17

45.7K 5K 92
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.

Shera memijat pelipisnya. Baru saja pihak rumah sakit menghubungi dan memberitahunya jika Shera mendapatkan banyak jadwal operasi dalam minggu ini. Dikarenakan beberapa dokter yang seharusnya menjadi asisten utama berhalangan hadir.

Bahkan besok saja dia dijadwalkan untuk tujuh operasi dalam sehari. Gila, benar benar gila. Shera tahu beberapa dokter serta staff rumah sakit dipengaruhi oleh dokter Sherly yang menyebarkan rumor buruk tentangnya. Dan ini adalah bentuk protes para dokter pada pihak rumah sakit. Beberapa dokter muda merasa kehadiran Shera mengancam karir mereka.

Bahkan hari ini saja Risa mengeluh saking banyaknya pasien IGD yang dia tangani karena hanya dia satu satunya dokter yang berjaga di IGD. Sampai sampai direktur rumah sakit mendatangkan dokter bantu dari rumah sakit lain.

Konflik internal rumah sakit kini benar benar berimbas pada para pasien. Bagaimana seandainya ada kondisi darurat lalu tidak bisa ditangani karena ketiadaan dokter? Shera harus melakukan sesuatu agar masalah ini tidak berlarut larut.

Ditambah sekarang Shera disibukkan dengan segala permasalahan perusahaan. Jika saja saat ini dia tidak sibuk dengan urusan kantornya, tanpa pikir panjang Shera pasti akan langsung menuju rumah sakit untuk membantu disana. Tapi dia juga memikirkan kondisi Daddynya.

Saat ini David membutuhkan waktu untuk beristirahat dari semua tekanan. Setidaknya untuk hari ini. Sebagai dokter, dia tahu kondisi David sedang tidak baik baik saja. Ada masalah dengan jantung David, hanya saja Shera membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisinya. Seandainya Shera bisa membelah diri, batinnya berandai andai.

Shera memandang jengah pada tumpukan dokumen yang seolah olah tak ada habisnya. Pantas saja sang Daddy sampai tumbang. Dia saja yang masih muda rasanya sangat frustasi. Belum lagi memikirkan masalah rumah sakit. Boleh tidak kalau Shera mengulang waktu untuk ketiga kali saja?

Jika dulu Shera mampu mengatasi ini semua karena fokusnya hanya satu, tapi kini konsentrasinya harus terbagi. Antara rumah sakit dan juga perusahaan. Keduanya sama sama pentingnya dan menyangkut nyawa orang banyak. Nasib para karyawan Anderson Corp berada pada pundaknya saat ini.

Jika saja manager keuangan Anderson bukan orang yang cerdas serta berdedikasi, maka bisa dipastikan Anderson Corp akan gulung tikar sejak lama. Untung saja manager keuangan sangat teliti dan juga jujur. Meski begitu sang manager tidak bisa berbuat banyak. Karena dia bukanlah bagian dari direksi yang bisa membuat keputusan. Yang bisa dia lakukan adalah menekan banyaknya pengeluaran serta meminimalisir sebisanya. Untuk itulah sang manager keuangan turut serta bergabung kedalam tim bentukannya.

🍁🍁🍁

Beberapa staff serta direksi yang kini telah berkumpul diruang meeting memandang heran satu sama lain. Tadi siang semua yang ada disini mendapatkan pesan dari asisten pimpinan untuk berkumpul diruang meeting ini pada jam pulang kantor.

Banyak yang penasaran dengan tujuannya mereka dikumpulkan disini. Tapi ada juga yang tidak peduli. Salah satunya adalah Marten. Dia hanya duduk santai sambil memainkan bolpoint ditangannya. Jangan salah, didalam bolpoint itu terdapat pisau kecil yang biasa dia gunakan untuk menandai para korbannya.

Beberapa saat kemudian Shera masuk keruang meeting bersama Julian yang berjalan dibelakangnya. Dengan wajah tegak serta raut datar Shera menempati kursi pimpinan rapat.

Tanpa basa basi Shera segera memimpin rapat dadakan ini. "Perkenalkan saya Shera Anderson. Putri dari pemilik perusahaan ini. Saya tidak akan bertele tele, Julian." Shera memberikan kode pada Julian untuk membagikan file dokumen kepada masing masing peserta rapat. Dokumen untuk para peserta sudah diberi nama sesuai dengan nama masing masing.

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang