Chapter 11

18.7K 2K 14
                                    

Keadaan istana hari ini riuh karena lusa pesta pertunangan kembali diadakan. Pesta itu hanya ditunda dua Minggu saja kaisar memperketat keamanan agar acara tak lagi mengalami gangguan. Lynix berjalan menuju ruang kaisar ia melangkah tanpa melihat kiri kanan setiap pelayan yang lewat menunduk hormat ia hanya mengangguk. Tepat di hari sibuk ini ia punya kepentingan dengan ayahnya,ia selalu meminta waktu untuk bertemu dengan beliau namun hari ini kaisar baru mengizinkannya. Saat hampir sampai ke tempat yang dituju ia tak sengaja berpapasan dengan adik tirinya yang tak lain adalah Samuel.

"Aku tak menyangka semudah itu lalat masuk ke sini"celetuk Samuel dengan wajah dinginnya. Lynix tak memperdulikannya, ia terus melanjutkan langkahnya.

"Ku dengar Araila menemui mu." Lynix menghentikan langkahnya lalu berbalik ke belakang. Samuel menyeringai padanya.

"Apakah kalian punya hubungan?Atau jangan-jangan kalian bersekutu untuk membatalkan pertunangan ku di hari itu. Ya pasti ini rencana Araila yang tak ingin aku bertunangan dengan sahabatnya karena ia masih mencintai ku bukan?" Sambung Samuel yang memicu amarah dari Lynix.

"Kau tidak perlu tau apa yang aku lakukan! Putri Wingston tak lagi mencintai pria sialan seperti kau. Pertunangan mu batal akibat ulah mu sendiri jadi jangan menyalahkan orang lain untuk itu!"

"Pria sialan? Kau tau Araila pernah mengemis di depan ku, tak mungkin dia tak lagi mencintai ku. Dan kau anak haram jangan sok tau seakan kau paling mengenalnya dia lebih dulu dengan ku daripada bertemu dengan mu. Araila hanya gadis lemah yang memohon-mohon perhatian ku, ia selalu iri akan sahabatnya yang lebih baik dari pada dia" Lynix menatap tajam Samuel. Ingin rasanya ia melayangkan pukulan ke wajah itu yang berani berkata untuk Araila.

"Apakah dikurung selama dua Minggu tak membuat mu jera? Lebih baik kau diam daripada berbicara hal yang akan merenggut nyawa mu di masa depan" Lynix pergi sebelum kesabarannya habis. Ia tak melihat Samuel di belakang dengan wajah kesalnya.

________________________

Lynix kini duduk berhadapan dengan kaisar. Ia belum memulai pembicaraan, sebelum masuk ia sempat memasang sihir kedap suara diam-diam. Ia tak ingin siapapun mendengar hal penting ini termasuk orang suruhan Permaisuri.

"Bagaimana kabar mu? Apakah kau nyaman tinggal disini?" Tanya kaisar memulai pembicaraan.

"Nyaman? Apakah seseorang bisa nyaman jika diawasi 24jam? Saya bahkan baru bisa menemui anda sekarang Yang Mulia. Jika tidak berkepentingan saya juga tidak meminta waktu anda yang sibuk ini" Lynix bersikap seperlunya, tidak seperti anak dan ayah yang baru saja bertemu. Kaisar hanya menatap sendu wajah anak laki-lakinya yang telah lama ia rindukan.

"Saya ingin meminta sesuatu. Mungkin ini adalah permintaan saya pertama dan terakhir kepada anda" Sambung Lynix, ia mengeluarkan gulungan dari saku nya. Lalu menyerahkannya kepadanya kaisar. Mata kaisar membulatkan setelah membaca apa yang tertulis disana.

"Apa maksudmu dengan ini? Kau ingin menikahi seorang gadis tanpa sepengetahuan ku?" Ucap kaisar terkejut karena gulungan itu berisi persetujuan pernikahan yang harus ditandatangani oleh kaisar.

"Ya saya ingin menikah dengan gadis yang sedari lama saya cintai. Saya akan membawanya menemui anda setelah kami mengikat janji suci"

"Kapan itu? Kita harus mengadakan pesta pernikahan nya di istana"

"Tidak Yang Mulia. Saya adalah anak haram, saya akan melakukannya diam-diam agar anda tak akan mendapatkan cibiran dari rakyat anda sendiri. Terlebih bukan kah pesta pertunangan Putra Mahkota akan diadakan anda harus fokus untuk itu. "

"Tapi aku adalah ayah mu nak. Aku harus menyaksikan kedua putra ku menikah"lirih Kaisar.

"Ayah? Jika kau adalah ayah ku maka kau tak kan meninggalkan ibu ku bukan? Mengapa kau lebih memilih tahta daripada ibu? Bahkan saat kau mendengar kematian ibu kau tak peduli! Surat yang ku kirim kan tak kau balas ayah! Padahal itu wasiat terakhir ibu untuk bisa bertemu dengan mu..." Lynix mencurahkan isi hatinya yang sedari lama ia tahan. Ibu Lynix meninggal saat usianya 12 tahun, saat itu ia tau bahwa ayahnya seorang kaisar Elryia. Tiga hari sebelum ibunya meninggal ia mengirimkan surat ke istana dengan bantuan orang sekitarnya. Dan sampai sekarang surat itu tak terbalaskan.

"Ayah... Aku sudah punya kekuatan hingga aku berani menemui dan memasuki istana. Jadi ku mohon kabulkan lah keinginan ku ini saja. Kedepannya aku akan berusaha sendiri disini setidaknya aku sudah punya tempat tinggal sekarang." Kaisar menutup matanya sejenak. Penyesalan kini kembali menghampirinya setelah sekian lama. Ia berusaha menguatkan dirinya lalu mendatangani surat itu. Lynix yang sudah selesai dengan urusan nya pergi dari sana.

"Terima kasih Yang Mulia" Kaisar hanya bisa menatap pria itu yang kini sudah menghilang dibalik pintu. Andai saat itu ia tak naik tahta mungkin ia sudah hidup bahagia dengan keluarga kecilnya meski dengan keadaan sederhana sekalipun.

'Leo, akan kuberikan nama anak ini Lynix agar ia kuat seperti mu' bayangan itu mencul dipikirkan kaisar yang membuat air matanya menetes.

"Maafkan aku Rynia...."

___________________________

Hari pertunangan tiba. Pesta kali ini tampak lebih mewah daripada sebelumnya. Sylvia dan Samuel memasuki ruangan dengan tema baju biru muda. Semua orang melihat upacara dengan baik. Kaisar menyampaikan pidatonya serta permintaan maaf atas kejadian sebelumnya. Ia juga menyampaikan bahwa hari ini keluarga Wingston tak dapat hadir karena ada hal penting yang tak dapat ditinggalkan. Banyak bangsawan menduga mereka tidak hadir dengan alasan bahwa mereka tidak dihormati di pesta sebelumnya. Setelah itu tahap pemasangan cincin tiba. Samuel dengan lembut memasangkan cincin bermata permata itu ke jari manis Sylvia. Kemudian ia mencium telapak tangannya sebagai tanda hormat kepada Sylvia. Namun tanpa ada yang menyadari ada yang berjalan menuju singgasana.

"Maaf kami datang terlambat" semua orang melihat asal suara yang tepat berada di depan.

"Ah, Syukurlah kalian tepat waktu. Saat nya membaca penugasan Araila sebagai pelayan Putri Mahkota" ucap Samuel santai melihat kedua orang itu yang tak lain adalah Araila dan Lynix.

"Kurasa itu tidak perlu karena Araila tak akan menjadi pelayan" ucap Lynix santai membuat semua orang bingung.

"Omong kosong apa itu? Kami sudah melaksanakan pertunangan dan Dia harus menjadi pelayan sebagai yang ditulis di surat resmi"

"Araila tak akan menjadi Pelayan Putri Mahkota. Karena ia sudah menjadi Istri Pangeran Elryia"

To Be continued
Jangan lupa vote and komen Minna :*
Makasih udah setia nunggu cerita ini
Jangan lupa follow untuk berita update nya

Aku Akan Menjadi Antagonis Untuk Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang