Dilarang reupload, republish, rewrite cerita ini ke platform manapun!
Rekomen ke orang, boleh. Tapi dilarang reupload! Sedikit maupun banyak!
Yang ngeyel, karma menanti
---------
.
.
.
.
.Nadia terdiam selama hitungan detik setelah kulempar pertanyaan pilihan antara sofa atau kasur.
Keterdiaman di antara kami kupecah dengan aku yang langsung berjalan menuju kasur, lalu membaringkan diri di sana.
"Haduuh! Enak banget tiduran di sini." Kulirik Nadia yang masih mematung di tempat, lalu menepuk-nepuk area kasur di sebelahku. "Ayuk sini, Nad!"
"Are you serious, Arion?! Kamu nyamperin ke kamar aku, ternyata punya maksud kayak gini?!"
"Kamu mikir apa, sih? Aku mau ngobrol doang sama kamu di spot yang lebih nyaman. Kalau kamu khawatir aku aneh-aneh, tenang aja! Aku janji nggak bakal nyentuh kamu, kok. Mau aku kasih jaminan?"
"Jaminan apa?"
Aku bangkit duduk, lalu mencopot sarung pelindung dari guling di atas kasur.
"Nih!" ucapku sembari menyodorkan sarung guling pada Nadia. "Iket aja tangan aku pake ini, jadi aku nggak akan bisa gerak bebas."
Nadia menatapku takjub dengan mulut sedikit terbuka. "What the h***?!"
"Masih nggak percaya sama aku? Apa kamu pengen tangan dan kakiku diborgol dulu di ujung-ujung kasur, baru kamu mau percaya?"
Ia makin melebarkan mata. "K-kamu! Nonton apa aja kamu?!" serunya kesal.
Aku tertawa saja. "Aku agak capek abis aktivitas seharian. Kamu juga capek abis jalan sama temen-temen kamu, kan? Ya udah. Kita nggak usah kemana-mana. Ngobrol-ngobrol di sini aja."
"Harus di kasur banget?"
"Ya terus? Mau lesehan di lantai? Sofa di sini cuman ada single sofa. Mau kita duduk pangku-pangkuan?"
"Heh!"
"Makanya, sini! Kamu beneran boleh iket tangan aku. Atau mau aku yang ngiket tanganku sendiri? Kalau bisa, udah kulakuin. Tapi kan susah, Nad. Jadi aku minta bantuan kamu iketin tanganku. Sini! Tolongin aku!"
Nadia masih menatapku penuh prasangka, tapi akhirnya mau berjalan mendekat padaku.
Ketika gadis itu sudah berdiri di sisi kasur, aku meraih satu tangannya, menaruh sarung guling itu dalam genggamannya, lalu merapatkan dua pergelangan tanganku dan mengulurkan di depan gadis itu.
"I'm your prisoner tonight."
Ia tersenyum. "What crime did you commit?"
"Stealing your heart."
"Klise jawabannya."
"Gitu, ya? Yang nggak klise kayak gimana? Nyulik dan ngurung kamu di hatiku, gitu?"
Senyuman tipisnya berubah menjadi kekehan kecil. "Aku rasa nggak perlu pake ini. Nggak apa-apa," ujarnya, lalu menjatuhkan sarung guling itu di atas kasur.
Jawabannya membuatku merasa sangat senang, karena sepertinya metodeku berhasil lagi.
Building the trust is a must. Tidak masalah jika hasrat biologisku belum terpenuhi sekarang. Karena tujuanku hari ini adalah kepercayaannya, bukan tubuhnya.
Itulah mengapa aku mempersilakan Nadia mengikat tanganku, yaitu untuk meningkatkan rasa percayanya padaku.
Wahai para perempuan! Bayangkan jika kau berada di kamar hotel, berdua saja dengan seorang lelaki yang sangat mencintai dan menginginkanmu, tapi dia bertekad tidak menyentuhmu tanpa izin ketika kalian berada di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY TO YOU || (LHC) ✓
Teen Fiction(Romance, Angst, Brothership) Kau membawakanku surga, tapi aku ingin tinggal di bumi . ⚠️ Warning : manipulative traits, dark psychology, obsession, toxic relationship, rape, abuse, suicidal thought, a lot of curse words . . . -(18+) -Sequel of "Div...