15. Nadia - What Am I To You?

35 10 7
                                    

Kupandangi pantulan diriku di cermin kamar mandi, dan tak bisa kucegah diriku untuk tak merasa risi.

Jujur saja, aku tak nyaman mengenakan dress off shoulder agak ketat ini. Apalagi pahaku hanya mampu tertutupi separuhnya. Ugh! Aku tidak bisa membayangkan diriku keluar rumah dengan pakaian seseksi ini.

Segera saja kutanggalkan dress itu dari tubuhku, mengenakan pakaian casual-ku sebelumnya, lalu keluar dari kamar mandi dalam kamarku ini.

Di atas nakas, ponselku masih terhubung video call dengan Arion.

"Rion, this is too much. Aku nggak bisa pakai ini," ucapku pada lelaki itu setelah duduk di sisi kasur. Ponselku kusandarkan pada benda di atas nakas agar tetap tegak.

"Cobain dulu, Nad. Sekali aja."

"Udah. Dan aku nggak nyaman. Terlalu terbuka, Ri. Aku nggak bisa ketemu orang dengan pakai pakaian kayak gini," balasku sembari menunjukkan dress yang kubawa.

"Kalau malu, nggak usah pakai itu di depan orang lain. Cukup di depan aku aja."

"Rion, aku serius."

"Cobain lagi, yuk! Aku pengen liat. Dress itu cantik, Nad. Elegan. Kamu juga cantik. You will be so damn gorgeous in that dress, Honey."

"I can't, Arion. I can't. Sebaiknya ini diretur aja."

Ia terdiam sejenak, menatapku tak percaya. "Kamu segitu nggak sukanya, Nad? Itu hadiah dari aku buat kamu. Dan lagi, itu brand ternama dan dikirim dari Korea langsung. Aku ngehadiahin itu buat kamu dengan harapan kamu akan seneng, at least berterima kasih sama aku."

"Kalau kamu pengen aku seneng, kenapa nggak nanya preferensi aku dulu? Kenapa langsung beli aja tanpa bilang dulu?"

"Kejutan, Nad. Aku pengen ngasih kamu hadiah kejutan."

"Aku nggak butuh hadiah kejutan, Arion."

Ia memalingkan wajah ke sembarang arah, lalu tersenyum getir. "Unbelievable," gumamnya lirih.

You're the one who's unbelievable, Arion, and I'm tired of it.

Ini bukan pertama kalinya dia seperti ini. Tanpa pemberitahuan dulu, ia membelikanku pakaian secara daring dan langsung dikirimkan ke alamat rumahku.

Tiga kasus sebelumnya, aku masih mentoleransi dan tetap mengucapkan terima kasih walau tak antusias. Itu karena tiga pakaian sebelumnya tidak terlampau parah. Aku masih bisa memakainya di agenda kencan kami, walaupun kurang suka model dan coraknya, demi menghargai lelaki itu.

Tapi kali ini, aku tidak mampu mentoleransinya lagi.

Aku pernah bilang padanya untuk tidak perlu memberiku hadiah kejutan. Namun, ternyata dia tidak mendengarkanku. Mungkin dia pikir aku sebenarnya suka tapi tak enak hati, padahal aku sungguhan tak suka dan tidak ingin lemariku banyak terisi pakaian-pakaian yang hampir tak pernah kupakai.

Berkilas balik ke masa lalu, ternyata cukup sering Arion seperti ini. Memutuskan sesuatu semaunya sendiri, tanpa mendengarkan pendapatku dulu.

Bukan hanya tentang hal kecil seperti ini, tapi juga tentang hal besar.

Hubungan kami, misalnya.

Benar sekali. Hubungan kami adalah kombinasi dari paksaannya dan rasa toleransiku yang tinggi untuknya.

"Okay. Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau pakai itu," ucap Arion, memutus keterdiaman di antara kami. "Aku akan menghargai kemauan kamu, walaupun aku kecewa."

FLY TO YOU || (LHC) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang