Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.Risa menarik tangan Shera dengan langkah yang sedikit terburu buru. Sementara Shera tengah mengetikkan sesuatu di ponselnya. Setelah selesai dia memasukkan kembali ponsel itu kedalam jas dokternya.
Risa menyusuri sepanjang lorong rumah sakit sembari sedikit menyeret Shera. Wajah antusias Risa yang terlalu kentara membuat Shera menggelengkan kepala. Merasa geli dengan tingkah sahabatnya itu. Ya, Shera menganggap Risa sebagai sahabat dan salah satu orang yang dia sayangi. Risa berada pada daftar orang yang akan dia lindungi kelak.
Sayup terdengar suara sedikit ramai dari area loby rumah sakit. Walau biasanya rumah sakit selalu ramai, tapi sepertinya ini sedikit lebih ramai dari yang biasanya. Sekumpulan orang nampak berdiri disepanjang loby rumah sakit. Ada setidaknya tiga puluh orang saat ini sedang dihadang oleh security serta beberapa staff rumah sakit.
"Shera." Salah seorang menyeruak dari barisan dan menyapa Shera dengan tatapan berbinar.
Shera memandang orang tersebut lalu menyunggingkan senyum hangat. "Diane, long time no see." Shera memeluk wanita yang bernama Diane itu dengan hangat. Dan disambut hangat pula oleh Diane.
Diane menjauhkan tubuhnya dari Shera lalu memandang Shera dari atas kebawah dengan decakan kagum, "Woww, Shera.. you look amazing." Diane menggoyang goyangkan tangan Shera persis seperti anak kecil. Membuat Shera tertawa geli. Pemandangan yang langka dari seorang Shera Anderson.
Risa menatap kejadian tersebut dengan melotot tidak percaya. Selama mengenal Shera dia nyaris tidak pernah melihat Shera tertawa dengan bebas seperti itu. Terbersit rasa cemburu dihati Risa. Dia takut jika sahabatnya direbut oleh orang lain. Tapi buru buru dia mengenyahkan pikiran itu.
Shera menoleh kearah Risa yang memandangnya dengan raut penasaran. "Risa perkenalkan ini Diane sahabatku dari Amsterdam. Dan Diane ini sahabatku Risa, dia dokter di Royal Hospital." Shera memperkenalkan Diane pada risa.
Diane mengulurkan tangan kepada Risa, "Halo Risa. Aku sahabat Shera semasa kuliah. Dan sekarang kamu juga sahabatku." Diane tersenyum ramah.
Risa menyambut uluran tangan tersebut dengan kikuk. Melihat senyum tulus Diane membuat Risa merasa nyaman.
"Hai Diane. Aku Risa sahabat Shera. Dan sekarang aku sahabatmu." Kelakar Risa membuat tiga gadis itu tertawa spontan.
Tiba tiba Diane menyadari sesuatu. "Oh ya setelah menerima email darimu aku sangat terkejut. Tapi sekaligus antusias, makanya aku membawa beberapa temanku untuk datang kesini sesuai dengan permintaanmu." Diane menunjuk sekumpulan teman temannya yang saat ini berkumpul didepan loby." Sebagian dari mereka adalah dokter di daerah. Aku bertemu mereka ketika menjadi relawan di negara yang terkena bencana. " Jelas Diane. "Dan mereka adalah yang terbaik." Bisik Diane di telinga Shera.
"Dokter Shera, Risa ada yang bisa kalian jelaskan?" Dokter Dani Handoyo kini sudah berdiri dibelakang mereka diikuti beberapa dokter dibelakangnya. Karena keasyikan mengobrol mereka jadi tidak sadar bahwa sedari tadi orang orang memandang mereka dengan penasaran.
Shera menunduk hormat pada dokter senior yang juga menjabat sebagai Direktur Royal Hospital. "Dokter Dani, maaf atas keributannnya."
Shera menarik tangan Diane agar berdiri sejajar dengannya. "Perkenalkan, ini dokter Diane yang saya ceritakan tempo hari. Bersama dengan rekan rekan sejawatnya. Merekalah yang akan menjadi dokter pengganti sementara sambil menunggu pihak RIS merekrut dokter dokter baru "
Dokter Dani melihat sekumpulan orang dengan yang kini tengah berkumpul didepan loby rumah sakit. Dani menganggukkan kepalanya. "Saya sudah memeriksa catatan mereka. Dan sejauh ini tidak ada masalah. Lagipula pimpinan rumah sakit sudah menyetujuinya." Dani menjeda kalimatnya. "Saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung di RIS. Mohon kerjasamanya untuk rekan rekan dokter sekalian." Dokter Dani menyapa mereka dengan ramah. Dibalas dengan senyum senang serta antusiasme yang tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE "SHERA"
General FictionHidup kembali setelah kematian membuat Shera tidak mau meyianyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Bagai mimpi buruk bayangan itu terus terngiang dalam ingatannya. Shera terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya terus me...