28

88.9K 7.7K 2.4K
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.

"Menurutmu apa yang akan dilakukan Aunty Aleta Van?" Tanya Kevin ketika mereka berdua sedang ada dikamar Kevan. Kevin duduk dilantai beralaskan karpet, sedangkan Kevan berada diatas ranjang.

"Rencana yang pastinya tidak sesederhana yang kita pikir" sahut Kevan sekilas, lantas Kevan menatap Kevin penuh arti. "Vin, bagaimana perasaanmu sekarang terhadap Shera. Jujur aku belum begitu percaya kalau kamu berubah secepat ini." Kevan menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang.

Kevin mendongak menghada Kevan. "Tadinya aku masih bingung dengan perasaanku sendiri Van. Aku sudah menghabiskan lebih dari saparuh umurku untuk membecinya. Aku sangat benci kelakuanya dulu. Lalu tiba tiba dia berubah. Tentu aku tak akan mudaj percaya." Kevin terdiam beberapa saat. "Tapi, jika dipikirkan ulang, dan kita jauh melihat kebelakang, semua masalah ini bermula dari kita Van. Kita yang lebih dulu mengabaikannya. Lalu dia membalasnya. Itupun terjadi saat kita masih kanak kanak." Papar Kevin.

"Jadi bagaimana sekarang?" Tanya Kevan memastikan. Kevan tidak mau jika masih ada keraguan pada diri Kevin.

"Sejujurnya aku ingin sekali meminta maaf pada Shera. Tapi aku terlalu takut dengan jawabannya. Aku takut dia tidak bisa menerima maafku. Bahkan aku tidak berani memberinya perhatian secara terang terangan."

Kevan masih terus menyimak curahan hati kembarannya. Sebenarnya dia tidak pernah membenci Shera, baik itu dulu maupun sekarang. Bahkan dia pun memaklumi ketika dulu Shera berusaha mencelakai Sharen. Dia memahami kecemburuan Shera pada adik kembarnya itu.

Hanya saja, dia merasa kecewa dengan kejadian setelahnya. Setelah kejadian itu perbuatan Shera justru semakin menjadi. Dia tumbuh menjadi gadis cilik yang nakal. Dan kenakalannya itu semakin tak terkendali karena Opanya selalu ada dibelakangnya seolah mendukungnya semua perbuatannya. Kevan kecewa adiknya yang pendiam berubah seperti itu. Padahal Kevan menyayangi Shera melebihi Sharen, bahkan dari dulu.

Kevin menghembuskan nafas berat. "Sekarang Shera berubah. Tentu saja sekarang Shera sudah tumbuh dewasa. Dia lebih baik, jauh lebih baik daripada dulu. Hanya saja aku merasa dia menempatkan sekat tak kasat mata agar tetap menjaga jarak dari kita. Tapi, aku tidak akan diam saja jika ada orang yang ingin mencelakakannya." Ujar Kevin mantap.

"Bahkan jika orang itu adalah Sharen?" Tanya Kevan sekali lagi.

Kevin mengangguk yakin. "Bahkan jika itu adalah Sharen."

"Bisakah aku pegang ucapanmu? Aku mohon kali ini kita harus sama sama melindungi Shera. Untuk sebaiknya masalah ini jangan sampai Daddy tahu. Tugas kita sekarang awasi pergerakan Aunty Aleta dan juga... Sharen.

Sebenarnya Kevin merasa tidak enak jika harus mencurigai Sharen. Tapi dia tadi mendengar sendiri perkataan Sharen. Dan Kevan benar, mereka harus berhati hati. Apalagi ketika dia tahu Auntynya memiliki niatan buruk pada Shera.

Kevin mengingat ingat lagi masa kecil mereka. Seingatnya Shera tidak pernah menganggunya. Bahkan jauh sebeluh insiden Shera mencelakakan Sharen dulu. Seingatnya dia memang tidak terlalu dekat dengan Shera. Karena memang keluarga itu lebih terfokus pada Sharen yang ceria.

Karena itu mungkin sebab kurang dekatnya Kevin dengan Shera menyebabkan dia kurang merasa dekat dan akrab. Berbeda dengan Sharen. Kedekatan mereka mengadirkan kasih sayang

Flashback On..

Shera kecil berjalan menghampiri Kevin dengan lelehan air mata dipipinya. "Hiks..ka Kevin. Boneka Era dirusakin Eren. Hiks.." Tangis Shera mengadu padanya. Dulu panggilan Shera adalah Era sementara Sharen dipanggil Eren.

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang