Part 2
"haaah... kenapa hidup ini begitu berat?"
keluh ku sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku pelan. Duduk di bawah pohon rindang yang berada di dekat gudang dimana jarang mahasiswa maupun dosen datang kemari. Hanya petugas kebersihan saja yang sering mampir untuk membersihkan gudang. Satu petugas kebersihan ku pikir tidak akan mengganggu kesendirian ku.
*"ayahhhh!!!"
"ayaaaaah.. hiks hiks, ayaaaah... hiks hiks, ayaaah... hiks hiks, ayaahh.. hiks hiks, ayahh..."
"kenapa kamu tidak datang saat itu?"
"kenapa? kenapa kamu hanya diam saja?"
"jawab aku!!!"
"An.. maaf. Kita nggak bisa bersama-sama lagi."
"aa. Aa. Apa? Tapi kenapa?"
"Ren!!! Kembali!!!! Ren!!!!!!!!!!!!"*
PUK!
"AWWW!!!!"
teriakku kencang.
"oii! Dosen bisa tidur juga? Hahaha..."
tawa 'pencuri' itu setelah puas melemparku dengan 'ribuan' kacang ke muka ku. Aku terkejut melihatnya duduk di sampingku. Siapa yang menyuruhmu duduk di situ? Bagaimana bisa kamu menemukan tempatku? Mengapa kamu melemparku dengan kacang? Dan bla.bla.bla. banyak pertanyaan yang ingin ku lemparkan padanya tapi ku kurung niat itu karena ada yang lebih penting sekarang. Aku terkejut ketika memandang ke sekelilingku. Sepi, sunyi, gelap. Mungkin hanya aku dan 'pencuri' itu saja yang masih tersisah di sini. Dan ku sadari, ternyata aku ketiduran. Segera kurapikan rambutku yang sedikit berantakan akibat terpaan angin malam yang saat itu mulai kencang dan terasa dingin. Setelahnya, segera ku beranjak dari tempat duduk ku, hendak pergi, sebelum akhirnya sebuah pukulan kecil mengenai kepala belakangku yang berhasil menghentikan langkahku. Aku diam sesaat tanpa menoleh sedikit pun ke arah 'pelaku' yang telah melemparkan sebuah kacang untuk ke dua kalinya itu!
"oi! Kamu ini! Mengapa pergi begitu saja tanpa mengucapkan satu katapun kepada orang yang telah menjagamu seharian di tempat sepi, gelap dan seram ini?! Paling nggak bilang terimakasih kek?! Dasar! Apa orang tuamu tidak pernah mengajarkan sopan santun sedi..."
dia terdiam begitu aku mencengkram kerah bajunya dan menatap matanya tajam.
"jangan pernah mengatakan apapun tentang ku. Karena kamu tidak tahu apa-apa tentang aku!"
kataku dengan suara pelan namun penuh dengan penekanan. Segera ku redam amarah ku kemudian melepaskan cengkramanku darinya, kemudian lari pergi meninggalkannya. Setelah ku pikir sudah cukup jauh aku berlari, saat itulah aku berhenti dan menangis. Rasanya ingin berhenti menangis namun tidak bisa. Aku hanya dapat menahan suara tangisku agar tidak terdengar sekelilingku. Untuk pertama kalinya selama 3 tahun ini, aku menangis lagi.
"berani-beraninya dia mengatakan hal itu tentang orang tuaku!"
kataku yang tak kusadari telah keluar dari mulutku yang bergetar akibat pecah tangisku.
'ting.... ting.... ting....'
terdengar suara nada dering yang ternyata berasal dari handphone ku. Segera ku hentikan tangis ku dan mengangkat telepon yang ternyata dari ibuku. Segera ku perbaiki suara nadaku menjadi normal kembali sebelum akhirnya mengangkat telepon.
"halo.."
"Ani, kenapa belum pulang juga?"
"ini lagi di jalan mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENEW
Teen Fictiondisaat semua orang merasakan kasih sayang seorang ayah, aku telah kehilangannya. disaat semua orang bercanda ria bersama teman sebayanya, aku memilih untuk menutup diri. THAT'S NEW ME! aku yang dulu berbeda dari sekarang. aku seorang gadis muda yang...