Annoying!

122 3 0
                                    

Part 4

Ibu segera menghampiriku dan menarikku kasar ke luar kamar lalu menutup pintu itu rapat-rapat. Aku yang terkejut melihat sikap ibu yang tiba-tiba, hanya terdiam termenung berdiri menunduk ke lantai yang kupijar dengan tatapan kosong. Aku yang masih setengah syok, berjalan pelan ke arah kamarku. Dikamar, aku hanya berbaring di atas kasurku sambil menatap langit-langit kamarku. Masih terbayang di otakku expresinya dan masih terngiang di telingaku suara teriakannya memanggilku. Ada apa sebenarnya? Tanya ku dalam hati masih sedikit terguncang. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Aku yang tahu siapa itu, hanya terus menatap langit kamar sambil terus terdiam.

"Ani, kamu baik-baik saja?"

.............................

"maafkan mama ni, mama sudah bersikap kasar padamu tadi. Mama hanya tidak ingin kamu......."

Mama seketika terdiam

"mama tidak mau kamu teringat lagi."

lanjutnya lagi. Aku masih diam membisu di atas kasurku. Ku dengar langkah kaki menjauh dari kamarku. Kupikir kini ibu sudah kembali ke kamarnya. Kembali aku dengan pikiranku. Ibu masih saja dengan pikirannya yang menganggapku tidak bisa 'move on' dari kejadian waktu itu. Memang aku tidak bisa 'move on' sepenuhnya, tapi setidaknya aku bisa mengendalikan diriku agar tidak terlalu teringat akan masa lalu. Kupikir itu alasan mengapa pintu itu selalu tertutup rapat sejak 3 tahun yang lalu.

Esok paginya, aku masih terdiam di atas kasurku sejak pukul 4 pagi tadi sampai saat ini, pukul 10 pagi. Aku sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari kasurku apalagi beranjak pergi ke kampus. Tiba- tiba terdengar suara

Ting.. Ting.. Ting..

Segera ku tengok ke arah layar handphone ku yang barada di atas meja sebelahku. Sudah ke 5 kalinya handphone itu berdering dari penelepon yang sama. Jadi aku kembali mengabaikannya dan membiarkan handphone itu terus bernyanyi. setelah waktu yang cukup lama handphone itu berdering tanpa henti, akhirnya aku pun dengan pasrah mengangkat telpon itu.

"HEY! kau mau mati ya?! Dimana kau?! Kamu nggak lupa kan kalo kita punya skripsi?!"

teriak si 'pencuri' itu membuatku sedikit menjauhkan handphone ku dari telingaku.

"hmm"

jawabku singkat.

"cepatlah ke kampus! Sekarang!"

kali ini aku hanya terdiam.

"cepatlah! Kalau nggak.. akan ku jemput paksa kamu!"

aku yang mendengarnya refleks meng-'heh' kannya seolah meremehkannya. Lagipula memang dia tahu rumahku dari mana? Dasar bodoh. Gumamku dalam hati kemudian menekan tombol merah pada layar handphone ku dan meletakkannya kembali ke atas meja. Dan kembali berbaring di atas kasurku.

TIN! TIN!

Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari luar. Entah klakson mobil siapa yang berbunyi, yang pasti aku bisa langsung menebak siapa yang membuat kebisingan di luar. Dan benar saja. Ketika ku tengok ke luar dari jendelaku, si 'pencuri' itu berdiri di samping pintu mobilnya sambil terus menekan klakson mobilnya. Aku segera menengok ke arah garasi dan mendapati motor ibuku tidak ada lagi disana, bertanda ia sudah berangkat kerja. Aku yang tak ingin dilempari batu oleh para tetangga, segera menuruni tangga keluar rumah. begitu melihat sosokku yang keluar mendekat ke arah gerbang, 'pencuri' itu segera menghentikan klaksonnya dan keadaan kembali sunyi. Kali ini dia meng-'heh' kan ku dengan memasang senyum bahagianya yang seolah menunjukkan kalau dia benar-benar datang.

"apa? Kamu kira aku nggak akan datang? Heh. Lihat! Aku di sini sekarang. tadaa"

katanya padaku masih dengan nada ejeknya.

RENEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang