He's come back!

77 2 0
                                    

Part 8

Paginya, seperti biasanya, aku bersiap-siap pergi kerja. Dan sampai pada pukul 6. Tepat Ario sudah berada didalam toko. Sepertinya dia baru saja sampai.

Ckleng

bel pintu berbunyi begitu aku masuk kedalamnya. Ario tampak menyadari kehadiranku, tapi dia tampak tak merespon dan terus menyiapkan toko. Suasana dapat ku rasakan begitu akward. Aku kemudian memulai merapikan toko. Begitu selesai merapikannya, kini kami berdiri berdua didepan kasir menunggu pelanggan datang. Kami hanya diam satu sama lain, tanpa ada yang memandang ataupun berbicara. Sampai akhirnya, ku putuskan untuk membuka mulut.

"maaf soal kemarin."

Ucapku padanya. Sesaat tidak ada respon darinya. Sampai kemudian dia menggelengkan kepalanya.

"nggak apa"

Ucapnya tersenyum padaku.

"salahku. Tidak seharusnya aku mencampuri urusan kalian"

Katanya lagi. Aku hanya tersenyum simpul meresponnya.

"tidak apa. Tidak seharusnya aku membentakmu,..... juga dia. Lagi pula dia sudah sangat baik padaku."

"oh.. begitu. Dia.... pacarmu ?"

Tanyanya membuatku sedikit terkejut mendengarnya.

"bukan. Lebih tepatnya seorang kepo yang selalu mencampuri urusan orang lain."

Jawabku kemudian. Entah kenapa, dia tertawa kecil mendengarnya. Aku hanya menatap ke arahnya dengan heran.

"nggak,... emang namanya siapa?"

Katanya kembali dengan pertanyaannya yang membuatku terkejut. Aku menyadari bahwa selama ini aku tak pernah menyebutkan namanya sekalipun walaupun sempat dia sebutkan waktu itu. Tapi.......... aku lupa.

"hmm?"

Aku kemudian hanya menggelengkan kepala. Dan berhasil membuatnya kembali tertawa. Namun, kali ini lebih keras. Aku hanya menundukkan kepalaku. Dia yang seakan dapat membaca ekspresiku, kemudian berhenti tertawa dan berdehem.

"maaf.. aku Cuma sedikit terkejut."

Katanya kemudian. Aku hanya kembali tersenyum simpul padanya.

Malamnya, aku meminta izin pada bos untuk pulang lebih cepat. Untungnya bos memberikan izin. Aku pun mengegas motor pergi. dalam perjalanan, kembali bayanganku tentang kejadian semalam muncul dibenakku. Timbul perasaan yang tidak kuinginkan. Perasaan bersalahku padanya. selama perjalanan, perasaan bersalah itu selalu menghantuiku. 1 jam kemudian selama perjalanan, aku sampai pada tempat tujuanku. Aku sampai di Rumah Sakit tempat dimana ibu dirawat. Aku memarkirkan motorku dan kemudian menaiki lift Rumah Sakit dan sampailah aku didepan kamar bernomor 227 itu. Ku geser pelan pintunya dan kudapati sosoknya yang selalu menghantui pikiranku sedang duduk disamping ibuku yang kini telah sadar dari masa kritisnya. Ibu tampak tersenyum padaku, tapi dia sebaliknya. Memandangku saja, tidak. Akupun berjalan mendekati keduanya.

"sayang, bagaimana kabarmu?"

"baik bu. Ibu bagaimana?"

"Sehat Banget!!"

Kata ibu dengan percaya dirinya. Padahal jelas-jelas ku lihat mata ibu yang begitu lesu. Tanpa banyak comment, aku hanya tersenyum simpul padanya. Kemudian ku lihat si 'pencuri' itu bangkit berdiri dari tempatnya duduk.

"tante, aku mohon pamit."

Senyumnya pada ibuku.

"Makasih ya nak."

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang