seseorang di Album

101 4 0
                                    

Part 5

sesampainya di rumah, ku dapati ibu sedang duduk di ruang tamu menatap ke arahku. Aku mengalihkan pandanganku ke arah tali sepatu yang sedang ku lepaskan.

“Ibu pulang cepat?”

tanyaku berusaha mengalihkan pertanyaan yang hendak keluar dari mulutnya.

“kau juga.”

Tapi usaha ku gagal. Ibu malah berkata seperti itu seolah melemparkan pertanyaan yang sama padaku. Aku yang speechless hanya tersenyum kecil dan beranjak pergi ke kamar setelah melepaskan kedua sepatu dan kaos kakiku. setelah berganti pakaian, aku hanya duduk-duduk saja di depan meja belajarku sambil membaca buku yang bahkan tak ku baca satu katapun didalamnya. Yang kulakukan hanyalah membolak-balikkan kertas dari satu halaman ke halaman yang lainnya sampai tiba-tiba tangan ku berhenti membalikkan kertas. Aku terdiam menatap sebuah nama yang memiliki 5 huruf yang tertera di atas kertas buku ekonomi ku pada halaman 20. Nama yang sudah lama tak terucapkan dan tak terdengar lagi di telingaku. 10 menit setelah puas memandanginya, kututup buku itu dan beralih ke buku yang lainnya. Sebuah buku jika tak salah ku ingat, terkubur diantara tumpukan buku-buku yang berada di laci meja belajarku. Aku memandangi laci itu cukup lama.

Sekitar 5 menit setelah aku yakin kalau aku akan membuka laci itu. Ku pegang sebuah pegangan yang tertempel di tengah-tengah laci itu dan ku tarik pelan hingga kini dapat ku lihat setumpukan buku-buku polos berwarna-warni. Segera ku keluarkan buku-buku itu satu persatu ku letakkan di atas meja belajarku. Dan kini ku lihat sebuah buku hitam polos ber-cover-kan plastik putih itu yang terkubur di antara tumpukan buku-buku itu. Pelan-pelan ku ambil buku yang bertuliskan Album itu, kemudian membuka sebuah halaman dan kini dapat ku rasakan jantungku mulai bekerja keras, kubuka halaman yang lainnya lagi, dan mulai terasa bunyi degupan jantungku, ku buka lagi, lagi, dan lagi, seketika semua kenangan mulai dari kenangan buruk, bahagia, menyedihkan, lucu, memuakkan, terputar kembali di otakku.

Dapat ku lihat semua orang yang kucintai didalam sana dan sosok seseorang yang sangat ku cintai disana sedang memelukku erat di hari ulang tahunku. Tanpa ku sadari, kini air mataku sudah mengalir membasahi pipiku dan hampir saja isakkan tangisku meledak keluar. ku terus membuka setiap lembarannya sambil menutup mulutku dengan tangan kiriku menahan isakanku. Kembali tangan ku terhenti pada halaman 20 di album itu.

“kapan kamu kembali?”

ucapku pada seseorang, seolah seorang itu bisa mendengarnya yang tanpa ku sadari keluar dari mulutku diikuti suara isakan tangis ku yang tak dapat lagi ku tahan. Semua ini tidak adil! Masih ada jutaan bahkan trilliunan manusia di dunia ini. Tapi.... kenapa harus aku?! Gumamku dalam hati sambil terus dengan isakanku.

“harus kah aku melupakanmu juga??”

ucapku kemudian menutup album itu dan mencoba menenangkan diriku dan menghentikan isakanku yang semakin menjadi. Tak ketinggalan, ku hapus bersih air mataku.

Uhukk.. Uhukk..

tiba-tiba terdengar suara batuk yang tak asing dari bawah. Tampaknya ibu flu lagi. Tapi kenapa akhir-akhir ini ibu sering banged flu? Apa debu di rumah sudah banyak lagi? Aku segera beranjak dari tempat dudukku menuju ke bawah. Sesampainya di bawah, ku hamburkan pandanganku ke seluruh sudut yang ada di rumah, memastikan jumlahnya debu yang ada di rumah. Ku lihat beberapa tumpukan 0.1 cm di setiap sudut rumah. Tidak terlalu banyak. Berarti memang ibu flu lagi. Tanpa banyak berpikir, aku segera mengambil segala perabotan rumah untuk melenyapkan setiap debu yang ada di rumah ini. Aku mulai dari menyapu-nyapu, mengelap beberapa benda yang ada di rumah, mulai dari kamar tidur, ruang tengah, ruang tamu, ruang makan, semua ruangan yang terdapat di rumah ini. Sudah lama aku tidak membersihkan rumah ini. Gumamku dalam hati dengan sedikit ngos-ngosan. Ku lanjutkan dengan mengepel rumah. 2 jam kemudian, aku selesai bersih-bersih. Aku pun merebahkan tubuhku di salah satu sofa yang ada di ruang tamuku, bersandar pada punggung sofa sambil mengatur kembali nafasku yang tak beraturan. GILA! Udah berapa lama sih nih istana nggak di beresin??! Gumamku dalam hati sambil mengelap keringat yang kini sudah membasahi keningku.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang