Chapter 04

26.7K 2.4K 24
                                    

Araska menatap wajah adiknya yang masih belum membuka kedua matanya. Ia begitu khawatir atas apa yang terjadi pada adiknya selama ia pergi. Para pelayan memang mengatakan ada yang berbeda dari Araila. Ia yang dulu dingin sekarang lebih terbuka dan hangat kepada keluarganya. Tak lupa mereka menceritakan bahwa suatu hari Araila jatuh pingsan setelah mendengar Putra Mahkota melamar sahabatnya sendiri, setelah sadar Araila menjadi aneh. Ia membanting cermin dan bertanya siapa dirinya. Dokter mengatakan itu efek dari depresi. Namun kali ini keadaan nya baik-baik saja hanya kurang istirahat. Selama 2 hari Araila belum juga sadar. Keluarga Araila hanya bisa menunggu dan berdoa saja.

"Araila. Ku mohon bangunlah...."lirih Araska menggenggam tangan adiknya. Entah mungkin kebetulan atau keajaiban mata Araila perlahan terbuka.

"Araila! Kau sudah sadar!?"ucap Araska. Araila masih mencoba mengembalikan kesadaran nya. Ia melihat kakaknya yang terlihat kelelahan.

"Kak... Apa yang terjadi pada ku...?" Tanya Araila yang masih lemah.

"Kau pingsan selama dua hari saat pesta penyambutan kemarin. Dokter mengatakan kau kelelahan Araila" Araska membelai rambut Araila dengan lembut. Araila mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Ia hanya dapat mengingat suara lonceng.

"Kak... Mengapa ada suara lonceng saat itu?"tanya nya lagi. Raut wajah Araska seketika bingung.

"Lonceng? Tidak ada lonceng di istana. Darimana kau dengar suara itu?" Heran Araska yang membuat Araila lebih heran.

"Sudahlah Araila. Mungkin itu efek kau kelelahan sekarang istirahat lah dulu sampai kau sembuh. Jangan memikirkan lagi bajingan yang telah menyakiti mu itu" tegas Araska yang berpikir Araila sakit karena Putra mahkota. Araila hanya bisa menuruti keinginan kakaknya itu.

Tuk tuk tuk

"Siapa itu? Sudah ku bilang untuk tidak masuk ke kamar Araila saat ini bukan!" Kesal Araska.

"Maaf tuan tetapi ada tamu yang ingin menjenguk nona"ucap pelayan dari luar kamar. Araska berdecak kesal.

"Suruh dia pulang. Araila baru sadar dia tidak bisa untuk menemui siapa pun saat ini!"pinta  Araska. Namun balasan dari pelayan tersebut membuat ia terkejut.

"Tetapi tamu tersebut Calon Putri Mahkota tuan muda.."ucap pelayan itu ragu. Seketika darah Araska mendidih.

"Sialan! Wanita busuk itu beraninya dia menemui setelah merebut tunangan mu! Aku akan memberikan nya pelajaran!" Marah Araska. Araila berusaha menahan amarah kakaknya. Karena ini ada waktu yang tepat untuk rencana yang baru saja terlintas di pikiran nya.

"Kak. Tidak apa-apa. Aku sudah baik-baik saja. Kita tidak boleh menolak kunjungan dari Calon penguasa kekaisaran ini. Apalagi kakak adalah jendral terhormat bukan?"

"Tapi dia yang membuat mu seperti ini. Aku tidak ingin kau terluka lagi Araila. Aku begitu kesal sempat percaya kepada wanita itu karena dulu begitu dekat dengan mu" Pandangan Araska kini sendu. Ia begitu khawatir dengan kondisi adik satu-satunya.

"Tenang lah kak ini tidak berlangsung lama. Aku berjanji pada kakak. Sekarang kakak harus memberitahu Ayah dan Ibu bahwa aku sudah sadar." Araila meyakinkan Araska. Tak punya pilihan lain Araska terpaksa menuruti keinginan adiknya.

"Jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Jangan tahan aku lagi Araila. Kau mengerti?" Araila mengangguk lalu memeluk kakaknya sebagai ucapan terimakasih karena sudah mengkhawatirkan dirinya.

__________________

Pintu kamar Araila terbuka menampilkan sosok gadis berambut pirang yang anggun. Araila mempersilahkan ia untuk duduk di sofa tepat berhadapan dengan tempat duduk Araila. Pelayan menuangkan teh lalu Araila menyuruh mereka pergi.

Aku Akan Menjadi Antagonis Untuk Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang