"Kenapa Kak Nala jadi ikutan kesini?" Bisik Naya pada Eri
Eri melirik Nala yang fokus dengan pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini.
"Nay, kamu harus bersyukur karena Kakak kamu kesini. Kalau nggak mungkin, kita gak bisa pulang" jawab Eri sambil berbisik di telinga Naya.
Naya mengembungkan pipinya, "Tapi gak seru kalau kak Nala ikut"
Eri bertanya-tanya kapan Naya dan Nala dapat akur, tidak ada tanda-tanda jika keduanya akan berdamai. Pertengkaran mereka juga abstrak dan yang membuat semakin buruk karena keduanya enggan berkomunikasi.
"Anggap aja gak ada. Demi keselamatan kita disini Nay"
"Padahal kalau Kak Eri perlu uang tambahan lagi, dia pasti kasih kok" tunjuk Naya pada Raja
"Raja?"
"Walau tampang dia gak meyakinkan, tapi sebenarnya uang Raja lebih banyak dari Kak Nala. Seperti namanya Raja adalah Raja" jawab Naya
Eri hanya tersenyum kecil, tidak mengejutkan bagi Eri mendengar ini. Naya dan lingkungannya bukan tempat yang biasa, jadi pastinya orang di sekitar Naya juga tidak biasa termasuk Raja. Sangat mungkin jika Raja memiliki kekayaan lebih dari Nala sekalipun seperti yang dikatakan Naya.
"Jadi menurut kamu, Nala mending gak usah gitu?"
Naya mengangguk mantap, "Coba kak Eri lihat, Kak Nala malah ngurus kerjaannya. Padahal kalau Kak Nala gak ikut sekarang kita sampai pantai"
Eri mengulum senyumnya, "Hanya satu jam kita terlambat Nay, bukan keinginan Nala juga untuk bekerja di kondisi kaya gini"
Naya membisu, ia melirik Nala yang sedang mengerjakan pekerjaannya di sela-sela makan siang menjelang sore ini.
"Kak Eri jangan buat aku kelihatan kaya orang jahat" ucap Naya
Eri tertawa kecil, "Maka dari itu tunggu Kakak kamu yang rela jauh-jauh kesini untuk mastikan adiknya baik-baik"
"Bukan karena Kak Eri?"
Eri menyipitkan matanya, "Pertama yang ditanyakan 'kenapa lo gak ngasih tau gue kalau ngajak Naya ke Raja Ampat' Nala marah banget"
"Itu cuman basa-basi kak Nala aja" jawab Naya
Eri mengedikkan bahunya, "I don't know. Tapi pasti alasan Nala kesini karena dia mengkhawatirkan kamu Naya, kamu masih jadi tanggung jawab Nala selama kamu belum menikah"
Naya diam lagi, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Ia melirik Nala yang bersebrangan dengannya, wajah serius Nala membuat ada perasaan Naya sedikit bersalah karena sudah jahat pada kakaknya itu. Kalau bukan Nala, mungkin ia tidak akan merasakan masa remaja yang normal.
"Nala?"
Suara seruan tiba-tiba terdengar, itu bukan suara Eri, Naya, apalagi Raja. Tapi keempatnya langsung mengalihkan atensi mereka mencari siapa yang memanggil Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS
FanfictionJika diberi pilihan siapa yang ingin Eriselle musnahkan, jawabnya pasti Nalarama. Laki-laki itu sama sekali tidak layak disebut manusia. Tapi tidak dengan Nalarama, kebencian Eriselle padanya menjadi daya tarik tersendiri untuk Nala. Semakin Eri mem...