Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari ketika Shera sampai lobi Royal Hospital. Selepas dari kantor tadi Shera bergegas menuju rumah sakit. Dikarenakan dia merasa kasihan dengan Risa yang seharian kemarin menangani pasien IGD sendirian. Shera juga harus mempersiapkan diri untuk operasi pagi ini yang akan dijadwalkan pukul tujuh pagi.
Jika dia pulang ke mansion terlebih dahulu, maka hanya akan membuang waktu dijalan. Untung saja Julian menemaninya lembur. Bahkan Julian yang mengantarkan Shera kerumah sakit, karena tidak tega melihat Shera membawa mobil sendiri. Ingatkan Shera untuk memberikan bonus pada Julian nanti.
Baru saja kakinya menginjak di lantai IGD, Shera sudah disambut dengan pelukan erat.
"Sheraaaaaaaa," Telinga Shera berdengung lantaran mendengar suara cempreng Risa.
Baru saja Shera hendak mengomeli Risa, tapi ketika melihat wajah Risa yang nyaris seperti zombie, Shera mengurungkan niatnya.
Shera merasa bersalah pada Risa. Karena konflik yang melibatkannya kemarin membuat Risa turut terkena imbasnya.
Shera meminta Risa beristirahat yang langsung disambut Risa dengan senang hati. Risa menuju kesalah satu brankar, merebahkan tubuhnya dan terlelap begitu saja. Shera mengambil selimut di ujung brankar lalu menyelimuti tubuh Risa.
Shera menuju ke bagian informasi, lalu bertanya pada salah satu perawat apakah ada pasien yang belum ditangani atau membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Masih ada tiga pasien yang belum sempat tertangani padahal sudah datang dari dua jam yang lalu.
Shera melirik arlojinya, masih ada sisa waktu tiga jam lebih sebelum jadwal operasi pertama berlangsung. Shera bergegas mengganti bajunya dan mencuci kedua tangannya lalu bergegas memeriksa pasien yang belum sempat ditangani Risa.
🍁🍁🍁
Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi Shera. Bahkan di masa lalu pun tidak pernah dia mengalami hal yang demikian.
Bagaimana tidak, setelah melakukan operasi marathon hari ini, Shera masih harus berhadapan dengan antrian pasien IGD yang tak kunjung ada habisnya. Jangankan untuk meneguk segelas air, untuk menghela nafas saja Shera nyaris tak sempat. Shera menyadari dia harus tetap menjaga kesadaran tubuhnya. Untung saja tubuhnya sudah terlatih menghadapi berbagai situasi dan dalam kondisi apapun.
Shera harus berterimakasih pada Profesor Edward yang pernah mengajaknya untuk menjadi dokter sukarelawan diberbagai negara yang terkena bencana. Jadi secara otomatis tubuhnya mampu menyesuaikan dengan banyak keadaan.
"Dokter Shera." Salah satu perawat IGD memanggilnya ketika Shera hendak menuju salah satu brankar pasien.
Shera memutar tubuhnya menghadap perawat tersebut. "Ada apa sus?" Tanya Shera.
Suster tersebut mengangsurkan sebuah paper box pada Shera. Shera menerimanya dengan satu alis terangkat.
"Tadi ada yang menitipkan ini untuk dokter Shera." Jelas suster tersebut. "Permisi dok."
Shera mempersilakan perawat tersebut untuk pergi. Shera mengintip isi kotak tersebut. Senyum senang terukir dibibirnya. "Pasti ini dari Daddy." Shera terkikik senang. Pasalnya isi dari kotak tersebut adalah beberapa susu dalam kemasan, biscuit, roti dan juga sekotak makanan dari salah satu restaurant ternama. Bahkan ada vitamin untuk daya tahan tubuh juga. Diambilnya satu botol susu dalam kemasan lalu diteguknya langsung sapai tandas. Lumayan buat nahan lapar, batin Shera. Dan setelahnya Shera bergegas menangani antrian pasien dengan hati riang. Makanan memang bisa merubah suasana hati Shera.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE "SHERA"
General FictionHidup kembali setelah kematian membuat Shera tidak mau meyianyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Bagai mimpi buruk bayangan itu terus terngiang dalam ingatannya. Shera terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya terus me...