Perjalanan ke Amerika

61 2 0
                                    

Part 18

Hhhhh.. Hhhhhh..

Kami berdua terdiam masih saling bersandar kepala satu sama lain. Hanya suara deruan nafas kami saja yang terdengar. Selain untuk menyimpan tenaga kami yang tersisa sedikit saja, kami juga tidak tahu apa yang bisa kami lalukan. Sudah 2 jam lebih kami berada di ruangan dengan sedikit oksigen ini. Sedangkan matahari sudah mulai naik ke atas membuat suhu udara di ruangan ini meningkat. Tuhan, jangan biarkan aku mati sebelum aku bisa menyelamatkan ibuku. Ucapku berharap cemas dalam hati. Aku berpikir apakah kakak dan kroni tak menyadari ketidak hadiranku? Siapa ayah kroni itu sebenarnya? Kenapa dia begitu tega membekapku dan ibu disini. Apa salah kami? Dan kenapa kakak berbohong??! Aku sungguh bingung. Semua hal ini membuat tubuhku semakin melemah.

"Mm.. Mmm. Mmmm."

Aku berusaha menanyakan keadaan ibu. Tapi tak dapat terdengar jelas di balik plester ini. Jadi wanita disampingku ini tak memberi respon sedikitpun. Masih terdiam dengan deruan nafasnya. Aku harus melakukan sesuatu! Aku tidak bisa terus diam seperti ini!

NGUUUUOOONNNGG.

CKIIIITTTT..

DAP!

Tiba-tiba terdengar suara seperti suara kendaraan di luar. Apa bos besar mereka datang? Nampaknya ibu juga mendengar kebisingan di luar walaupun tak terdengar begitu jelas. Ibu mulai menggeliat dan menatap fokus ke arah pintu yang terkunci itu.

BUAK!

Tiba-tiba pintu terkunci itu terbuka dengan keras. Cahaya terang menerobos masuk membuat sakit mataku dan ibu yang sudah beradaptasi dengan gelap. Ku lihat siluet 2 orang yang nampaknya penjahat itu, menghampiri kami. Si pria cungkring itu mengangkatku berdiri dengan kasar dan yang satu lagi mengangkat dan memperlakukan yang sama dengan ibu. Si pria cungkring itu nampak berbicara pada 2 orang yang tak jauh berada di depan pintu yang tak dapat ku lihat dengan jelas siapa dia.

"Wanita cantik dan wanita tua ini kan yang kalian inginkan? Kemarikan dulu surat perjanjian itu pada kami!"

2 orang itu mulai melangkah masuk mendekat. Mataku yang sudah mulai beradaptasi dengan cahaya mulai melihat jelas siapa 2 orang itu. Dan salah satu dari mereka adalah kakak!

"MMMMM!! MMMMM!!!"

Aku mulai berteriak memanggilnya. Kakak nampak mengerti dan merespon ku.

"Jangan sakiti dia! Lepaskan dia!"

"Hah! Kalian kira kami bodoh?! Serahkan dulu surat itu! Baru kami akan menyerahkan wanita cantik ini. Walaupun sejujurnya aku tak rela."

Ucap pria itu sambil terkekeh dan memasang wajah nakal menjijikkannya!

"Oke. Begini saja. Kalian berikan mereka pada kami dan kami akan memberikan surat ini secara bersamaan!"

"Hemm.. Boleh juga. Biar masalah ini cepat selesai! Baiklah. Ini!"

Pria cungkring itu dan pria gemuk itu mendorongku dan ibu -sesuai dengan aba-aba- dengan kencang ke arah kakak dan... Pria di sebelahnya, yang ternyata adalah Ren! Secara bersamaan kakak melempar surat yang dimaksud pada mereka. Dengan cepat kakak dan Ren membuka tali dan plester yang membekap ku begitu juga dengan ibu. Setelahnya kakak dan ren membawa kami masuk ke dalam mobil dan segera mengegas mobil cepat meninggalkan tempat itu. Aku yang tak bisa lagi menahan emosiku, dengan cepat menarik baju kakak yang berada di kursi supir dari bangku belakang dan mengoyak-koyakannya.

"KAKAK JAHAT!!! KAKAK JAHAT!!! TEGA-TEGANYA KAKAK MEMBOHONGIKU! DASAR! AKU BENCI KAKAK! SANGAT MEMBENCI KAKAAAAK!!"

Teriakku terus tanpa peduli akan apa yang dikatakan Ren yang berusaha melepaskan tanganku dari kakak dan menenangkanku. Kakak terus berusaha konsen ke jalan raya tanpa peduli teriakanku.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang