Bagian 12 (revisi)

4.9K 386 21
                                    

Sebuah buket bunga tulip putih yang sangat besar di bawa Valda menuju dapur

Semua yg ada di dapur pun terkejut karena biasanya Valda hanya di kirim buket berukuran sedang, namun kini ukuran buket itu bahkan tidak main main

Ditaruhnya buket itu diatas meja makan, dan mulai membuka surat yang terselip di dalamnya

'hai anak ayah.... Happy birthday ya, sekali lagi ayah minta maaf atas apa yang pernah ayah lakukan. Karena hari ini hari ulang tahun Valda jadi ayah kirim buket yang lebih besar dari sebelumnya. Sekali lagi happy birthday anak ayah'

Setelah membaca surat itu Valda hanya diam seribu bahasa, Hanum yang melihat ekspresi Valda pun enggan untuk bertanya dahulu

'jadi selama ini dia yang ngirimin buket ini?'

Raut wajah Valda mulai berubah kecewa, diremat nya surat itu hingga tak berbentuk, lalu ia lempar begitu saja

"Loh kok di buang Val? Isi suratnya apa nak??" tanya nenek Hanum

"Ternyata yang selama ini selalu ngirim Valda buket tulip putih ini dia nek" ucap Valda pelan

"Siapa nak?"

"TUAN Aldric "

Semua orang di dapur sama kaget nya dengan Valda, ternyata Aldric adalah pengirim bunga yang selalu rutin mengirim bunga tulip putih bahkan sejak beberapa tahun yang lalu.

"Ekhem....emm, Bagaimana kalau kita rayakan ulang tahun Valda saja? Hari ini Valda ulang tahun kan? Tidak usah memikirkan masalah yang lain dulu" Ucap kakek Edwin sambil mengusap kepala Valda

Nenek Hanum tersenyum dan menyajikan berbagai hidangan kesukaan Valda

Sudah menjadi rutinitas bagi mereka untuk merayakan seperti ini saat Valda maupun Gavin berulang tahun. Sebenarnya Valda masih memikirkan perkara bunga tulip putih itu. Tapi apa yang dikatakan kakek Edwin benar,hari ini hari ulang tahunnya jadi untuk apa ia repot repot memberatkan pikirannya demi pria yang sudah terlanjur ia benci itu

Saat suasana sudah mulai tenang dan saat semua tengah asik menikmati hidangan kembali terdengar ketukan pintu.

"Biar Gavin yang buka " ucap Gavin

Tak lama kemudian setelah membukakan pintu Gavin dengan raut datar nya malah kembali bersama 3 orang pria, Itu Aldric, Samuel,dan Xavier.

Aldric membawa kue ditangan nya, Samuel membawa sebuah kotak kado

Dan Xavier membawa sebuket bunga tulip putih lagi.

Pemandangan ini adalah pemandangan yang sangat langkah sekaligus sangat aneh, mengingat ketiga pria ini adalah orang yang sangat kaku

"Happy birthday Valda" Dengan suara yang lembut ketiga pria itu mengalunkan nada kecil

Valda membanting sendok keatas meja yang menghasilkan bunyi yang nyaring

"Mau apa lagi sih kalian kesini? Gak bosan apa diusir terus?!" Valda terdengar sangat marah

"Kami kesini tentu saja ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk adik kecil kami ini" Jawab Xavier dengan senyum yang sangat manis

"saya tidak perlu ucapan dari kalian, maaf tapi tolong pulang saja" ucap Valda

Kakek Edwin menepuk pelan bahu Valda

"Valda, biarkan mereka duduk dulu, lagi pula mereka udah berusaha loh datang buat kamu. Silahkan duduk tuan" Sebenarnya Edwin juga sedikit enggan untuk menerima kedatangan Aldric namun ia masih paham tata Krama, ia mempersilahkan Aldric dan kedua putranya untuk duduk bersama.

Kini semua telah duduk di meja makan bersama sama dan siapa sangka ternyata posisi duduk Valda saat ini tanpa sengaja berhadapan langsung dengan Aldric

"Happy birthday ya untuk anak ayah yang bungsu ini, semoga sehat selalu, dan ayah harap suatu saat Valda mau menerima kami" Ucap Aldric teramat tulus dari hatinya bahkan matanya sampai berkaca kaca memandang lekat pada sepasang netra jernih milik Valda.

Namun Valda hanya memalingkan muka, walau sebenarnya terbesit rasa iba di hatinya saat pria itu memandangnya dengan mata yang berkaca kaca, tapi nampaknya ego Valda masih pemenangnya.

"untuk apa selama ini anda mengirimkan buket itu kepada saya?" Tunjuk Valda pada buket tulip putih besar yang tadi diterimanya dengan tatapan penuh tanya ada Aldric.

Disisi lain tangan Samuel dan Xavier mengepal erat mendengar ucapan Valda yang masih menggunakan kata anda saya pada sang ayah, namun mereka hanya bisa diam, mereka tak ingin memperkeruh suasana. Mereka tidak ingin menambah masalah yang nantinya malah menambah kebencian Valda terhadap mereka.

"Valda tau tidak arti bunga tulip putih?" tanya Aldric pada putra bungsunya itu

"Tulip putih dilambangkan sebagai cinta dan kesucian serta ketulusan, namun bunga tulip putih juga melambangkan permohonan maaf. Karena bunga tulip putih ini melambangkan kesucian dan permohonan maaf, ayah harap bunga ini mampu menyampaikan permohonan maaf ayah selama ini dan ayah berharap suatu saat Valda mau merendahkan hati dan memaafkan ayah" Aldric masih setia mempertahankan senyuman teduh nya dan duduk diam meski sebenarnya hatinya ingin sekali membawa tubuh ringkih sang anak kedalam dekapan nya.

Mendengar perkataan dari Aldric membuat hati Valda rasanya menciut, Jadi bahkan sudah bertahun tahun lamanya Aldric menyampaikan permohonan maaf nya pada Valda, dan selama itu pula ia mengharapkan kerendahan hati Valda untuk mau memaafkan nya. Mengingat tingkah Valda yang selama ini terkesan sangat tidak sopan membuat Valda sangat malu rasanya. Harusnya ia tidak perlu bersikap sekurang ajar itu pada pria yang notabene nya adalah ayah kandung nya sendiri. Ingin sekali Valda meminta maaf atas sikap kurang ajarnya saat ini, namun sekali lagi ego nya masih terlalu tinggi.

Valda malah berlalu meninggalkan meja makan dan memasuki kamarnya

Dentuman keras terdengar saat pintu dibanting keras oleh Valda dan langsung menguncinya.

Semua yang ada di meja makan pun sedikit terkejut melihat Kelakuan Valda, Padahal Aldric baru saja mengungkapkan hal yang bisa dibilang sangat mendalam berharap dapat meluluhkan hati sang anak, namun tampaknya semua itu tidak berhasil. Aldric hanya menunduk diam, bagaimana pun sumua ini adalah konsekuensi yang harus ia terima atas semua keputusannya dahulu.

Namun bisa dibilang tingkah Valda mirip dengannya saat masih remaja, persis seperti cerminan dirinya dulu yang selalu keras hati dan sulit diluluhkan, nyatanya darah nya memang mengalir deras di diri anak bungsunya itu. Ia tidak marah atau pun kecewa sedikitpun pada Valda, ia rasa anaknya masih perlu lebih banyak waktu untuk saat ini, ia tidak boleh memaksa sang anak untuk memaafkan nya karna bagaimanapun yang paling terluka disini adalah Valda.




JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YAAA ^^

VALDA ADIWANGSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang