Shera terbangun dengan peluh diwajahnya. Nafasnya memburu, dadanya begitu sesak. Tubuhnya bergetar hebat.
Apa ini? Apakah ini mimpi? Dimana aku?
Shera mengedarkan matanya disekeliling ruangan. Ini adalah kamarku dimansion Opa di Belanda.
Mimpi itu terasa nyata. Bahkan ia masih mengingat rasa sesak didadanya ketika memeluk Mommynya untuk pertama dan terakhir kalinya.
Bergegas disibaknya selimut lalu berjalan cepat menuju meja belajarnya. Diraihnya ponsel miliknya.
22 Januari 2022. Lima tahun sebelum tragedi itu terjadi. Mimpikah ini? Atau dia mengalami kehidupan kembali? Semuanya terasa membingungkan.
Dia mengingat ingat lagi. Hari ini kalau tidak salah adalah sehari setelah surat panggilan dari salah satu RS International di Jakarta diterimanya.
Maka seharusnya sebentar lagi Sean akan menelponnya dan mengajaknya Party bersama para sahabatnya sebelum dia terbang ke Jakarta.
Drrrttt
DrrrtttShera memegang ponselnya dengan tangan bergetar.
"H-halo."
"Shera, Oh My. Daritadi aku menghubungimu berkali kali. Kau kemana saja?"
"M-maaf tadi aku tidur. A-ada apa sean?"
Terdengar helaan nafas dari seberang.
"Pantas saja. Nick, Josh, Angela dan Brigitta sudah berkumpul. Mereka berpasangan, lalu bagaimana denganku. Kau kan pasanganku. Cepat datang kesini ketempat biasa."
"Halo, Shera ini Angela. Cepatlah kesini sebelum kakakku Sean mengamuk. Dia menyebalkan sekali. Bahkan aku dan Nick tidak boleh duduk berduaan. Cepatlah kesini Shera."
Sejenak Shera kehilangan orientasinya. Ini sama persis seperti kejadian yang pernah dialaminya. Ya Tuhan, apakah aku mengulang hidupku kembali? Batin Shera merasa frustasi.
"Halo, Shera kau masih disitu. Kau kenapa Shera."
"Y-ya Angela. Aku baik baik saja. Hanya saja aku merasa sedikit pusing. Maaf ya aku tidak bisa datang. Aku akan beristirahat saja dirumah." Shera merasa ketakutan dan bingung diwaktu bersamaan. Dia butuh waktu untuk mencerna semuanya.
Lalu terdengar teriakan Sean dari seberang.
"Apa? Kau sakit Shera. Pasti kamu terlalu memaksakan diri untuk belajar dan bekerja. Baiklah kami akan kesana Shera. Kita akan berkumpul saja ditempatmu."
"Tidak per.."
Tut
Tut
Panggilan terputus sepihak.Shera terduduk dilantai kamarnya. Pikirannya berkecamuk. Apakah dia mengulang waktu? Atau itu adalah mimpi ganbaran masa depannya. Shera dibuat frustasi oleh pikirannya sendiri.
Seharusnya sekarang dia berpesta bersama Sean dan para sahabatnya. Pesta perpisahan sebelum Shera terbang ke Jakarta memenuhi panggilan intern salah satu RS ternama disana.
Benar, di usia Shera yang ke 19 tahun, dia telah menjadi seorang calon dokter. Shera terlahir sebagai anak genius. Di usianya yang masih muda dia telah lulus kuliah kedokteran dan menyabet banyak penghargaan dan juga prestasi di bidang kedokteran. Menjadi seorang dokter bedah adalah impiannya sejak kecil. Setelah Opa tersayangnya meninggal dimeja operasi, saat itulah Shera kecil memutuskan untuk meraih mimpinya menjadi seorang dokter.
Tapi mimpi itu harus kandas sepulangnya ia ke Jakarta. Karena rasa iri dan ambisinya untuk merebut perhatian semua orang. Ia berpura pura menyukai bisnis. Demi membanggakan orangtua nya. Dia iri dengan Sharen saudara kembarnya yang mendapatkan perhatian dari seluruh anggota keluarga.
Sedari kecil Shera diasuh oleh Oma dan Opa nya di Belanda. Sang Oma sangat menyayanginya. Namun tetap saja, Shera kecil butuh pelukan dan kasih sayang kedua orangtua nya.
Kedua orang tua nya sangat pilih kasih. Dulu sewaktu mereka masih tinggal bersama. Kedua orang tua dan ketiga kakak lelakinya hanya perhatian pada Sharen. Hanya menyayangi Sharen. Sharen tumbuh menjadi anak yang ramah dan ceria. Sangat mudah untuk menyayanginya. Berbeda dengan Shera yang sedikit dingin dan sulit didekati. Bukan maksud Shera untuk bersikap demikian. Hanya saja, rasa iri dan cemburu telah membutakan hari Shera.
Hingga pada suatu pagi dengan sengaja Shera mendorong Sharen ke kolam renang. Hal itu disaksikan secara langsung oleh Mommy dan ketiga kakak lelakinya.
Mereka semakin membenci Shera sejak saat itu. Dan tak jarang Shera mendapatkan kekerasan dari ketiga kakak lelakinya.
Sampai ketika Opa dan Oma nya berkunjung. Dan melihat perlakuan keluarga kepada Shera. Mereka memutuskan akan membawa Shera ke Belanda. Bahkan tak satupun keluarganya peduli kepadanya. Tak satupun keluarga nya mengantarnya ke bandara. Dan sampai usia Shera ke-19 tahun ini, tak satupun keluarganya pernah menanyakan kabarnya. Dia dianggap tidak ada.
Hanya sekali keluarganya datang saat pemakaman Opa nya. Itupun hanya sebentar bahkan keluarganya tak mau repot repot untuk memandangnya.
Diakuinya dulu dia memang dibutakan rasa benci dan iri pada Sharen. Dan dia melakukan apa saja untuk menghancurkan Sharen dan merebut perhatian semua orang. Dia melepas mimpinya menjadi seorang dokter demi melanjutkan sekolah bisnis agar mulai dipandang Daddy nya. Tapi lagi lagi kekecewaan yang dia dapatkan. Bahkan tak ada satupun yang peduli padanya. Orang orang justru menganggapnya seorang monster. Karena melihat betapa ambisiusnya dia.
Tapi sekarang tidak lagi.
Tuhan telah memberinya kesempatan kedua untuk memilih jalan hidupnya kali ini. Dia memutuskan untuk memilih mencari kebahagiaanya.Sharen, keluarganya, dan Sean. Dia tidak akan memilih mereka. Yah, dia harus bahagia kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE "SHERA"
Fiksi UmumHidup kembali setelah kematian membuat Shera tidak mau meyianyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Bagai mimpi buruk bayangan itu terus terngiang dalam ingatannya. Shera terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya terus me...