BAB XXXVIII : PETAKA CIUMAN
☆☆☆
Mencintaimu sama saja dengan sukarela memeluk bahaya. Tapi, melepaskanmu aku tidak bisa.
☆☆☆
"Kita kesini?" Manik mata cokelat terang itu menatap sekeliling, pada taman yang terlihat cantik dengan lampu-lampu gantung berwarna kuning keemasan. "Kayaknya ada pesta deh."
Sebenarnya, Altezza ingin mengajak Ayyara menonton film horor yang baru saja dirilis. Kalau Ayyara ketakutan kan dia bisa bertingkah layaknya 'superhero' yang menenangkan. Dengan kata lain, Altezza berniat modus.
"Ayok masuk aja!"
"Tapi--" Altezza tidak mampu melanjutkan kalimatnya takkala Ayyara meraih telapak tangannya. Gadis itu menggenggamnya erat dan hangat.
"Tunggu, Ay!"
Fokus Altezza pecah. Pandangannya jatuh pada foto-foto palaroid yang tergantung.
"Ini maksudnya apa, Ay?!" Ada nada marah disana. Dilepaskannya genggaman tangan Ayyara secara paksa.
Dia meraih satu foto, menunjukkannya tepat di depan wajah Ayyara. Itu foto masa kecilnya dengan Alfarezi--kakaknya. Foto yang tidak sembarang orang punya.
Ayyara sedikit terkejut, dia bingung harus merespon seperti apa. Tidak terlintas di kepalanya kalau Altezza akan marah. "Za, gue cuma--"
"Lo harusnya enggak perlu ikut campur." Kata Altezza datar dan dingin. Tidak seperti biasanya.
"Ezza," Suara ini tidak terdengar asing. Suara ini yang menemaninya sejak kecil. Siapa lagi kalau bukan Alfarezi.
"Ay, gue anter lo pulang." Lelaki berambut hitam itu bahkan tidak menoleh ke orang yang memanggilnya tadi. Dia berlalu, menarik Ayyara agar bergegas pergi.
"Tapi, Za--"
"Ayyara!" Ada kilat marah disana. Ayyara tau, dia mungkin melakukan sesuatu yang keterlaluan, tapi sejujurnya terlalu berlebihan jika Altezza membentak sebegitu mengerikannya.
"Za, gue mau ngomong," Alfarezi mengikuti langkah Altezza. Dia harus menuntaskan semuanya malam ini. Harus itu wajib.
"Lo juga pulang, bodoh. Ingat mati!" Altezza mengutuk dirinya sendiri, bahkan disaat-saat seperti ini dia masih memperdulikan saudaranya.
"Za, lo beneran perlu bicara sama kembaran lo." Ayyara berkata lembut. Mencoba menarik simpati Altezza.
"Ngga penting!" Tapi gagal. Siapa juga yang tidak marah ketika saudaranya sendiri —seseorang yang kita lindungi ternyata diam-diam menginginkan kita yang mati?
"Zaa~" Ayyara rela merengek. Apa pun itu demi Altezza tenang. Perasaan benci yang mendalam hanya akan membuat Altezza terjebak dalam perasaan gamang.
Biarpun Ayyara merengek, itu tidak membuat Altezza luluh. Justru membuat hatinya semakin panas. Itu terlihat seperti Ayyara memperdulikan Alfarezi bukan dirinya.
"Gue minta maaf, Za. Gue punya banyak salah sama lo." Alfarezi tidak ingin basa-basi lagi. Dia ingin bergegas menghilangkan rasa sesal di hatinya.
"Ngga ada yang perlu dibahas." Kata-kata datar itu menembus jiwa Alfarezi. Dia sedikit terluka.
"Za, gue tau gue salah, gue iri dan enggak sadar diri--"
"Lo lupa? Jangan pernah temui gue lagi." Altezza semakin menarik Ayyara untuk pergi. Mood baiknya seketika rusak. Kalau tahu begini, lebih baik dia menolak permintaan Ayyara dan memaksa gadis itu menonton film horor. "Ayok, pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐈𝐊𝐎𝐓𝐑𝐎𝐏𝐈𝐊𝐀-𝐇𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐁𝐞𝐫𝐚𝐜𝐮𝐧 ✓
Teen Fiction[ SUDAH TAMAT TAPI DIMOHON UNTUK TETAP VOTE YA ] Alfarezi dan Altezza, si kembar yang telah sampai pada kesimpulan bahwa hubungan mereka itu benar-benar tidak baik. Penuh racun dan mematikan. Mereka bahkan berpikir untuk saling menghindar, memberi j...