUAT! DIA KUAT, RAYYAN!"

"Ini udah keputusan bersama, Ay." Damar sudah membicarakan ini jauh-jauh hari.

"Gue enggak setuju!"

"Ayahnya Ezza cuma pengen lo tahu, bukan meminta pendapat lo." Kata Rayyan dengan wajah datar, menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya sendu. Siapa yang setuju seseorang harus dibuat mati?

"GILA! GILA! GILAA!" Gadis itu tampak sangat frustasi dan terluka. "GIMANA BISA EZZA LAHIR DI KELUARGA RUSAK KAYA GITU!"

"GIMANA BISA DIA BANTU KELUARGA GUE KETIKA DIA SENDIRI ENGGA PUNYA KELUARGA YANG BAIK!" Ayyara menangis kencang.

Gadis itu mendekati Rayyan yang duduk di sofa, memohon dengan sangat. "Rayyan! Ezza engga boleh pergi. Lo harus ngerti itu."

"Ra,"

"Ada kemungkinan Ezza sembuh, Ray! Walau cuma sepersen, tapi itu tetep aja sebuah kemungkinan yang bisa aja terjadi!" Ayyara menarik ujung kemeja hitam yang Rayyan kenakan.

"Ra,"

"Engga boleh, Ray, enggak boleh! Ada kemungkinan Ezza buat sembuh!" Ayyara percaya dengan itu. Sekecil apa pun kemungkinannya. Siapa yang tahu kalau Ezza diam-diam ingin bangun?

"Tapi Ezza udah buat wasiat, Ra!"

Ayyara menggeleng. Wasiat apaan. Itu hanya permintaan konyol ketika Altezza sedang kehilangan warasnya. Bisa saja sekarang, Altezza ingin bangun demi dia, demi Ayyara.

"Ra. Mungkin ini yang terbaik, Ra. Ayok, kita lihat Altezza untuk yang terakhir kali."

"Kalo kehilangan mata it's okay, tapi kalo jantung ... manusia butuh jantung buat hidup, Ray! MANUSIA BUTUH JANTUNG BUAT HIDUP!" Ayyara semakin frustasi. "ITU NAMANYA EZZA BUNUH DIRI, RAYYAN!"

Rayyan tidak biasa menenangkan seorang gadis. Jadi, cowok itu menarik Ayyara kepelukannya. Berusaha membuatnya tenang meski itu tidak berguna, sebab pelukan yang Ayyara inginkan hanyalah dari Altezza.

Ayyara tidak rela. Tidak akan pernah rela. Tidak akan pernah rela kalau Altezza harus dibiarkan pergi.

"Kenapa Ezza harus gugur, Rayyan?" Tanya Ayyara di pelukan Rayyan. Gadis itu mencengkram kerah baju Rayyan kuat-kuat, seakan tidak masalah jika Rayyan tercekik.

★☆☆☆★

Anggun senang bukan main ketika mendengar dokter yang merawatnya berkata bahwa ia akan mendapat mata baru.

Akhirnya dia telah bisa melihat setelah beberapa bulan terjebak dalam gelap. Perempuan itu menatap sekeliling dengan berbinar, sesuatu yang pernah hilang akhirnya kembali dalam genggaman. Rasanya luar biasa!

Ia menatap Damar yang wajahnya tampak datar dan semakin buruk. Lalu, Anggun sadar ada yang kurang.

Anggun mendesis. "Ezza tahu kan kalau Mamanya hari ini operasi? Kenapa anak itu engga ada disini?"

𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang