Work day

90 2 0
                                    

Part 7

Waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam ketika aku sampai dirumah. Aku berjalan menuju kamar ku, sambil menepuk-nepuk bagian leherku yang terasa pegal. Ketika hendak menaiki tangga, ku tatap lampu kamar ibu yang masih menyala terang. Apa ibu belum tidur? Pikirku dalam hati. Mungkin ibu lupa mematikan lampu? Pikirku lagi, kemudian melanjutkan berjalan ke kamarku. Begitu sampai di kamar, aku segera merebahkan diriku diatas kasur.

*****************

Kukuruyuuuuukk.....!!

Terdengar suara ayam telah berkokok. Entah sejak kapan aku terlelap, yang ku tahu aku sudah bangun dari tidur singkatku. Ku tengok ke arah jam dinding yang tergantung di tembok kamarku dan melihat jarum pendek mengarah pada angka 5. Aku kemudian lekas turun dari kasurku dan bergegas bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Aku berjalan menuruni tangga menuju kamar mandi. Sesampainya di bawah, saat hendak masuk kedalam kamar mandi, aku melihat garis-garis cahaya yang keluar dari sela-sela ventilasi dari kamar ibu. Aku kemudian teringat akan kondisi ibu. Sudah 2 hari ini dia menetap di kamarnya, entah apa yang dilakukannya. Dengan memberanikan diri, ku hampiri kamarnya. Segera ku ketuk pintu kamarnya begitu aku berdiri didepannya. Namun tidak terdengar sahutan satu katapun dari dalam. Begitu juga dengan ketukan yang kedua dan juga ketukan yang ketiga. Kini perasaanku mulai tidak enak, tapi aku mencoba berpikir positif. Ku coba memanggil ibu dari luar.

“Ibu... Ibu masih tidur ya?”

Sahutku lembut dari balik pintu. Mungkin terlalu lembut hingga ibu tidak dapat mendengarnya. Kemudian aku mengulangi memanggilnya lagi dengan sedikit menaikan nada bicara ku. Namun, tetap tidak terdengar suara apapun dari dalam.

Ceklek.

Tak sengaja tanganku menekan gangang pintu kamar itu dan ternyata tidak terkunci. Dengan perasaan ragu, kubuka pintu itu perlahan. Dapat ku lihat dari celah pintu yang sedikit terbuka, kaki yang tersembunyi dibawah selimut. Selama aku terus mendorongnya perlahan, pintu itu semakin terbuka lebar. Dan kini aku dapat melihat tangan ibu yang saling berpaut di atas perutnya seperti seorang yang sedang berdoa. Ohh... ternyata ibu masih tidur. Ucapku dalam hati. Aku kemudian menarik pintu itu kembali dan hendak menutupnya. Namun tiba-tiba tanganku berhenti. Timbul sedikit rasa penasaran dalam hatiku. Dengan segera ku buka pintu itu kembali, tapi dengan gerak yang cepat dan selebar-lebarnya. Dan kini dapat ku lihat sekujur tubuhnya. Ku pandangi tubuh ibu yang tidur begitu tenang di atas kasurnya.

“Ibu”

Kucoba untuk memanggilnya. Namun dia masih tetap tidur tenang di atas kasurnya tanpa terlihat terusik sama sekali. Tuhan, kumohon... ucapku dalam hati, berharap semua tidak seperti apa yang kupikirkan. Melihat tubuh ibu yang begitu pucat, tanpa berpikir panjang, aku langsung menghampirinya, dan duduk diatas kasurnya, kemudian memegang keningnya. Kurasakan kening ibu yang begitu dingin. Tanpa kusadari, aku mulai menangis.

“ibu bangun.....!”

Teriakku memanggilnya sambil terisak. Tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil dari luar. Aku tanpa berpikir siapa yang datang, segera berlari kencang keluar rumah, menghampiri orang tersebut. Ku dapati si ‘pencuri’ telah berdiri didepan gerbang. Ekspresi wajahnya langsung berubah begitu mendapatiku yang keluar gerbang dengan gelagapan sambil menangis.

“Ibu...”

Kataku yang hanya mampu mengucapkan satu kata itu di tengah isakkan ku. dia tampak mengerti ada sesuatu yang sedang terjadi pada ibuku.

“dimana?!”

Tanyanya yang juga ikut panik. Aku hanya menunjuk kedalam rumah. Dengan cepat dia segera masuk kedalam rumahku dan mencari ibuku didalam. Begitu mendapati ibuku di kamarnya, dia segera menggendong ibuku dan memasukkannya ke dalam mobil kemudian menancapkan gas pergi.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang