Chapter 34

4.5K 424 22
                                    

"Pa?" Mark menyembulkan kepalanya sedikit, mengintip punggung sang papa yang terlihat bergetar. Tenggelam di balik selimut tebal di kamarnya

Daddynya pergi kemarin, ada sedikit masalah internal kantor mereka di Canada

Dan sepagian ini baik Jeno maupun Mark belum menemukan Papa cantik mereka berkeliaran dengan Apron biru muda yang biasa ia pakai

Sebab biasanya sebelum jam lima pagi anak anaknya bangun, Doyoung sudah siap dengan semeja penuh makanan. Apron Biru muda serta senyum manis khasnya sekali

Sampai Mark harus mengintip papanya, sekedar memastikan. Ia tak pernah memasuki kamar orang tuanya, pun dengan Jeno. Entahlah ia merasa sungkan saja

"Bagaimana papa?" Mark menoleh pada adiknya, Jeno bahkan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Wajahnya terlihat panik, jelas Jeno tak akan bisa fokus sebelum tahu bagaimana keadaan sang Papa

Mark menghela nafas "Sepertinya papa sakit." Jeno membuka pintu kamar orang tuanya semakin lebar, kemudian melangkah pelan mendekati ranjang sang papa

Tangannya terulur "Panas," Gumamnya pelan, punggung tangan Remaja itu refleks tertarik kembali saat merasakan panas cukup tinggi di kening sang papa

Jeno menghela nafas, Mark mendekati mereka. Dia tidak tega, wajah papanya pucat sekali

"K—kalian belum berangkat? Maaf Papa tidak membuat sarapan untuk kalian." Doyoung bergumam, ingin membuka mata sekadar menatap kedua putranya. Tetapi entah mengapa itu terasa sangat berat sampai ia hanya mampu membalikkan tubuh, merapatkan Selimut kemudian mengedip pelan

"Papa kenapa tidak bilang sedang sakit? Mark panggilkan Dokter Moon ya?" Doyoung menggeleng pelan, dia menarik tangan Jeno yang semula mengusap keningnya lembut

Memeluk tangan putranya menempelkan pada Pipinya yang terasa panas "Papa hanya butuh istirahat, kalian lebih baik berangkat."

Mark menarik nafas pelan, duduk di samping kaki Doyoung yang tertutupi selimut "Mark menjaga papa saja ya? Biar Jeno berangkat sendiri."

"Nggak mau! Aku juga mau jaga papa!" Jeno mendengus tak terima, dia menggenggam erat tangan Papanya

Si sulung terlihat menahan kesal "Jeno kau harus sekolah, kau masih kelas sepuluh ingat?"

"Tidak mau!" Remaja itu kukuh pada pendiriannya.

Doyoung menghela nafas berat "Kalian berdua berangkat sana, Papa hanya butuh istirahat lagipula banyak Maid juga disini." Dia membuka mata, menatap bergantian kedua putranya

Mendengar perdebatan sepasang kakak beradik itu makin membuat kepalanya berdenyut pusing, Doyoung yakin dia hanya kelelahan. Tidur sebentar juga sembuh

"Mau aku telpon Daddy?" Doyoung menggeleng cepat mendengar tawaran putra sulungnya "Jangan, Daddy kalian pasti sedang sibuk."

Mark dan Jeno saling pandang, menarik nafas pelan "Tapi kalau sampai kami pulang dan panas papa belum juga turun, papa harus mau di periksa Dokter Moon bagaimana?"

"Iya Iya." Doyoung mengangguk pasrah, mengusak hidung yang terasa mampet kemudian semakin merapatkan selimut saat merasa dingin lagi lagi merayap diantara tulang tulangnya

"Kami pamit pa." Jeno mengecup pipi Doyoung pelan juga Mark kemudian mereka meninggalkan Doyoung yang bernafas lega

Doyoung mencoba memejamkan mata, mungkin sedikit tambahan tidur ekstra bisa membuat tubuhnya sedikit mendingan.


Marry Me Mr. Billionaire (JAEDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang