2. Damn

2.6K 388 17
                                    

Eri mengerutkan dahi ketika cahaya matahari menerpa wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eri mengerutkan dahi ketika cahaya matahari menerpa wajahnya. Kepalanya terasa sakit dan ia berusaha mengumpulkan kesadaraannya untuk bangun. Tapi yang pertama kali ia sadari adalah hembusan nafas yang menyentuh lehernya. Eri cepat membuka mata dan menoleh ke kanan, nafasnya tercekat melihat ada orang lain di sampingnya. Itu Nala yang masih tertidur.

Eri menutup mulutnya, ia ingin berteriak tapi tak bisa. Dengan cepat Eri turun dari ranjang dan mengambil barangnya yang tercecer di lantai. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga ia bisa berakhir dengan Nala di sini.

Keluar dari kamar Eri kebingungan mencari pintu keluar, ia yakini ini bukan hotel tapi rumah laki-laki itu.

"Sial. Dimana lagi pintunya"

Eri mengendap-endap berjalan sembari melihat situasi sekitar. Ia harap hanya Nala yang ada di rumah ini, jika ada yang lain Eri tidak tau menaruh mukanua dimana.

"Aman" ucap Eri setelah turun dari lantai dua. Pandangan Eri langsung tertuju pada pintu utama di depan. Eri hanya perlu beberapa langkah untuk bisa keluar dari rumah ini.

"Siapa?"

Baru langkah ke limanya Eri langsung berhenti, ia menengok ke belakang. Disana seorang perempuan dengan piyami menatap Eri dengan tatap sengit.

Sial. Umpat Eri dalam hati.

"Lo siapa? Kenapa bisa di rumah gue?"

"Ee.." Eri tergagap, ia tidak tau harus menjelaskan bagaimana.

"Eriselle.."

Baik Eri dan perempuan muda itu langsung menoleh ketika mendengar suara Nala. Nala yang masih di tengah-tengah tangga terdiam, melihat adiknya ada disana.

"Dia? Siapa Kakak?"

Nala mengerjapkan matanya berkali-kali, "Dia-"

"Dia perempuan bayaran Kakak?" Potong adik Nala

"What?!!" Eri tidak habis pikir, kenapa perempuan di depannya ini menyebut perempuan bayaran. Dia tidak bisa membedakan apa perempuan bayaran dengan perempuan smart sepertinya.

"Naya, jangan ngomong sembarangan" ucap Nala

"Aku nanya, apa salahnya"

"Salah. Karena kamu potong omongan orang" sahut Nala

Eri tertegun, si bajingan Nala ternyata bisa begini juga pikir Eri.

"Nala. Naya"

Eri menengok ke arah sumber suara walau bukan dia yang di panggil.

"Kakek" ucap Naya

Pria paruh baya yang dipanggil Kakek itu langsung melihat Eri yang merupakan orang asing di rumah ini.

"Dia siapa?"

Naya menggeleng, "Tanya aja sama Kak Nala"

Pria itu melihat ke arah Nala, seolah minta penjelasan. Tidak perlu waktu lama, Nala langsung turun dan mendekati Eri. Nala sama sekali tidak ragu merangkul Eri. Jelas saja tindakan seenaknya Nala dapat pelototan Eri.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang