Keputusan yang sudah bulat

75 2 0
                                    

Part 14

"Benar hanya itu aja?"

Ibu hanya mengangguk merespon ucapanku. Aku hanya diam pasrah diatas kasurku. Tak lama kemudian ibu pergi meninggalkanku di kamar sendirian. Ck!

****************

Esoknya begitu sampai di kampus, aku berpisah dengan kroni karena memang dia sudah punya janji dengan dosen. Jadi aku harus melewati setiap lorong kampus yang panjang untuk sampai di kelas sendirian. Dan seperti semua kembali normal, semua mata kembali menatap ke arahku tajam. Tapi kali ini entah kenapa, rasanya lebih tajam dari yang biasanya. Tapi ku coba untuk tidak menghiraukannya. Akhirnya aku sampai di kelas dengan selamat. Fiuh..

"Eh besok valentine kan?? Pacarku mau ngasih apa ya???"

"Eh.. Kamu juga harus mikir mau ngasih apa dong. Masa dia aja."

Semua anak mempeributkan tentang hari valentine yang akan datang lusa. Sepertinya aku harus menyiapkan sesuatu untuk kroni ? Mungkin.. Tapi sudah lama aku tidak melakukan ini. Aku juga tidak tahu apa kesukaannya? Ah... Dasar.

"Ohya, katanya kampus ngadain ucapan valentine looh.. Jadi kita bisa buat surat untuk orang yang kita suka."

"Oh ya?? Serius lu??"

"Eheem.. Makanya gua mau persiapin itu dari sekarang. Gua mau ngasih...."

"Kroni!"

Tiba-tiba salah satu wanita dari gerombolan centil itu meneriakan nama kroni. Oke.. Aku sudah tebak kalau mereka akan melakukan hal itu. Bukan surprise untukku. Semua wanita di gerombolan itu kini berebut meneriaki nama kroni. Berisik sekali! Mereka punya pacar, urusin aja kek pacarnya sendiri! Aku yang tak tahan mendengarnya, akhirnya keluar kelas. Hanya satu tempat yang menjadi harapanku untuk bisa menenangkan diri disana. Bukan tempat persembunyian biasanya. Tapi perpustakaan. Dengan mantap aku melangkahkan kaki ke arah perpustakaan. Dan begitu sampai disana... Aku sudah dapat menebak tidak akan ada ketenangan yang ku dapat. Karna kini tanpa disangka, kroni bersama seorang wanita -yang mungkin fansnya- sedang duduk berdua memandangi sebuah buku nampak sedang membahasnya. Tatapan kami sempat bertemu. Namun dengan cepat aku mengalihkannya. Aku pergi ke arah rak buku yang berlawanan dengan mereka. Apanya yang mau ketemu dosen ? Aku kemudian mulai iseng mencari-cari buku. Setelah ku temukan satu buku yang membuatku tertarik, aku segera mengambil tempat duduk yang tidak terlihat dari tempat mereka berdua duduk. Tidak ingin mendengar suara mereka yang terdengar dari kejauhan, aku menyumpel kedua telingaku dengan headset kemudian mem-play sebuah lagu dan mulai mulai membaca.

Tiba-tiba aku merasa sedikit getaran kecil dari meja sebelahku. Spontan aku menoleh kearahnya. Dan ku temukan sosok ketiga. Sosok yang sangat tak ku inginkan kehadirannya. Tanpa mengurbisnya, aku terus membaca. Namun tiba-tiba dia melepas sebelah headset ku. Aku kemudian berdecak dan mengerutkan dahi menatap ke arahnya.

"Pinjam catatan hari kamis dong. Gua nggak nyatet waktu itu."

"Tas."

"Makasih."

Dia kemudian mengeluarkan sebuah buku yang sangat akrab dimataku. Aku menyerngitkan dahi kemudian melotot ke arahnya begitu menyadari dia telah lebih dulu mengambilnya dari tasku tanpa izin ! Dari dulu dia tak pernah berubah !

"Loo !"

"Apa? Kan gua udah minjem"

Jawabnya santai. Aku kemudian menarik nafas dalam dan menghembuskannya.

"Sekali lagi melakukannya, habis lo!"

Ancamku. Dia nampak tak mengurbis ancamanku dan terus menyalin. Aku hanya kembali fokus pada buku ku.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang