Saat masih SMA, aku pernah bilang pada Ezra bahwa aku dan Arion bukanlah pasangan yang cocok. (*)
Andaikan aku dan Arion disatukan, pasti hubungan kami takkan bertahan lama. Kami sama-sama keras kepala, dan hubungan kami akan jadi toksik.
Aku juga pernah bilang pada Mark dulu, bahwa Arion itu orang yang spontan, semaunya sendiri, seperti anak kecil. Tipe yang 'easy come easy go'(**). Mudah penasaran, bisa sangat passionate terhadap sesuatu, sekaligus mudah bosan.
Itulah pernyataanku saat masih SMA. Sekarang, kurasa tidak separah itu.
Kombinasi aku dan Arion sepertinya bisa baik-baik saja. Karakter Arion pun sebenarnya tidak terlampau buruk. Lagipula, tidak ada manusia yang sempurna, kan? Aku juga tidak sempurna.
Of course it's hard. Semua kisah cinta pasti ada kesulitannya sendiri. Mustahil kisah cinta selalu berjalan baik-baik saja, pasti ada kerikil di perjalanan, apapun itu. Dan setiap pasangan bisa menemui kerikil yang berbeda-beda.
Kisahku dengan Arion bukanlah pengecualian.
Kami kesulitan juga, menemui kendala, menginjak kerikil, dan berkali-kali pikiranku berbisik untuk menyerah. Karena, sedari awal aku memang tidak terikat secara emosional pada Arion. Jadi, perpisahan kami bukan sesuatu yang akan menyakitiku.
Tapi Arion berbeda.
Aku yakin dia sadar bahwa aku tidak seantusias dirinya dalam menjalani hubungan ini. Namun, dia tetap tak menyerah padaku. Berbagai upaya dia lakukan agar hubungan kami meriah, semarak, dan menyenangkan untuk dijalani, baik bagi dirinya maupun diriku.
Setelah satu tahun berlalu, dan menyadari bahwa dia masih berusaha, apakah jahat jika aku masih ragu-ragu padanya?
Mengetahui bahwa dia berusaha memperbaiki dirinya, menerima dan mencoba mengerti aku demi bisa beradaptasi denganku, apa jahat jika aku tetap enggan terikat secara emosional dengannya?
Kubuka lockscreen ponselku, lalu membuka galeri dan melihat rentetan foto-fotoku dengan lelaki itu.
Ada satu foto yang paling menarik perhatianku, yaitu foto dirinya sendirian yang kuambil secara candid. Dia sedang mengunyah makanan agak banyak, sehingga pipinya jadi menggembung.
Kuperbesar foto itu dengan dua jariku, lalu refleks tersenyum karena mendapati foto itu jadi tiga kali lipat lebih menggemaskan.
Kugulir lagi ke samping secara perlahan untuk melihat foto-foto lainnya. Terus saja kugulir hingga akhirnya tanganku berhenti bergerak ketika melihat foto selfie Arion sedang tersenyum tipis.
Lagi-lagi tanganku bergerak sendiri untuk memperbesar foto di layar. Kuamati setiap bagian wajahnya, terutama beberapa tahi lalatnya.
Indah.
Dia sungguh indah.
Arion memang tidak punya aspek-aspek yang memenuhi standar ketampanan masyarakat pada umumnya, seperti alis tebal, rahang tegas, mata elang, hidung perosotan, dagu seruncing bambu, kulit semulus porselen, atau apapun yang lainnya.
Dia bukan tipe lelaki yang akan membuat kerumunan asing menoleh dua kali, ataupun memandangi parasnya tanpa berkedip.
Dia tidak mencolok jika hanya dilihat sekilas. Namun, jika sudah mengenalnya, maka kau akan dibuat takjub akan sebanyak apa pesona yang ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY TO YOU || (LHC) ✓
Teen Fiction(Romance, Angst, Brothership) Kau membawakanku surga, tapi aku ingin tinggal di bumi . ⚠️ Warning : manipulative traits, dark psychology, obsession, toxic relationship, rape, abuse, suicidal thought, a lot of curse words . . . -(18+) -Sequel of "Div...