Chapter 32

7.9K 605 11
                                    

#FLASHBACK PART 3#

Suara ketukan pintu berasal dari kamar luar kamar Araila. Gadis itu memberikan izin kepada orang itu untuk masuk.

"Lady sir Lynix sudah sampai, ia sedang menunggu Anda diruang tamu" ucap pelayan wanita itu.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun Araila turun menuju ruang tamu. Ia harus menjamu tamu nya tersebut, yang telah mengunjungi rumahnya itu. Pintu itu terbuka dan nampak lah seorang lelaki tampan dengan jas resminya. Sadar akan kehadiran Araila, Lynix segera bediri lalu membungkuk hormat.

"Silahkan duduk sir, maaf membuat mu menunggu lama"

"Saya bahkan bisa menunggu Anda lebih lama lagi Lady,terima kasih telah mengundang saya ke kediaman Anda yang megah ini."Lynix tersenyum manis ysng mampu membuat wanita mana pun terhipnotis padanya.

Begitu juga Araila, tetapi ia mengontrol dirinya. Araila menyesap teh yang baru saja disajikan oleh pelayan. Sesaat pandangan nya teralihkan,Lynix sudah menyodorkan sebuket mawar merah padanya.

"Mungkin ini tak sebanding dengan mawar di kebun anda,tapi saya harap Anda menerimanya." terlalu tak mungkin bagi Arails untuk menolaknya terlebih lagi itu adalah bunga kesukaannya.

"Terima kasih sir."Araila menerima buket itu bersama dengan sebuah kotak kecil. Araila langsung membuka kotak itu karena nampak tak asing di matanya. Ternyata itu adalah kalung dengan permata kecil yang indah.

"Itu dari komandan untuk Anda, ia tak sempat memberikan nya pada Anda karena sibuk dengan pekerjaannya"

Araila terdiam saat mendengar hal itu. Rasa keraguan muncul sebab hubungannya tak baik dengan sang kakak dan terlebih lagi ia memberikan barang itu melalui bawahannya.

"Apakah kau yakin ini dari kakak ku?"

"Tentu saja, apakah hubungan Anda dengan komandan tidak baik?"

"Kurasa semua di sini sudah tau bagaimana hubungan ku dengannya. Jika kau ingin tau lebih banyak tanyakan lah pada dirinya"ucap Araila seakan tidak inginn membahas lebih dalam maslah itu.

"Saya bukan ingin ikut campur masalah keluarga Anda, namun sebaiknya lady selesaikan lah masalah dengan komandan segera karena ia sangat menyayangi Anda. Ia mengabdi pada kerajaan karena ingin melindungi keluarganya. Mungkin ia nampak tidak peduli tetapi ia adalah orang pertama yang menjadi tameng Anda. Tak apa jika Anda tak mempercayai saya, datang lah besok ke ruangan kerja komandan maka Anda akan menemukan sesuatu yang menyenangkan"

Araila mencerna baik-baik perkataan Lynix, ia melirik lagi kalung itu. Lynix hanya menyeringai membuat Araila penasaran apakah perkataannya itu benar atau bualan saja.

"Saya akan menjemput Anda besok lady Araila"

"Terserah mu saja"

DI TEMPAT LAIN

"Apakah kalian sudah menemukan nya?" tanya Araska yang panik.

"Belum komandan, kami sudah mencari ke seluruh sudut tapi kalung itu belum ditemukan"

Araska mengaruk kepala dengan kasar. ia telah kehilangan kalung yang selama ini ia jaga, terlebih lagi kalung itu belum ia berikan kepada pemiliknya. Padahal ia selalu menyimpannya di tempat tersembunyi di ruang kerjanya. Sudah bertahun-tahun ia simpan tetapi mengapa sekarang baru hilang. Siapa yang berani mencuri kalung berharga itu sekarang!

"Cari lagi dan periksa semua barang pasukan, jangan tertinggal satu pun!"

"Baik komandan"

Araska bersumpah akan memotong jari pencuri itu.

____________________________________________

tak tak tak

Suara langkah kaki yang seorang wanita bergema di lorong. Pelan namun pasti gadis itu terus melangkah mengikuti seseorang yang berada di depannya. Hingga ia disuruh masuk ke dalam ruangan yang tak berpenghuni dan masih tertutupi tirai gorden.

"Silahkan untuk menunggu disini lady, komandan akan segera kembali"

"Terima kasih Lynix"ucap gadis itu yang tak lain adalah Araila.

Pagi ini Araila pergi ke tempat pelatihan untuk mengunjungi kakaknya. Jujur saja sebenarnya Araila baru pertama kali ke sini. Jika tak memikirkan benda yang diberikan Lynix mungkin ia tak akan pernah ke sini. Lynix juga sudah menunggu Araila di gerbang,entah mengapa sangat pas ketika Araila sampai. Padahal Araila tak memberitahukan kedatangannya kepada Lynix.

Araila melihat ruangan itu masih gelap ia pun berinisiatif untuk membuka tirai. Dan begitu terkejutnya ia saat ruangan itu telah dimasuki cahaya. Nampaklah banyak lukisan dirinya disana serta boneka-boneka yang dulu telah ia buang tertata rapi di sebuah lemari berlapis kaca.

Tanpa Araila sadari seorang lelaki mematung di depan pintu. Lelaki itu merasa tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Araila!"gadus berambut hitam itu berbalik badan saat namanya diserukan.

"Kakak...."sebutan itu refleks keluar dari mulut Araila.

Araska berjalan mendekati adiknya,ia melihat dengan seksama gadis itu. Pandangannya berhenti di kalung bermata merah yang melingkari leher Araila. Matanya membulat saat tahu bahwa benda itu adalah benda yang semalaman ia cari. Araska sangat yakin karena ia sendiri yang membuat kalung iitu dari sebuah batu mana.

"Anu.... Ini balasan untuk kalung ini. Aku menyukainya, terima kasih. Lain kali kau bisa memberikannya sendiri padaku."Araila menyodorkan sekeranjang biskuit yang ia buat tadi, ia harap selera Araska masih sama.

Grep!

Araska memeluk erat adiknya. Ia seakan tak percaya dengan apa yang dia dengar. Sudah lama sekali ia tak mendengar suara lembut gadis itu padanya. Apakah sekarang ia boleh berharap sedikit untuk hubungan mereka.

Disisi lain Araila sangat menikmati pelukan hangat yang sekarang tak pernah ia rasakan lagi. Araila berhasil mengetahui perasaan kakaknya melalui suat yang ada di dalam kotak itu. Ia menyadari bahwa keegoisan nya yang membuat orang yang menyayangi dirinya menjauh. Araila memutuskan untuk mengakhiri semua perasaan di masa lalu, kemarahan,kesedihan dan keegoisan itu akan ia hapuskan dirinya. Ia akan mencoba dengan perasaan menerima kasih sayang dari orang terdekatnya tanpa tembok yang membatasi dirinya.

Araska melepas pelukan nya, kemudian terjadilah kecanggungan antara mereka sejenak. Sampai akhirnya Araska mengambil keranjang itu. Ia sangat senang saat tau itu adalah biskuit kesukaannya.

"Apakah ini kau yang membuatnya?" Araila mengangguk kecil. Dan satu hal lagi yang melintas di kepala Araska.

"Araila siapa yang memberikan mu kalung itu?"

"Lynix"jawab Araila polos

"Ya, ada apa memanggilku"Lynix langsung masuk ke dalam saat namanya disebutkan.

Ia pun mendapatkan tajam dari Araska. Lynix hanya menyengir bagaikan orang yang tak tau apa-apa.

"Ah,apakah kalian ingin berterimakasih? Terlebih lagi komandan,anda boleh mentraktir saya segelas bir yang dingin haha"

TO BE CONTINUED

hay guys ada yang kangen cerita ini ngk sih?

HAPPY 300K VIEWERS <3

Insya Allah aku bakal up lagi dalam waktu dekat

Makasih sudah stay :"

Jangan lupa vote and komen supaya aku rajin up :D

Aku Akan Menjadi Antagonis Untuk Mu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang