Cahaya matahari menembus jendela kaca hingga membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Dengan pikiran kosong, Rosé berusaha menggerakkan tubuhnya untuk berguling turun. Kakinya mengambang sebentar di tepi tempat tidur, sebelum benar-benar menyentuh lantai.
Rosé lantas mengedarkan pandangannya ke semua sudut ruangan tersebut, hingga kemudian ia menghirup napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Sambil terduduk di tepi ranjang tidur, Rosé menoleh ke belakang ke arah sofa kulit yang memanjang, sofa yang dipakai Jimin semalam untuk mengistirahatkan tubuhnya. Wanita itu sedikit mengernyit karena sofa itu tampak kosong, tak ada keberadaan Jimin di sana. Namun, Rosé tak mau ambil pusing dan tak ingin memikirkannya.
"Selamat pagi." Suara berat Jimin menyapa Rosé yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya, dan langsung berdiri tepat di depan wanita itu. "Ini, teleponmu sedari tadi berdering." Jimin memberitahunya seraya mengulurkan tangannya untuk menyerahkan telepon genggam milik Rosé.
Rosé lantas menatap telepon genggamnya yang sudah tak berdering dan masih di tangan Jimin. Ia lalu mendongakkan kepalanya untuk beralih menatap Jimin yang tampak sudah membersihkan tubuhnya. Terlihat dari rambutnya yang basah dan tersisir rapi. Hingga pakaian yang dikenakannya yaitu kaos putih polos bermerek dan celana jeans hitamnya, juga sangat cocok di tubuh kekarnya.
Memakai pakaian formal ataupun tidak formal, pria itu sebenarnya sangat tampan. Maka tak heran banyak wanita di sekelilingnya yang begitu memuja ketampanan Jimin. Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi Rosé karena ia hanya memiliki rasa tidak suka kepada Jimin.
"Bagaimana handphoneku ada ditangan Mr. Jimin?" Rosé bertanya sedikit selidik.
"Oh, tadi pagi aku meminta anak buahku untuk pergi ke rumah paman dan bibimu, mengambil beberapa barang penting milikmu." Ujar Jimin datar memberitahu Rosé.
"Untuk apa repot-repot ke sana?" Rosé bertanya sambil mengernyit. "Tapi-" Ia tak melanjutkan kalimatnya karena tiba-tiba handphonenya kembali berdering.
"Angkatlah!" Perintah Jimin. "Kita akan melanjutkan pembicaraan ini nanti."
Tanpa menunggu lama Rosé langsung menyambar handphonenya dari tangan Jimin. Dilihatnya nama yang tertera dilayar telepon genggamnya itu, dan ternyata yang meneleponnya adalah sahabatnya yaitu Lisa.
Sebenarnya, Rosé begitu enggan mengangkat telepon dari sahabatnya karena ia belum terlalu siap untuk bicara dengan siapa pun, terutama Lisa. Rosé sangat tahu, bahwa sahabatnya itu tidak bodoh. Lisa sangat menyadari betapa Rosé cinta mati kepada Jaehyun.
"Ya, Lisa." Rosé akhirnya memberanikan diri mengangkat telepon dari sahabatnya. Namun, ekor matanya melirik ke samping kiri, melihat Jimin yang melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan kamar tidur nan elegan itu.
"Halo, Rosé. Sejak tadi aku mengirimmu pesan dan juga meneleponmu." Ucap Lisa yang khawatir kepada sahabatnya.
"Maafkan aku, Lis. Aku baru bangun tidur. Setelah kejadian kemarin seluruh tubuhku terlebih lagi pikiranku begitu sangat lelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHING YOUR HEART
Jugendliteratur[ END ] Roséanne Park, di tinggalkan sang mempelai pria disaat tinggal hitungan menit acara janji suci pernikahan segera berlangsung! Ia pernah mendengar hal itu terjadi pada orang lain. Namun, tak pernah menyangka ia sendiri akan mengalaminya. Wani...