27. True Enemy

1.4K 215 21
                                    

"Pak Nala" seru sekretaris Nala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pak Nala" seru sekretaris Nala

Sekretaris Nala tiba-tiba masuk ke ruangannya dengan raut wajah yang terlihat kurang menyenangkan. Ini tidak seperti biasanya, tampaknya ada hal buruk yang akan Nala dengar.

"Ada apa Bian?" Tanya Nala

"Pak, Pak Ananta sekarang kritis. Saya dikabari oleh asisten beliau, sekarang pak Ananta dirawat di Singapore"

Nala terdiam sesaat, ia berusaha mencerna ucapan Bian. "Serius?!"

"Iya pak, dari dua hari lalu."

"Dua hari yang lalu, tapi informasi ini baru sampai ke saya?"

Bina mengangguk lemah, ia tidak bisa apa-apa karena keadaannya memang begitu adanya.

"Siapkan penerbangan saya ke singapore" perintah Nala

Nala mengambil jas yang tersampir di bahunya, ia tidak dapat menunda barang sejenak karena kondisi Kakeknya saat ini kritis dan Nala baru tahu sekarang. Terakhir ia bertemu dengan kakeknya sudah sekitar beberapa bulan lalu, ketika Eri di rumahnya waktu itu. Setelahnya Kakeknya pergi dan mereka hanya sesekali bertukar kabar. Tapi setelah sekian lama mengapa ia justru mendengar berita kabar begini.

"Bian, jemput Naya juga. Tapi jangan beritahu apapun ke Naya" tambah Nala

***

"Kak Nala.." lirih Naya

Naya pagi tadi dikejutkan dengan kedatangan sekretaris Nala di rumah dan memintanya untuk mengikutinya. Tanpa penjelasan apapun dan situasi yang tiba-tiba begini justru menandakan ada hal yang kurang baik. Ditambah wajah Nala yang agak muram ketika Naya datang.

"Nay.. kamu gak ada agenda kan seminggu ini?"

Naya menggeleng, "Ada apa jadi aku harus ikut kakak ke Singapore?"

Nala tersenyum tipis, "Setelah kakak beritahu kamu harus tetap tenang, jangan panik."

"Ada apa sih kak?"

Ucapan Nala barusan justru membuat Naya semakin panik. Nala bahkan menggunakan helikopter pribadi untuk ke Singapore sekarang, jika bukan hal urgensi sangat tidak mungkin tiba-tiba begini.

"Kakek lagi kritis sekarang, kita harus jenguk kakek"

Tiba-tiba suasana menjadi senyap, telinga Naya bahkan terasa tuli. Hatinya sangat sakit secara tiba-tiba. Tanpa sadar mata Naya berkaca-kaca.

"...kakek kritis?"

Nala mengangguk, ia dapat melihat jelas bahwa Naya kini sudah meneteskan air matanya. Sejak lahir Naya diasuh kakek dan nenek mereka, tapi beberapa tahun lalu nenek sudah pergi. Kini kondisi Kakek mereka kritis, jelas saja membuat Naya sangat sedih. Kakek dan neneknya bagi Naya seperti orang tuanya, mereka yang selama ini mengganti peran orang tua Naya yang telah tiada.

BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang