12

49.6K 5.1K 22
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.

"Shera!" Dari arah belakang Risa merangkul bahu Shera yang tengah berjalan menyusuri koridor menuju ruang kepala perawat. Baru saja Shera mendapatkan panggilan dari kepala perawat.

"Pasien di kamar VVIP 7 itu kakakmu kan Sher?" Tanya Risa.

"Memangnya kenapa?" Sjera balik bertanya.

"Aduh calon adik iparku ini gimana sih. Masa calon suamiku sedang sakkit, kamu tidak mengabariku?"

Shera memutar bola matanya jengah, "Sudahi kehaluanmu itu. Antrian pacarmu mau dikemanain?". 

Risa mencebikkan bibirnya. Mereka pun melanjutkan perjalanan sambil berbincang riang, walau yang mendominasi percakapan tentu saja si bawel Risa.

"Kamu tahu tidak Sher. Para dokter senior saat ini sedang berdebat. Dengar dengar sih ya, ada salah satu petinggi negeri ini yang akan melakukan operasi pencangkokan hati di rumah sakut ini. Dokter Kaivan sudah terpilih sebagai ketua tim dokter yang akan melakukan operasi. Tapi masalahnya asisten yang terpilih menimbulkan perdebatan."

"Bukannya biasanya dokter Sherly yang akan jadi asisten utama dokter Kaivan?" Setau Shera dalam setiap tindakan operasi, dokter Sherly selalu menjadi asisten utama dokter Kaivan.

Masalahnya salah satu profesor yang menangangi pasien ini dari awal, sudah merekomendasikan dokter lain. Dan pejabat itu sangat menghormati keputusan prof itu, entah siapa profesornya. Yang pasti beliau sangat dihormati oleh para dokter senior. Itulah sekarang suasana rumah sakit jadi sedikit berpolemik. Sampai sampai anak pemilik rumah sakit datang langsung dari luar negeri untuk menengahi." Jelas Risa panjang lebar.

"Aku bingung dengan kamu Ris. Masih sempat sempatnya mengurusi masalah gosip. Tuh urusin pasien IGD yang nambah nambah terus tiap menitnya."

Risa memelototkan matanya, "Ini bukan gosip Shera sayang. Ini tuh informasi penting. Kita kan menjadi bagian dari rumah sakit ini. Jadi kita harus tahu perihal semua informasi."

Shera mencubit gemas pipi Risa, "Tapi ini bukan urusan kita Risa sayang. Biar itu menjadi urusan para petinggi rumah sakit. Tugas kita sekarang adalah bekerja sebaik baiknya."

"Hhh kamu ini tidak asyik sama sekali  Sher." Risa mendengus kesal. " Ngomong ngomong, kamu juga mendapat panggilan dari kepala perawat?" Tanya Risa penasaran.

Shera hanya menganggukkan kepala mengiyakan.

"Ada apa ya kepala perawat memanggil kita? Tidak biasanya." Gumam Risa penasaran. Sejujurnya Shera pun demikian, tidak biasanya kepala perawat menghubunginya secara langsung.

Siapa yang tidak mengenal suster Rima. Seorang perawat senior yang juga menjabat sebagai kepala perawat di Royal Hospital. Seorang perawat yang sangat berdedikasi dengan profesinya. Tegas dan tak jarang orang orang mengenal nya sebagai perawat yang super galak. Bahkan para dokter senior saja tidak berani menegur atau memerintahnya. Menurut informasi yang beredar suster Rima adalah adik sepupu pemilik rumah sakit.

***

Kepala perawat meminta Shera dan Risa untuk menangani salah satu pasien darurat. Berdasarkan hasil laporan yang mereka terima, pasien berusia tiga belas tahun. Mengalami luka fisik dibeberapa bagian tubuhnya.

Seharusnya pasien ini ditangani oleh dokter Sherly, tapi karena sedang ada konflik internal di rumah sakit, akhirnya pihak rumah sakit memutuskan untuk mengganti dokter yang menangani.

Jika kepala perawat langsung yang meminta Shera dan Risa untuk menangani pasien ini, kemungkinan besar ini bukan pasien biasa. Atau penyebab sakit pasien ini yang tidak biasa.

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang