Rosé bergeming. Ia mengangkat kepala dengan muram, menatap wajah keras dan suram milik Jimin, beriringan dengan air mata yang mulai menyengat di balik kelopak matanya. Wanita itu lantas menutupinya dengan kedua tangannya, dan tubuhnya gemetar oleh serangan lemah rasa mengasihani diri sendiri.
Jimin yang tidak tega melihatnya, seketika ia langsung memeluknya sehingga Rosé sendiri pun bisa merasakan helaan napas berat dari pria itu, saat Rosé berjuang menahan terbitnya air mata. Ia tidak bisa menghindarinya, terlebih menolak pelukan dari Jimin karena hatinya tiba-tiba menghangat. Walau kesedihan belum menghilang sepenuhnya.
"Aku tidak punya apa-apa lagi..." Ucap Rosé lirih. "Tidak ada lagi..."
"Tapi kau akan segera memilikinya lagi." Gumam Jimin meyakinkan, dan tiba-tiba ia mengeratkan pelukannya.
"Ayo menikahlah denganku!" Jimin mendesaknya parau.
"Saat ini, hanya kau, aku dan Jaehyun, yang tahu alasan sebenarnya mengapa Jaehyun meninggalkanmu di hari pernikahan kalian."
"Bagaimana dengan para tamu yang akan bertanya-tanya, mengapa aku harus menikah dengan Anda, bukan dengan Jaehyun?" Tanya Rosé muram.
"Kita bisa memberitahu mereka bahwa aku telah menghentikan pernikahanmu dengan Jaehyun, karena aku sangat mencintaimu dan kau telah jatuh cinta kepadaku hingga Jaehyun mengetahui tentang hal itu." Jimin menjeda kalimatnya untuk menghela napas lelah.
"Aku yakin, Jaehyun tidak akan menyangkalnya. Dia hanya akan merasa lega karena kita telah menemukan cara untuk membuatnya kelihatan tidak terlalu bersalah." Ujar Jimin mencoba meyakinkan Rosé. Pria itu lantas memeluk Rosé sejenak lebih erat untuk membesarkan hatinya, hingga beberapa detik kemudian ia melepaskan pelukannya.
"Oke?" Tanya Jimin.
Seolah terhipnotis, Rosé pun mengangguk. Ia tahu seharusnya tidak membiarkan ini terjadi. Namun, entah bagaimana wanita itu tidak menemukan kekuatan untuk melawan lagi tawaran sukarela dari Jimin.
Menurut Rosé, Jimin benar tentang satu hal. Dia satu-satunya orang yang Rosé rasa bisa memahami siksaannya karena Jimin yang mencetuskan nya sejak awal.
"Biar aku yang bicara pada paman dan bibimu." Saran Jimin saat menggiring Rosé ke pintu.
Dan Rosé sendiri pun, ia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Wanita itu harus percaya kepada Jimin sebagai orang yang masih waras. Hal itu satu-satunya cara agar ia bisa bertahan dan juga menyelamatkan nama baik paman juga bibinya.
Mereka berdua pun pergi menemui paman dan bibi Rosé yang menunggu mereka di ruang duduk untuk keluarga dekat mempelai.
Bibi Maisy berdiri ketika Jimin dan Rosé masuk. Wanita paruh baya itu masih terguncang sampai-sampai membutuhkan bantuan sang suami. Tiba-tiba mereka tampak tua dan rapuh, sama sekali tak dapat mengatasi kengerian serta emosi yang ditimbulkan dalam kejadian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHING YOUR HEART
Dla nastolatków[ END ] Roséanne Park, di tinggalkan sang mempelai pria disaat tinggal hitungan menit acara janji suci pernikahan segera berlangsung! Ia pernah mendengar hal itu terjadi pada orang lain. Namun, tak pernah menyangka ia sendiri akan mengalaminya. Wani...