Nala menarik paksa tablet milik Eri, "Jangan kerja di tempat tidur"
Eri mengulum senyumnya, ia memelas pada Nala.
"Sedikit lagi Na"
Nala menggeleng, ia mendorong tubuh Eri untuk berbaring. Ia juga menarik selimut untuk menutupi tubuh Eri.
"Besok lagi. Kalau kamu tunda kerjaan kamu beberapa jam gak akan buat kamu rugi kan Ri."
"...iya. Tapi aku cuman tinggal klik kirim emailnya Na"
"Eriselle kalau kamu kirim email itu sekarang. Penerima Email kamu juga gak akan istirahat sekarang, jadi kirim email itu besok aja oke"
"Mau gimana lagi kalau bos udah kasih titah" ucap Eri kesal
Nala mencium kening Eri, "Gimana hari ini?"
"Kaya biasa, aku dan tim perencanaan buat launching produk baru" ucap Eri
Nala beralih melihat bekas luka di telapak tangan Eri yang masih basah walau sudah lewat beberapa hari.
"Marshela masih ganggu kamu?"
Eri menggeleng, "Hari ini dia gak datang ke kantor aku"
"Hari sebelumnya dia masih ke kantor kamu?"
"Gak apa-apa Na. Dia gak macam-macam, aku baik-baik aja" jawab Eri
"Apa perlu aku kasih pelajaran si Marshela"
"Gak usah berlebihan. Itu bisa aja terjadi, siapapun pasti marah dan kesal kalau ada orang asing yang tiba-tiba ngambil posisi yang harusnya punya kita"
Wajah Nala tiba-tiba berubah menjadi kesal, "Eri bukan kaya gini"
"Maksud kamu apa?"
"Kamu gak cocok jadi ibu peri nan baik hati" ucap Nala
Eri langsung memukul Nala sangat kencang hingga Nala mengaduh kesakitan, "Kan apa aku bilang, kamu cocok jadi kasar aja Ri"
"Nala besok- besok kita gak usah sekamar lagi deh"
"Yaelah gitu aja ngambek" jawab Nala
"Siapa yang mulai duluan coba"
"Aku ngomong sesuai realita Ri. Kamu bukan orang yang mengalah, apalagi Marshela sampai main fisik ke kamu. Kamu ingat gak gimana kasarnya kamu awal-awal kita kenalan, kalau aku ingat-ingat kamu gak akan semudah itu memaafkan orang"
Rahang Eri mengeras, "Coba kamu ingat-ingat gimana kamu awal kita kenal? Menurut kamu itu pantas di maklumi apalagi dimaafkan?"
"Tapi kan ujung-ujung kita jadi bersama gara-gara itu"
Eri tidak lagi memukul Nala, ia menendang Nala hingga terguling dari ranjang sampai ke lantai. Nala memekik kesakitan, tapi Eri sama sekali tidak peduli. Ia menutupi telinganya dengan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS
FanfictionJika diberi pilihan siapa yang ingin Eriselle musnahkan, jawabnya pasti Nalarama. Laki-laki itu sama sekali tidak layak disebut manusia. Tapi tidak dengan Nalarama, kebencian Eriselle padanya menjadi daya tarik tersendiri untuk Nala. Semakin Eri mem...