8

53.7K 5.8K 73
                                    

Shera merasa tidurnya sedikit agak terganggu. Seolah ada seseorang yang sedang membelai rambutnya. Tapi rasa lelah setelah seharian bekerja mengalahkan instingnya untuk tetap terjaga.

"Ssttt.. tidurlah sweetheart. Aku akan menjagamu."
Bisikan itu seolah seperti mantra sihir yang membuatnya semakin tenggelam dalam kegelapan yang menenangkan. Hangat, seperti direngkuh ribuan sayap malaikat.
Davidkah? Atau Kevan yang memeluknya saat ini? Entahlah. Yang jelas untuk sekarang ini Shera ingin menikmati selubung hangat ini untuk dirinya sendiri.

***

Shera tengah bersiap untuk olahraga pagi. Dia mengikat rambutnya tinggi tinggi. Dengan setelan training panjang dan kaki berbalut sepatu olahraga Shera perlahan turun ke lantai bawah. Dilihatnya David sedang menikmati secangkir kopi diteras.
"Mau olahraga sayang?"

"Iya Dad." Shera berhenti sejenak lalu mengamati Daddynya. "Sebaiknya Daddy juga harus rutin berolahraga." Shera mengelus pelan perut Daddynya yang nampak sedikit membuncit. "Sudah berapa bulan Dad?" Secepat mungkin Shera segera berlari menghindari amukan David yang mungkin akan meledak sebentar lagi.

David mengernyitkan dahi, bingung dengan pertanyaan Shera barusan. Lalu pandangannya jatuh kearah perut dan tiba tiba dia paham akan sesuatu.

"Dasarrr anak kurang ajaarrr. Dikira Daddy hamil apa." Teriaknya kesal.

Kevan yang menyaksikan itu seketika tertawa terbahak bahak. Sungguh paginya begitu indah. Bseketikaahkan Alena pun terkekeh geli melihatnya.

Sementara David masih mendengus sebal sambil terus memperhatikan perutnya. Perutnya tidak buncit, hanya berkembang sedikit. Padahal dulu badannya sangatlah bagus dan atletis. Alena saja sampai tergila gila padanya.

Apa sekarang dia sudah tua dan tidak menarik lagi? Wah ini tidak bisa dibiarkan. Dia harus fitnes mulai sekarang. Batin David bertekad.

Kevan gemas sendiri melihat gelagat Daddynya yang masih memikirkan kata kata Shera. Tidak dipungkirinya, kehadiran Shera membawa warna tersendiri dalam keluarganya khususnya bagi dirinya.

***

Shera sudah menyelesaikan dua putaran taman kompleks tempat tinggalnya. Dihari liburnya ini bisa saja Shera menghabiskan waktunya untuk tidur seharian diranjangnya yang nyaman. Tapi, Shera harus memastikan tubuhnya tetap bugar dan sehat. Para anggota keluarga sudah bersiap untuk sarapan pagi. Shera segera membersihkan tubuhnya lalu bergabung bersama anggota keluarga yang lain.

Makanan adalah salah satu kelemahan Shera. Menu yang beragam tersaji diatas meja membuat Shera tak bisa mengalihkan pandaangannya.

David terkekeh geli melihat Shera yang terlalu fokus melihat ragam menu diatas meja. Memang David yang meminta kepala maid untuk menyiapkan makanan kesukaan Shera.

"Mom kenapa semua menu ini serba ayam? Sharen kan suka udang Mom." Sharen menggerutu. Dia merasa kesal karena tak mendapati satupun makanan favoritenya.

Alena memanggil salah satu maid. Dan menanyakan kenapa tak ada satupun makanan kesukaan anak tersayangnya yang disajikan diatas meja.

Belum sempat maid menjawab, David lebih dulu menyela, "Daddy sengaja meminta maid untuk menyiapkan makanan kesukaan Shera. Jarang jarang Shera libur bekerja. Jadi biarlah hari ini Shera bisa menikmati makan dirumah."

"Tapi kan nggak harus semua makanan kesukaan Shera Dad. Sharen dan yang lain juga butuh makan." Protes Sharen. Dia merasa Shera sudah merebut seluruh perhatian David sekarang. Bahkan dia merasa David sudah tidak lagi perhatian padanya sejak ada Shera. Ini tidak bisa dibiarkan.

David menghela nafas, "Disini tidak ada yang alergi ataupun tidak suka dengan ayam kan? Sementara Shera alergi pada seafood. Daddy tidak mau mengambil resiko jika ada makanan yang terpapar seafood walau sedikit. Kamu juga biasanya kan menyukai ayam juga Sharen?"

Sharen hendak menjawab pertanyaan David, tapi Alena lebih dulu menggenggam tangannya. Meemberikan isyarat pada Sharen untuk tidak melanjutkan perdebatan dimeja makan.

"Sudah sebaiknya mari kita lanjutkan sarapannya. Lagipula ada sesuatu yang mau Mommy sampaikan ke kalian semua." Lanjut Alena.

Aleta melirik sinis kearah Shera yang seperti tidak peduli dengan sekitar. Dan lebih memilih menikmati sarapannya.

Bagi Shera makanan adalah nomor satu.

"Memangnya Mommy mau menyampaikan apa?" Tanya Kevan disela sela sarapannya.

"Begini, Sharen ingin perayaan ulangtahun nya kali ini dirayakan dirumah. Jadi Mommy harap kalian semua harus menyediakan waktu untuk perayaan ini. Tidak ada kesibukan, tidak ada meeting kerja atau apapun. Jadi kalian semua harus meluangkan waktu untuk perayaan ulang tahun Sharen kali ini. Mommy tidak menerima alasan apapun."

Semua kepala yang ada di meja makan hanya mengangguk setuju. Membuat senyum seketika terbit diwajah Sharen yang sedari tadi hanya cemberut.

Sementara Shera hanya mengangkat bahu sambil menyunggingkan senyum tipis. Sama seperti dikehidupan yang lalu. Bahkan tak satupun dari mereka yang ingat, bahwa Sharen dan Shera berulang tahun di tanggal yang sama.

Jika dulu dia nyaris menghancurkan pesta ulang tahun Sharen dikarenakan rasa iri bahkan dia mempermalukan dirinya sendiri. Tapi kali ini, dia hanya akan jadi penonton yang manis.

Hanya saja, dia sedikit merasa. kecewa, bahkan David dan Kevan pun tak menyadari bahwa dia lahir di hari yang sama bahkan jam yang sama dengan Sharen hanya berbeda beberapa menit saja. Shera pun kini menyadari, bagaimana posisinya dirumah ini. Sekuat mungkin dia jangan sampai terjerumus pada rasa benci seperti di masa lalu

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang