OH GOSH!

34 2 0
                                    

Kini aku terdiam untuk waktu yang cukup lama. Mungkin ada sekitar 5 menit aku terdiam. Begitu juga dengan dia yang masih terus menatap ke arah ku dengan masih dalam posisi berlutut. Aku sungguh tidak dapat berkata apapun. Seakan otak ini tak lagi dapat berpikir dengan jernih. Tapi hanya satu hal yang menghambat hatiku saat ini, dan ku rasa aku harus mengatakannya.

"hm.. Kron... aku.. a-ku..."

ucapanku terhenti sejenak. Karena saat ini tiba-tiba saja Kroni memegang tanganku lembut. Seolah mengetahui apa yang hendak aku katakan dan mencoba merubah keputusanku. Tapi bagaimana pun juga aku harus mengatakannya. Karena ku pikir kalau keputusanku sudah bulat. Karena sekalipun tidak jadi ku katakan, perasaan ini akan terus menggangguku.

Kemudian mulai ku lepas tanganku darinya dan menjauhkan tangannya perlahan dariku. Aku tidak dapat menegakkan kepalaku lurus-lurus menghadapnya. Karena aku tak mampu menunjukkan ekspresiku saat ini padanya. Selain itu juga ku rasa aku takkan mampu melihat ekspresinya saat ini.

"Kron... maaf... bukannya aku tidak mau. hanya saja..... Aku masih belum siap" Ucapku padanya yang pada akhirnya berhasil ku ungkapkan dengan posisi kepala masih tertunduk.

"kenapa?" Tanyanya padaku setelah beberapa saat terdiam. Dan dapat ku rasakan nada kecewanya itu. Aku sungguh tak sanggup mendengarnya. Jujur di dalam hatiku sesungguhnya aku tidak mau mengecewakannya.

"apa lagi yang kamu tunggu?" Tanyanya lagi saat aku tak juga menjawab pertanyaannya yang sebelumnya.

"apa ..... karena Horand?" Aku terkejut ketika dia mengatakan itu. Spontan aku menengadahkan kepalaku menghadapnya. Kenapa dia bisa berpikir seperti itu??

"Bukan. Bukan karena dia sama sekali. Jadi,... selama ini kamu tidak pernah percaya padaku?"

ucapku kini bergantian kecewa terhadap ucapannya. Aku pun beranjak, berdiri dari kursiku hendak pergi meninggalkannya. Namun kemudian dia juga ikut berdiri dan menahan langkahku.

"Bukan. Maaf An.. aku salah. Tidak seharusnya aku mengatakan itu. Tapi... setidaknya katakanlah alasanmu" ucapnya sembari menatapku lesuh. Aku terdiam sejenak dan menarik nafas dengan susah payah lalu menghembuskannya dengan hanya sekali hembusan saja. Mampu tidak mampu, ku paksakan untuk menatapnya tepat pada manik matanya, dalam-dalam. Mencoba masuk ke lubuk hatinya yang paling dalam supaya kiranya dia dapat mengerti keadaanku.

"Kron,... aku belum siap untuk itu"

"kita tidak perlu terburu-buru untuk mempersiapkan pernikahannya. Kita akan melakukannya saat kamu sudah siap. Oke? tapi setidaknya terimalah lamaranku An... ku mohon.. mengertilah. Aku mencintaimu An"

"Aku mengerti Kron. Aku juga mencintaimu. Tapi.. A-Aku belum siap untuk itu Kron" tepatnya tidak siap. Tambahku dalam hati.

Kroni masih mencoba untuk membujuk dan memohon kepadaku. Nampak mencoba untuk menggoyahkan keputusanku. Tapi aku juga tidak berhenti mempertahankan keputusanku. Sampai pada akhirnya Kroni menyerah juga.

Dan pada akhirnya kami hanya berjalan menuju ke parkiran bersama. Hendak beranjak pulang. Kami memang berjalan bersama. Tapi kami tidak berjalan bersampingan. Kroni berada satu langkah lebih dulu di depanku. Aku berjalan lesu sambil menundukkan kepalaku dan sesekali aku menoleh ke arahnya. Posisi tubuhnya -dengan bahu yang turun dan kepala sedikit menunduk- tidak pernah berubah setiap kali aku menoleh ke arahnya. Aku tidak tahu persis bagaimana perasaannya. Tapi setidaknya aku tahu perasaannya sedang tidak baik saat ini. Bagaimana tidak? ketika dia melamarku dengan berlutut waktu itu, semua orang yang ada di restaurant itu menatap kearah kami berdua. Pasti selain sedih, ia juga merasa sangat malu saat ini. Sekarang, aku merasa seperti aku adalah orang jahat! atau memang aku orang jahat.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang