𝟐𝟔: Truth

965 161 25
                                    

"Astaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga...!" Rosé tersedak gundah, pipinya memanas oleh rasa malu saat jemarinya berusaha menarik selimut untuk menutupinya.

Akan tetapi, tangan Jimin yang ada di sana lebih dulu─tidak membantu, melainkan mengklaim bahwa seluruh tubuh Rosé adalah miliknya. Tangannya yang masih menggenggam ponsel kembali menarik pinggang ramping istrinya dengan lengannya, menyusupkan seluruh jemari kanannya dibalik selimut, kemudian mengusap lembut punggung Rosé yang hampir telanjang.

Dan tiba-tiba suasana penuh amarah berubah menjadi jauh lebih berbahaya ketika Rosé berdiri terpaku, merasakan sentuhan jemari Jimin di punggungnya yang mengakibatkan desiran hebat di sekujur tubuhnya. Wanita itu merasakan sebuah gairah membara menenggelamkan kemampuannya untuk memprotes.

Plin plan, istilah itu seakan mengejeknya. Plin plan dalam perasaannya karena ia seharusnya menyangkal sentuhan suaminya.

Tapi tidak, ia sungguh tidak menolaknya saat Jimin menariknya lebih mendekat. Mata Rosé terangkat memohon kepadanya, lalu terpaku begitu melihat gairah membakar yang sama di mata suaminya itu.

"Kumohon jangan, Jim..." Kata Rosé gemetar.

Namun, Jimin menggeleng. "Tubuhmu menginginkanku, Rosé." Katanya parau.

Bibir Rosé terkatup rapat. Ia menyadari bahwa pernyataan tersebut sepenuhnya benar. Air matanya seketika merebak tatkala tubuhnya menginginkan setiap sentuhan yang diberikan Jimin.

"Apakah kau tidak mengerti?" Tukas Rosé. "Aku merasa seolah mengkhianati diriku sendiri!"

"Karena kau tidak mencintaiku?"

"Aku masih mencoba, Jim. Aku masih mencoba..." Balasnya serak. "Tapi apa artinya jika kau ternyata tidak mencintaiku─"

"Cukup, Rosé. Hentikan!" Perintah Jimin. "Mari kita selesaikan kesalahpahaman ini. Dan mari kita luruskan satu hal." Geramnya.

Rosé mengernyit saat tangan kiri Jimin terangkat, menekan tombol panggilan keluar pada ponselnya. Lantas, beberapa detik kemudian ia menghidupkan pengeras suara ketika nada panggilan tersambung pada seseorang yang ditelepon mengangkatnya. Sedangkan tangan kanannya beralih memeluk pinggang Rosé sangat posesif.

"Ya, Brother." Jawab seseorang diseberang telepon.

"Jeon, katakan pada istriku apa yang kita bicarakan tadi!"

"What?" Seru Jeon, nadanya terdengar bingung karena perintah Jimin.

Rosé mengernyit sambil membatin. "Apa hubungannya semua ini dengan Jeon?"

Seolah Jimin dapat membaca apa yang dipikirkan istrinya, ia berkata. "Dengar, Rosé. Tadi pagi sebelum kau bangun, Jeon meneleponku untuk membicarakan kerja sama kita. Selanjutnya, ia menanyakan hubungan kita, Jaehyun dan Mina." Ujarnya singkat.

Rosé terdiam, tetapi kerutan dalam di dahinya menyiratkan bahwa ia belum puas dengan penjelasan Jimin sehingga pria itu menghela napas panjang.

"Hei, tunggu dulu." Celetuk Jeon. "Apa kalian bertengkar?"

TOUCHING YOUR HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang