23

45.7K 5.3K 381
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.

Bohong jika Shera melupakan Sean. Dusta kalau Shera tidak lagi menyimpan rasa apapun untuk Sean. Nyatanya rasa itu tetap utuh untuk satu nama, Sean.

Hanya saja kini Shera mampu untuk mengolah perasaannya. Agar tidak tenggelam dalam pusara yang dia ciptakan sendiri. Sama seperti dulu.

🍁🍁🍁

Shera merasakan getaran diponselnya. Aunty Alice?

"Halo Aunty?"

"Shera, kenapa kamu tidak pernah menghubungi Aunty, bagaimana kabarmu? Oma sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana keadaan disana?" Alice memberondongnya dengan banyak pertanyaan.

Shera menjauhkan ponselnya dari jangkauan telinga. Dia hafal betul dengan karakter auntynya yang selalu meledak ledak.

"Baik aunty. Maaf Shera belum bisa memberikan kabar. Aunty gimana kabarnya?"

"Aunty selalu baik baik saja. Shera, hubungilah Oma mu. Aunty selalu diomeli Oma karena belum juga mendapatkan kabarmu. Bagaimana dengan sikap mereka padamu?" Tanya Alice. Yang dimaksud adalah David dan keluarga. Alice sangat tahu bagaimana David dan yang lainnya bersikap pada Shera.

"Baik aunty, semuanya baik baik saja. Nanti Shera akan menghubungi Oma."

"Maaf Shera, rencana kami untuk berkunjung ke Indonesia terpaksa harus ditunda. Karena Oma sedang kurang enak badan, dan dokter melarang Oma untuk melakukan perjalanan jarak jauh."

Shera mendadak merasa cemas. "Bagaimana kondisi Oma aunty? Apakah tidak apa apa? Haruskah Shera pergi ke Jerman?" Sang Oma adalah orang yang paling Shera sayangi selain Opanya. Tentu saja Shera merasa khawatir jika terjadi sesuatu dengan sang Oma. Sejak meninggalnya Oma memang beliau lebih sering tinggal dengan auntynya, Alice karena alasan kesehatan. Dulu sewaktu Shera masih di Belanda, Oma terkadang mengunjungi Shera setidaknya setahun dua kali.

"Oma baik baik saja. Kamu tidak perlu cemas. Bukankah kamu meminta dr Edward untuk selalu memantau kesehatan Oma? Bahkan setiap hari akan datang murid dr Edward yang ditugaskan untuk mengawasi Oma. Tahu sendiri kan Oma sangat susah jika disuruh minum obat. Oh ya Shera, dokter itu seorang wanita muda yang cantik. Bahkan Christopher sering mencuri curi pandang kearahnya. Lalu.."

Shera buru buru menyela pembicaraan auntynya. Jika dibiarkan maka sampai besok malam juga tidak akan pernah selesai, apalagi jika menyangkut putra sulungnya. Alice sangat berambisi ingin menikahkan Christopher. Karena Alice menginginkan seorang cucu secepatnya. Padahal usia Christopher saat ini sama dengan usianya.

Bahkan pernah sang tante ingin menjodohkannya dengan salah satu maid di kediamannya hanya karena jatuh cinta dengan masakan maidnya. Dia ingin menantu yang pintar memasak. Dilain waktu, Alice hendak menjodohkan Chris dengan guru karate putra bungsunya, karena Alice memimpikan memiliki menantu yang jago berkelahi. Dan sekarang dokter? Terlalu absurd memang tantenya yang satu itu.

"Maaf aunty, Shera sedang dikantor. Sebentar lagi akan ada rapat dengan para investor." Jelas Shera.

"Oh iya, aunty lupa. Aunty menghubungimu selain ingin menanyakan kabarmu juga mau memberitahu. Aunty sudah menghubungi pengacara keluarga kita. Dan aunty beserta Oma sudah mengesahkan pemindahan saham atas nama kami kepadamu. Apa kamu sudah tahu? Aunty sudah membicarakan hal ini dengan Daddymu."

"Iya aunty, Shera sudah tahu." Singkat Shera.

"Ya sudah, nanti kita sambung lagi. Jangan lupa hubungi Oma mu. Dan jaga kesehatan selalu Shera. Kami menyayangimu."

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang