24. Arion - Whatever You Want

37 7 1
                                    

Satu jam sudah aku berada di ruangan ini, dan terhitung sudah dua lagu berhasil kuselesaikan rekamannya. Sekarang sedang menggarap lagu ke-tiga.

Mark dan seorang kenalannya sedari tadi duduk di ruang kontrol, mengamatiku dan sesekali memberi instruksi apa yang harus kulakukan, dan memintaku merekam ulang jika nadaku kurang tepat atau suaraku agak fals.

Hingga akhirnya, setelah lagu ke-tiga berhasil kuselesaikan, aku pun keluar dari ruang rekaman.

"Suara kamu bagus, Arion. Dilatih sedikit, pasti punya nilai jual. Apalagi kamu masih muda. Lumayan ganteng juga. Nggak mau jadi penyanyi aja kamu?" puji Sadam, kenalan Mark yang berprofesi sebagai produser musik sekaligus pemilik studio rekaman tempat kami berada sekarang.

"Masih pikir-pikir, Bang. Kalau sekarang, masih betah jadi mahasiswa medioker, hehe," jawabku, lalu duduk di kursi dekat tembok ruang kontrol.

"Bakat kamu gede, lho, Rion. Mark juga punya bakat nyiptain lagu. Kombinasi bagus, tuh! Kamu yang nyanyi, Mark yang bikin lagu."

Mark dan aku melirik masing-masing.

"Gitu ya, Bang?" respon Mark singkat, lalu mengalihkan pembicaraan dengan membahas urusan teknis lagu-lagu yang baru kurekam tadi.

Mark menyampaikan ekspektasi hasil akhir dari rekaman lagu-lagu yang kunyanyikan tadi pada Sadam, dan meminta segera menghubungi jika proses produksi sudah selesai.

Setelah itu, aku dan Mark pergi dari studio rekaman menggunakan mobil. Lelaki itu lah yang menyetir, sedangkan aku duduk di kursi penumpang di sebelahnya.

"Lo nggak mau jual lagu lo ke label, Mark?" tanyaku.

Dia masih fokus menyetir saat menjawab singkat, "Buat apa?"

"Yaaa... Biar karya lo dinikmati banyak orang. Lo bilang, itu lagu buat konsumsi pribadi doang. Mubazir nggak, sih, lagu seenak itu cuman buat didengerin sendirian?"

"Ya terserah aku. Itu kan laguku. Terserah mau kuapain aja."

"Cih! Judes amat."

"Hehe... But thanks, lho, udah muji laguku bagus."

Aku tak membalas lagi, dan hanya mengalihkan pandangan ke luar dari jendela mobil di sampingku.

Pujianku tadi, tentang lagu-lagu ciptaannya yang bagus, memang tulus kuucapkan. Benar kata Sadam, bahwa lelaki yang duduk di sebelahku ini berbakat mencipta lagu.

Kukira Mark main gitar hanya untuk genjrang-genjreng tidak karuan, ataupun meng-cover lagu-lagu populer. Ternyata dia bisa mencipta juga. Wah! Satu tahun tinggal serumah dengannya, aku baru tahu hal ini sekitar semingguan yang lalu.

Jika ada yang menebak ini adalah permintaan Mark atas kemenangan taruhan kami di ring tinju kala itu, maka kalian benar.

Mark memintaku merekam tiga lagu ciptaannya di studio musik. Hanya itu saja permintaannya. Hanya rekaman saja. Lalu hasil akhir rekaman lagu-lagunya tadi cuma akan jadi konsumsi pribadi, tidak dipublikasikan di platform manapun.

Whoaa! Sia-sia saja aku khawatir berlebihan. Sempat kupikir dia akan meminta yang aneh-aneh. Ternyata tidak. Sungguh melegakan.

Yang lebih melegakan lagi, ketika aku sempat bertanya inspirasinya menulis lirik romantis dalam lagu-lagu itu.

Sempat kucurigai bahwa Nadia lah muse-nya. Namun, pradugaku ternyata meleset, karena jawaban lelaki itu adalah,

"Kamu nggak tahu, ya, kalau aku lagi deket sama seorang perempuan di kampus? Namanya Evelyn. Kayaknya aku bakal secepatnya nembak dia."

FLY TO YOU || (LHC) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang