Not Too Let, ...

44 3 0
                                    

Part 27

"Di sinikah tempatnya?"

Tanya Fia begitu kami sampai pada tempat yang dimaksudkan, Taman kampus, tempat yang kurasa di maksudkan Kroni pada surat itu yang menjadi tempat tujuan bertemunya kami.

Nampak sekali keraguan di wajah Fia begitu ia menginjakkan kakinya di atas tanah taman ini. Terang saja, melihat lingkungan di sekitar taman yang nampak begitu sepi dan gelap, seperti layaknya taman tak berpenghuni, siapa yang tidak meragukannya? Pak satpam yang menjaga kampus ini sendiri pun juga meragukannya hingga sempat kami berdebat sebentar dengannya. Namun untung saja beliau cukup akrab denganku sehingga akhirnya dia memberikan izin pada kami untuk masuk ke tempat ini. Jangankan pak satpam. Aku sendiri pun juga sebenarnya cukup meragukannya ..

"Gua rasa memang di sini.."

Jawabku, secara tak langsung mencoba meyakinkan diriku sendiri. Perlahan, dengan cahaya samar-samar yang dipancarkan oleh bulan -yang menerangi sebagian kecil taman itu yang seolah-olah memberikan celah untukku melihat sekeliling taman itu, mulai ku langkahkan kakiku mendekati taman itu dengan, berharap aku menemukan sosoknya di suatu tempat di taman ini, diikuti dengan yang lainnya yang mulai ikut membantuku mencarinya dengan penglihatan mereka masing-masing

"Ya, sepertinya memang di sini"

Ucap Christina tiba-tiba memecah kesunyian, membuat semua orang, termasuk aku juga menoleh ke arahnya. Begitu melihat ke arahnya, tatapanku langsung terpusat pada satu hal. Satu benda tepatnya, yang kini berada dalam genggamannya. Itu.... sebuah bucket bunga.. Gumamku dalam hati, berusaha meyakinkan diriku tentang benda itu.

"Gua nemuin ini tergeletak di atas bangku ini.."

Ucapnya lagi menambahkan, memberitahukan dimana ia menemukan bunga itu. Perlahan ku langkahkan kakiku mendekat ke arahnya. Perlahan namun pasti, aku berjalan menghampiri bunga itu. Aku yang masih tak begitu yakin akan apa yang sedang ku hampiri saat ini, begitu hanya beberapa centimeter saja jarakku dengan benda itu, dengan cepat ku ulurkan tanganku dan menggapainya. Setelah berhasil benda itu berpindah tangan dan berada di dalam genggamanku, kini perlahan mulai ku dekatkan bunga itu kepada indra penciumanku, dan perlahan ku hirup penuh aroma yang keluar dari bucket bunga itu. Bucket bunga yang sama indahnya dengan bucket bunga yang ku temukan di salah satu bucket bunga di pos jaga pak Yun. Tidak salah lagi. Ini dia.. Kroni. Aku sungguh mengenal baik aroma ini. Walaupun baunya telah samar-samar tercium oleh hidungku karena mungkin telah lama berada di taman ini. Dia memang berada di sini sebelumnya.. Gumamku lagi, kini dengan keyakinan penuh.

Setelah puas menerpa rasa penasaran dalam diriku, kembali ku jauhkan bunga itu dari hidungku dan perlahan ku balikkan tubuhku  dan mulai melangkah pergi menjauh dari taman itu.

"Ayo kita pulang"

Ucapku pada mereka tanpa menoleh sedikitpun ke arah mereka. Disaat seperti ini, aku tidak bisa menunjukkan tampang menyedihkanku di depan mereka. Mereka sudah cukup baik, sudah cukup mau ku repotkan, dan sudah mau membuang waktu mereka untuk menemaniku ke tempat tak berpenghuni ini. Hm.. Seharusnya aku tahu bahwa pria itu tidak akan menungguku...

"Marwah.. Maaf... Ki--"

"Kalian tidak salah. Jadi janganlah meminta maaf"

Ucapku memotong ungkapan maaf yang belum sempat di selesaikan Lancie.

********************

"Terima kasih ya semua.. Mainlah ke tempat gua kapan pun kalian mau.. Gua akan terima kalian setiap saat kok"

Ucapku -begitu selesai memasukkan mobilku ke dalam garasi- sembari melambaikan tangan dan tersenyum pada mereka semua, berusaha untuk menampakkan ketegaran di depan mereka. Entah berhasil sampai pada mereka atau tidak.. Sudah cukup mereka disulitkan dengan permasalahan hidup mereka sendiri. Tidak seharusnya aku menambah beban mereka lagi.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang