Sang owner

93 2 0
                                    

Part 15

Tuhan, toloong.. Dia semakin mendekat..!! Bagaimana ini?!

Tok. Tok. Tok.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari luar ruangan. Seakan ini pertolongan dari surga. Oh Tuhan.. Thank you sooo much!

Aku dan dia serempak menoleh ke arahnya. Kroni! Seru ku dalam hati.

"Permisi.. Maaf.. Apa urusannya sudah selesai? Soalnya kami ada urusan penting lainnya."

"Oh begitu. Baiklah."

Akhirnya dia mengambil langkah mundur kembali ke mejanya dan mulai membuat coretan di dalam kolom namanya diatas selebaran kertas yang ku serahkan tadi. Akhirnyaa.. Aku resmi keluar ! Aku beserta kroni langsung pamit keluar begitu dia menyerahkan suratnya kembali padaku. Rasa degupan jantung ini serasa tak mau berhenti. Apalagi saat dia terus memandang ke arah ku yang terus melangkah jauh sebelum akhirnya lenyap di balik tembok ruangannya.

"Haaaaah ...."

Aku menghembuskan nafas panjang setelah membuka masker yang ku pasang. Rasanya cukup pengap dibekap dengan benda itu. Apalagi saat nafasku nggak beraturan seperti tadi.

"Kamu keringatan."

Katanya kemudian mengelap keningku dengan sapu tangannya. Aku hanya tersenyum kecil padanya. Setelahnya kami segera masuk ke dalam mobil sebelum dia keluar melihatku tanpa maskerku.

********************

Duduk di bangku mobil sambil memandang keluar adalah ketenangan yang ku terima setelah ketegangan yang ku alami tadi pagi berlalu. Hari ini aku tidak memakai motorku yang biasanya menjadi satu-satunya teman yang setia menemaniku kemanapun aku pergi. Karena hari ini aku akan pergi ke tempat yang cukup jauh yang tidak ku hapal jalannya. Jadi aku harus pergi tanpa teman setiaku dan pergi dengan supir taxi untuk sampai di tempat tujuan ku.

"Makasih pak."

Ucapku begitu turun dari taksi berwarna biru itu. Kini kubalikkan badanku dan ku pandangi gedung tinggi dilapisi ratusan kaca mahal itu. Kemudian ku alihkan pandanganku ke sebuah kartu nama kecil yang ada di tanganku.

"Ya. Sepertinya ini tempatnya."

Gumamku setelah beberapa menit memandangi kartu itu. Segera ku masuk ke pintu pertama paling depan gedung itu. Hembusan AC langsung menyelinap masuk ke dalam baju dan sela-sela rambutku begitu pintu dibukakan oleh seorang satpam yang berdiri tegap didepan pintu. Ku langkahkan kakiku terus kedalam menghampiri meja panjang yang berada tak jauh didepanku.

"Ada yang bisa kami bantu?"

Tanya salah satu pegawai perempuan yang berdiri di belakang meja bertuliskan receptionist itu. Tanpa banyak bicara, ku serahkan sebuah kartu nama yang ku temukan di bawah tumpukan baju di lemari di kamar kakak yang sedang ditempati kroni.

"Oh.. Mau bertemu dengan pak Mario Maetties? Apa anda sudah membuat janji dengan beliau sebelumnya?"

Tanya pegawai wanita itu. Pertanyaan yang biasa ditanyakan jika ingin menemui seorang yang begitu penting. Walau aku tidak yakin apa jabatannya diperusahaan ini ? Aku kemudian hanya mengangguk kecil sambil tersenyum berusaha meyakinkannya.

"Baiklah mohon tunggu sebentar."

Ucapnya kemudian sambil mengulurkan tangannya ke arah ruangan yang sepertinya ruang tunggu, mempersilahkanku untuk menunggu. Aku pergi meninggalkannya yang mulai nampak sibuk menelepon. Aku hanya menunggu sambil memandang kesekeliling. Nampak orang-orang penting dan styles saja yang sedari tadi mondar mandir di kantor bergedung tinggi nan mewah ini. Hal ini cukup membuatku tidak percaya diri seperti biasanya. Setelah 5 menit menunggu, pegawai tadi memanggilku kemudian mempersilahkanku untuk langsung ke kantornya. Duh dari tadi kek! Ribet banget! Buang waktu saja! Gerutuku dalam hati. Dengan senyum yang ku paksakan, aku kemudian pergi ke ruangan yag dimaksud.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang