5

60K 6.2K 140
                                    

Mobil yang ditumpangi Shera berhenti di depan mansion Anderson. Hari ini Risa sengaja mengantarkan Shera pulang karena kebetulan jadwal mereka sama.

Shera melirik arlojinya. Jam menunjukkan pukul 08.30 malam. Tapi mansion ini nampak sunyi seperti tak ada orang.

"Bi, kok tumben sepi. Pada kemana?" tanya Shera pada salah seorang maid.

"Itu non, tuan dan nyonya juga kakak non sama non Sharen sedang menghadiri pesta. Tuan berpesan kalau non Shera pulang disuruh menyiapkan makan malam. Non Shera mau makan sekarang atau mau mandi dulu non?"

"Aku udah makan bi tadi sama Risa. Aku kekamar dulu ya bi. Ngantuk."

"Baik non."

Selesai membersihkan diri Shera merebahkan tubuhnya diranjang. Merasakan lembutnya sprei juga empuknya bantal tak terasa diapun langsung terlelap.

Hingga beberapa waktu kemudian ada panggilan di ponselnya.

Drrrttt..
Drrrttt..

Shera yang merasa tidurnya terusik melirik keatas nakas. Jam menunjukkan pukul 11.30 malam. Baru beberapa jam saja dia terlelap. Diraihnya gawai yang sedari tadi bergetar diatas meja.

"Halo." jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur. Matanya pun masih setengah terpejam.

"Dokter Shera. Maaf mengganggu waktu istirahatnya. Dokter bisa kerumah sakit sekarang? Ada keadaan gawat dok. Baru saja terjadi kecelakaan beruntun di jalan pemuda. Banyak korban yang dibawa kesini. Sementara tenaga medis disini kekurangan anggota dok. Dokter Fahri meminta kami menghubungi dokter Shera."

Secepat kilat Shera langsung bangkit dari tidurnya.

"Baik saya akan segera kesana." sahutnya menutup panggilan tersebut.

Diraihnya jaket di samping tempat tidur. Buru buru dia memakai sepatu lalu lari turun tangga seraya mengikat asal rambut panjangnya.

Diruang keluarga tengah berkumpul anggota keluarga yang lain. Nampaknya mereka baru saja pulang dari pesta.

Serempak mereka semua mengarahkan pandangannya kearah Shera. Dengan rambut acak acakan. Memakai kaus oblong celana panjang dan jaket. Serta sepatu yang dipakai secara asal.

"Dad, Shera ijin darurat." ucapnya pelan.

David yang mengerti arti maksud daruratnya Shera langsung mengijinkan.

"Harus dengan sopir. Jangan bawa mobil sendiri."

"Siap Dad." Shera langsung berlari menuju garasi mencari sopir yang masih siaga.

"Dad, kenapa diijinkan dia pergi malam malam?" tanya Kevin.

"Shera bilang darurat, ya pasti darurat." Jawab David.

"Darurat apa? Panggilan om om?" sinis Kevin seperti biasa.

"KEVIN!" sentak David.

"Daddy nggak adil. Kenapa Shera boleh pergi malam malam? Nah aku mau menginap ditempat Mona tidak boleh." protes Sharen merasa kesal. Entah kenapa dia merasa Daddynya sangat perhatian pada Shera. Bahkan menuruti semua permintaan Shera. Berbeda dengan dia yang selalu dibatasi dengan aturan yang sangat ketat.

"Itu karena Daddy tahu kalau Mona suka kluar masuk club. Jadi Daddy tidak suka kamu terlalu bergaul dengannya."

"Lalu Shera? Kenapa Daddy membebaskannya? Apa Daddy yakin kalau Shera perempuan baik baik?"

"SHAREN! JAGA BICARAMU. DIA KAKAKMU." Bentak David untuk pertama kalinya selama hidup Sharen.

Seketika airmata lolos dari kedua mata Sharen.
"Aku benci Daddy!" Sharen langsung lari masuk kekamar disusul Alena dan Kevin. Sementara Kevan memandang David penuh tanda tanya. Daddy nya bukanlah orang yang begitu saja percaya dengan perkataan seseorang apalagi anaknya. Tapi dari sikap David pada Shera menunjukkan bahwa David menaruh kepercayaan lebih padanya. Awalnya dia berpikir bahwa David tidak begitu peduli pada Shera, oleh karena itu dia membiarkan segala kelakuan Shera.

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang