"Tante," panggilku.
"Iya, Sayang?"
"Makasih banyak udah mau nganterin Nadia pulang."
Tante Angela tersenyum manis padaku, lalu kembali mengalihkan pandangan ke jalanan depan. "Sama-sama. Memang udah seharusnya Tante nganterin kamu, kok," ujarnya sembari tetap menggenggam kemudi mobil. "Mama dan Papa kamu udah Tante kasih tahu kalau kamu akan pulang siang ini. Pasti mereka lagi nungguin kamu sekarang."
"Dan juga, Nadia minta maaf karena udah bikin keributan di keluarga Tante."
"Haduuh. Kamu ini ngomong apa? Semua ini bukan salah kamu, Nadia. Justru kamu korban di sini. Jadi, kamu jangan ngerasa nggak enakan sama Tante, ya? Kamu berharga banget bagi Tante. Apa kamu nggak inget, Sayang, kalau kami berenam bisa jadi keluarga salah satunya berkat perjuangan kamu? Walaupun kamu bukan bagian dari keluarga, tapi apa yang kamu lakukan dulu telah membuat kamu lebih dari layak untuk kami anggap bagian dari keluarga." Tante Angela melirik spion tengah, melihat lelaki yang sedari tadi duduk di bangku belakang. "Iya, kan, Ezra?"
Yang dipanggil sama sekali tak menyahut. Aku menengok ke belakang, dan mendapati Ezra sedang fokus memandang ke luar jendela, dengan telinga yang disumpal airpods.
"Lagi dengerin musik kayaknya, Tante."
"Huh! Ngeselin ya, Sayang? Kalau ngobrol sama orang, tapi ternyata yang diajak ngobrol nggak dengerin."
"Hehe... Iya, Tan."
Hatiku terasa ringan selama di perjalanan menuju Bandung sekarang. Memang aku masih sedih lantaran kisah cintaku yang semrawut. Namun, bersama Tante Angela, aku merasa jauh lebih baik. Beliau memberiku rasa aman seolah aku selalu bisa mengandalkan beliau jika mengalami kesulitan, baik kesulitan karena Arion, maupun karena Mark.
Tentang Arion, sejujurnya aku masih takut padanya. Takut dia marah padaku ketika berhasil menemukanku di Bandung, lalu akan ada konflik besar lagi di antara kami.
Lalu tentang Mark, aku juga takut padanya.
Secara harfiah, dia memang orang yang telah membebaskanku dari Arion. Tante Angela sudah bercerita padaku, bahwa Mark lah yang meminta beliau membawa pergi diriku dari apartemen, tapi Tante Angela malah berkhianat menyembunyikanku dari Mark.
Harusnya aku tidak perlu takut pada Mark, kan? Nyatanya, aku tetap takut. Di malam itu, malam saat Arion datang ke tempatku dengan keadaan terluka di wajah dan menangis begitu nelangsa dalam pelukanku, membuatku sadar akan satu hal, bahwa ternyata Mark lebih powerful dari dugaanku.
Aku tak tahu apa yang terjadi pada Arion di hari itu. Pun, aku tak tahu bagaimana situasi di antara mereka sekarang. Yang kuyakini, Mark pasti telah membuat Arion melewati waktu-waktu yang sulit.
Dan aku takut, Mark juga akan membuatku melewati waktu-waktu yang sulit. Dia dengan ambisinya, keberaniannya, kecerdasannya, kejeliannya, dan kekuatannya, adalah kombinasi yang berbahaya.
Aku bahkan tidak bisa meng-handle Arion, lalu bagaimana caranya aku meng-handle Mark?
Pertengkaran dengan Arion adalah pertengkaran yang sangat melelahkan. Namun, pertengkaran dengan Mark adalah kekalahan telak untukku.
"Tante," panggilku. "Kalau Mark datengin Nadia di Bandung, apa yang harus Nadia lakuin?"
Oke. Satu pertanyaan konyol terlontar dari bibirku.
Lebih konyolnya lagi, aku malah menanyakan itu pada ibu kandungnya sendiri.
"Sebelumnya Tante mau nanya. Apa kamu suka sama Mark? Maksud Tante, suka secara romantis. Apa kamu punya perasaan khusus ke dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLY TO YOU || (LHC) ✓
Novela Juvenil(Romance, Angst, Brothership) Kau membawakanku surga, tapi aku ingin tinggal di bumi . ⚠️ Warning : manipulative traits, dark psychology, obsession, toxic relationship, rape, abuse, suicidal thought, a lot of curse words . . . -(18+) -Sequel of "Div...