Aku tidak mengerti apa yang salah denganku.
Maksudku, baiklah, aku salah karena tidak bertanya dulu perihal preferensi Nadia dalam berpakaian. Namun, apa perlu Nadia merajuk hanya karena masalah seremeh ini?
Bukan hanya bersikap dingin padaku saat video call kami waktu itu, tapi dia juga mengabaikan semua chat dan panggilan telepon dariku!
Astagaaaa! Aku rasanya ingin mencopot kepalaku sebentar, lalu memasukkannya ke kulkas agar jadi dingin.
C'mon! Hanya karena perkara baju, dia menghukumku sebegini parah?! Apa-apaan?!
Sialnya, kesibukan sebagai mahasiswa memaksaku tak bisa seenaknya pergi ke Bandung. Menyebalkan sekali, kan?! Kenapa pula kegiatanku harus sangat padat ketika kami bertengkar?! Atau mungkin harus kubalik. Kenapa kami harus bertengkar saat kegiatanku sedang padat-padatnya?!
Aku sungguh tak bisa tenang. Sedikit saja keretakan dalam hubungan kami akan jadi sangat berbahaya. Mark bisa menyerangku kapan saja, dengan taktik yang sungguh tak terduga.
Lelaki itu sungguh mengerikan! Intimidasinya pasca duel tinju kami kala itu masih terngiang-ngiang di pikiranku. Sialan!
"Serius lo mau ke Bandung, Ri? Ntar nyampe sana bisa jam dua belas malem, lho. Nadia juga pasti udah tidur."
"Kalo nggak disempetin sekarang, ntar nggak nemu-nemu waktunya, Kak," jawabku atas saran Kak Johan.
"Nggak bisa Sabtu aja, Ri?"
"Nggak bisa, Kak."
Kak Johan hanya melihatiku pasrah, sedangkan aku tetap tergesa berjalan menuju garasi.
Setelah memasuki salah satu mobil di garasi, kunyalakan mesin dan mulai melajukan mobil menjauh dari rumah.
Saat menjumpai lampu merah pertamaku, kuambil ponsel dari saku, lalu kutelepon nomor Nadia. Setidaknya kali ini saja dia harus mengangkat panggilan teleponku, karena ini penting. Aku tidak mau bolos kelas besok karena belum menyelesaikan urusan asmaraku di Bandung. Sebisa mungkin, aku ingin menyelesaikan masalah kami malam ini juga.
Namun, tiga kali aku menelepon, tetap saja tidak ada yang terjawab.
Ugh! Sungguh membuat frustasi!
Tapi, tentu saja, aku takkan mengurungkan niatku menemuinya. Hari-hari ke depan aku tidak ada waktu luang, bahkan weekend pun sepertinya tidak bisa bebas. Rencanaku sudah menumpuk, sehingga kalau tidak disempatkan begini, mungkin aku takkan bisa menemui Nadia sampai belasan hari ke depan.
Tentu saja hal itu adalah penyiksaan mental untukku.
---
---Aku sampai di Bandung 30 menit lebih cepat dari waktu normal. Hal itu dikarenakan injakan gasku agak dalam, sehingga mobil melaju kencang di jalan yang cukup lengang.
Beberapa kali memang aku hampir menabrak ataupun menyerempet mobil lain, tapi untungnya hanya hampir. Belum benar-benar terjadi.
Itu karena aku terus-terusan menelepon Nadia dengan bantuan Siri, sehingga konsentrasiku agak terpecah. Terus saja kutelepon Nadia tanpa kenal kata menyerah, hingga akhirnya setelah panggilan tak terjawab yang ke sekian belas, ketika aku hampir mencapai Bandung, Nadia mengangkat telepon dariku.
Huhh! Sungguh-sungguh perjuangan yang berat, dan keterlaluan jika Nadia masih marah padaku setelah semua yang sudah kulakukan untuknya.
Sayangnya, harapan hanyalah sekadar harapan.
"Kamu mulai lagi, Arion. Bersikap semaunya sendiri kayak gini tanpa mikirin keadaan aku. Apa kamu nggak sadar jam berapa sekarang?"
Seriously?!
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY TO YOU || (LHC) ✓
Teen Fiction(Romance, Angst, Brothership) Kau membawakanku surga, tapi aku ingin tinggal di bumi . ⚠️ Warning : manipulative traits, dark psychology, obsession, toxic relationship, rape, abuse, suicidal thought, a lot of curse words . . . -(18+) -Sequel of "Div...