Chapter 09

21.4K 2K 5
                                    

Araila melangkah masuk ke dalam istana. Ia akhirnya menerima jawaban dari surat yang ia kirim kan. Lynix mengundang nya ke istana. Araila senang menerima balasan itu dan tak lupa berterima kasih kepada Araska. Jika kalian bertanya mengapa Araila tidak mengirimkan suratnya lewat pelayan? Jawabannya karena Lynix orang asing yang baru masuk ke istana ia tak akan mempercayai siapa pun pastinya dan Araila takut jika surat itu tidak sampai dengan aman disana. Maka dari itu ia meminta pertolongan Araska sebagai orang dalam untuk mengirimkan surat tersebut.

Araila berjalan dengan anggun disertai buket mawar merah yang lumayan besar ditangannya. Setiap pelayan yang lewat tak lupa menunduk padanya. Ia sangat dihormati tak ada orang dalam istana yang tak mengenalnya. Langkahnya berhenti saat berpapasan dengan dua orang wanita yang membuat suasana hatinya seketika memburuk.
"Oh hai Araila. Kau ingin kemana dengan mawar itu?" Tanya wanita berambut pirang yang tak lain adalah Sylvia. Ia merasa tak jera setelah kejadian di kediaman Araila.

"Apa kah aku wajib memberitahu mu?" Araila memutar bola matanya. Ketika ia ingin pergi seseorang berteriak padanya.

"Kau! Jaga bicara mu pada Putri Mahkota!" Ucap wanita di belakang Sylvia. Itu adalah pelayan pribadi Sylvia mungkin ia diangkat setelah pesta seminggu yang lalu.

"Kau? Sylvia kurasa kau harus mengajari pelayan mu sopan santun" ucap Araila yang mulai jengkel. Namun Sylvia hanya menyeringai tanpa mengatakan apa pun.

"Aku hanya menegaskan bahwa kau tak menghormati Putri Mahkota! Aku tau kau masih iri tapi...akh!" Sebelum pelayan itu melanjutkan bicaranya sebuah tamparan lebih dulu mendarat di pipinya hingga dia terjatuh ke lantai.

"Kau pelayan rendahan beraninya berbicara tidak sopan kepada Putri Grand Duke! Dan ku ingatkan bahwa Sylvia Lamborty BELUM menjadi Putri Mahkota yang sah kau mengerti! Jadi jangan sok menjadi penguasa disini!" Mata Araila seakan menyala. Ia begitu marah karena dirinya diperlakukan seenaknya.

"Ah ada apa disini" seseorang datang dari belakang Araila dan memegang bahunya. Seketika amarah Araila mereda ia melihat siapa disampingnya.

"Pangeran Lynix. Pelayan ku hanya memberitahu hal penting kepada Araila namun Araila tak terima lalu ia malah menampar pelayan ku hingga terjatuh. Kurasa Araila begini karena membenci ku" Sylvia memainkan dramanya sekarang. Araila yang melihat nya mengepalkan tangannya.

"Ah, seperti maksud yang Lady tangkap salah. Putri Wingston tidak menampar pelayan mu hanya karena membenci mu tetapi pelayan mu yang kurang ajar padanya"Lynix menatap tajam mereka berdua. Suasana tiba-tiba mencekam disana.

"Bahkan kalian berdua tidak memberikan salam saat berpapasan dengan nya. Apakah kalian berpikir kasta kalian lebih tinggi dari padanya? Lady Lamborty kau masih putri Baron, Pertunangan mu belum berlangsung kau belum bisa menjadi Putri Mahkota jadi jangan seenak mu. Kuharap aku tak melihat kejadian ini terulang dan didik pelayan kurang ajar mu itu!" Araila merasa senang ketika ia mendapatkan pembelaan. Araila dan Lynix pergi meninggalkan wanita-wanita itu disana.

_______________________

Araila melihat isi ruangan yang baru saja ia masuki. Ternyata Lynix tinggal di istana kecil yang lumayan jauh dari istana utama. Araila pernah mendengar istana ini dulu tidak boleh dimasuki oleh siapapun. Dan sekarang ia berfikir apakah Kaisar memang sudah mempersiapkan kedatangan Lynix?

"Silahkan duduk putri"ucap Lynix membuyarkan lamunan Araila. Sebelum duduk Araila terlebih dahulu memberikan mawar yang ia bawa.

"Terima kasih. Aku merasa sangat terhormat menerima bunga ini. Apakah ini dari kediaman Wingston langsung?"

"Ya pangeran. Aku sengaja memberikan mawar dari taman kami sendiri sebagai ucapan terima kasih waktu itu" Araila memiliki taman mawar khusus dikediamannya mawar itu pun berbeda dengan yang lain dikarenakan memiliki wangi yang tahan lama. Hanya satu-satunya mawar di kediaman Wingston yang seperti itu.

"Aku akan merawatnya dengan baik putri"senyum Lynix membuat Araila tertegun. Ia seperti melihat malaikat, lelaki itu sangat tampan. Ia sekilas juga mirip dengan Samuel tak bisa dibantah lagi ia keturunan kaisar meski bukan keturunan yang sah.

Lynix lalu datang membawakan segelas teh dan biskuit di atas nampan. Lynix mempersilahkan Araila untuk minum terlebih dahulu. Araila membulatkan matanya. Teh yang baru ia minum beraroma mawar yang khas dan rasa yang mampu menghilangkan rasa penat. Ia lalu memakan biskuit yang sangat menarik perhatiannya. Lagi-lagi Araila terkejut, biskuit itu terdapat selai strawberry di dalamnya.
"Apakah kau menyukainya putri?"tanya Lynix yang sedari tadi memperhatikan Araila.

"Aku merasa terhormat dapat menyicipi ini pangeran. Aku tidak pernah menemukan nya di kekaisaran" Araila merasa heran karena ia hanya tau teh dan biskuit ini baru ada di kehidupan modern jadi apakah ini makanan dari seberang ia pun tak tau.

"Aku yang membuatnya sendiri Putri. Jadi kau tak akan menemukannya di kekaisaran"

"Kau sungguh hebat Pangeran. Aku sangat menyukainya. Terlebih lagi biskuit ini" jujur Araila ia merasa tenang padahal ini pertama kali ia berbicara seperti ini dengan Lynix. Sesat Araila tersadar tujuannya datang kemari.

"Pangeran aku sangat berterima kasih hari itu kau datang untuk menyelamatkan ku. Selain kau dan kakak ku tidak ada yang akan mau menyelamatkan diri ku."ucap Araila dengan nada memelas.

"Dan aku bersyukur pertunangan ini di tunda sementara. Setidaknya aku masih bisa bebas dengan kehidupan ku sebelum menjadi pelayan seumur hidup Putri Mahkota" sambung Araila membuat Lynix membulatkan matanya.

"Pelayan? Bagaimana bisa seorang Putri Grand Duke dipilih menjadi pelayan?!"Lynix agak kesal. Araila lalu menjelaskan apa yang terjadi.

"Jadi, Pangeran bisakah kau membantu ku sekali lagi? Aku tidak tau siapa lagi selain kau yang aku temui. Mungkin kita baru pertama kali bertemu tapi aku berjanji akan membalas kebaikanmu ini sebagai Putri Grand Duke Wingston" Araila menggepalkan tangan nya ia memohon kepada Lynix.

"Tidak Putri. Jangan memohon kepada anak haram seperti ku ini." Lynix menyentuh tangan Araila lalu menurunkannya. Jantung Araila berdebar merasakan kehangatan dari sentuhan itu.

"Aku pasti akan membantu mu. Meski itu sulit karena aku anak haram Kaisar. Kau tau aku juga tidak ingin wanita secantik mu terkekang oleh tugas itu. Itu tak pantas." Jantung Araila semakin berdebar saat mata mereka bertemu. Suasana hening di ruangan itu. Seakan mereka tenggelam ke dalam tatapan itu sendiri.

Tring! Suara gelas jatuh menyadarkan mereka. Araila seketika memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Uh! Bagaimana ini dia lengah?! Padahal ia tidak pernah seperti ini bahkan dikehidupan sebelumnya.
"Pangeran sudah saat nya sa-saya untuk kembali. Saya menunggu kabar dari Pangeran secepatnya sebelum Pertunangan resmi bulan depan. Terima kasih atas jamuannya. Saya permisi" Araila segera keluar dari sana tanpa menoleh kebelakang. Meninggalkan Lynix yang masih terdiam melihat kepergiannya.

SEMINGGU KEMUDIAN

Lynix datang menemui Araila dikediamannya. Ia pun menjelaskan rencananya pada Araila.

Prang!
"Apa menikah dengan mu!?"

To Be continued
Minal Aidzin wal Faizin bagi yang merayakan
Maaf ya baru sempet Up karena sibuk tau sendiri lah kalo lebaran gimana hehe :)
Jangan lupa vote and komen

Aku Akan Menjadi Antagonis Untuk Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang