Sehari setelah pemakaman Kakeknya, dengan tidak pantasnya om dan tantenya meminta kuasa hukum kakek untuk langsung menyampaikan pembagian warisan yang tampaknya sudah sangat mereka tunggu-tunggu. Padahal jelas keadaan sekarang keluarga besar masih berkabung, tapi mereka sebagai anak kandung justru sama sekali tidak menunjukkan kesedihan mereka walau hanya untuk berpura-pura.
Kuasa hukum yang ditunjuk Ananta untuk mengurus warisan sebelum meninggal sudah bergabung dengan Nala, Ares, Amira, dan keluarga inti Ares dan Amira.
"Bapak Anata Senardi menunjuk saya untuk menyampaikan pembagian harta warisan pada keluarga inti. Bapak Ananta sudah mempertimbangkan pembagian warisan kepada kalian semua" ucapnya
"Langsung aja"
Kuasa hukum itu mengeluarkan surat wasiat yang menuliskan pembagian warisan yang akan di terima keluarga inti.
"Pertama, untuk bapak Ares Nardinata dan Ibu Amira Nardita menerima masing-masing 25% dari kekayaan bapak Ananta"
Ares dan Amira tersenyum lebar, wajah bahagia sama sekali tidak terbendung. Bahkan tepuk tangan keras menunjukkan mereka kebahagiaan mereka yang tidak terbendung. Nala untuk pertama kali muak melihat wajah bahagia manusia.
"Lalu, Nalarama Anthasena dan Nayarana Anthanesa masing-masing menerima 20%. Terakhir untuk 5 cucu lain akan menerima masing-masing 2% sebagai hadiah" tambahnya
"Kenapa Nala dan Naya dapat 20% sedangkan anak saya yang merupakan cucu tertua di keluarga cuman dapat 2%" sahut Amira
"Itu yang ditulis pak Ananta, bu"
"Gak fair dong begitu, harusnya anaknya saya dapat lebih dari Naya dan Nala. Saya gak terima" tolak Amira
"Saya rasa itu gak pantas, saya dan Amira sebagai anak kandung dapat 25% sedangkan Nala dan Naya yang notabene hanya cucu justru dapat nominal yang hampir sama. Jangan-jangan Nala ya nyogok kamu"
"Surat wasiat serta warisan dari pak Ananta punya kekuatan hukum, siapapun gak bisa menggantinya dengan seenak" jawab kuasa hukum Ananta dengan tegas
Nala menghela nafas, orang-orang yang berumur sudah setengah abad di depannya menunjukkan jelas berapa rakus dan tamaknya mereka dengan harta yang sebenarnya bukan milik mereka.
Amira melihat tajam pada Nala, "Senang kamu Nala dapat 20% warisan kakek, yang sepuluh kali lebih banyak dari sepupu kamu yang lain"
"Jika disuruh memilih, Saya lebih memilih Kakek kembali daripada harta-harta itu. Jangan samakan saya dengan kalian yang menyembah-nyembah harta" balas Nala
"Ishh.. Anak kurang ajar. Kalau gak mau harta itu, beri aja ke yang lain"
Nala tersenyum miring, "Dasar pengemis"
"APA KAMU BILANG?"
Nala beranjak dari kursinya, ia tidak bisa bertahan lebih lama jika terus dihadapkan dengan orang-orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS
FanfictionJika diberi pilihan siapa yang ingin Eriselle musnahkan, jawabnya pasti Nalarama. Laki-laki itu sama sekali tidak layak disebut manusia. Tapi tidak dengan Nalarama, kebencian Eriselle padanya menjadi daya tarik tersendiri untuk Nala. Semakin Eri mem...