Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
."Apakah itu benar nyata? Bukan khayalan anda semata?" Tanya Marten tanpa basa basi.
"Menurutmu?" Shera masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Ada sesuatu yang harus dia kerjakan.
"Athena. Hacker yang saat ini masih dicari cari oleh interpol. Bukankah dunia akan gempar jika mengetahui identitasnya yang sebenarnya?" Marten melepas kacamatanya lalu meletakkan diatas meja. Bahkan mendengar hal itu wanita didepannya ini tak bergeming sama sekali.
"Aku tahu kau tidak sebodoh itu Hades." Shera menyebutkan nama Marten di dunia maya.
Marten menaikkan sudut bibirnya. "Saya akan mencoba untuk percaya."
Shera terkekeh pelan, "Marten yang aku kenal tidak akan pernah ragu ragu jika dia sudah meyakini sesuatu." Sekilas pandangan Shera beralih pada pemuda dihadapannya.
Marten meraih cangkir kopinya lalu menghirupnya pelan, "Anda sangat mengenal saya rupanya." Sahutnya.
Sejujurnya Marten tidak percaya sama sekali dengan cerita Shera tempo hari. Dia sudah menyelidiki jati diri Shera. Bahkan hingga sudut tergelapnya sekalipun. Tak akan ada yang menyangka, bahwa putri pengusaha sukses sekaligus seorang dokter ini adalah hacker yang diburu dibanyak negara. Hanya saja dalam setahun ini dia menghilang tanpa jejak. Darimana Marten tahu? Tentu saja karena Marten juga bukan orang yang bisa diremehkan. Karena itu Marten meragukan cerita Shera. Mungkin Shera tahu tentang semua rahasianya karena Shera menyelidiki tentangnya. Seorang Athena bisa melakukan itu.
Tapi itu sebelum dia mengalami mimpi yang aneh tadi malam. Dalam mimpinya baik usia Shera maupun dirinya nampak lebih dewasa dari sekarang. Dia bermimpi tentang hari harinya ketika menjadi asisten Shera, hingga ketika dia mengetahui Shera meninggal karena membunuh dirinya sendiri. Saat terbangun Marten mendapati dirinya menangis dalam diam. Bahkan setelah terbangun pun rasa sesak dan sakitnya masih dia rasakan. Hingga membuatnya ingin segera bertemu dengan gadis yang saat ini sedang sibuk mengetikkan sesuatu dengan laptopnya.
Shera menutup laptopnya, pekerjaannya telah selesai. Dia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Lalu mendesah pelan ketika beberapa otot ditubuhnya terasa sedikit relax.
Shera membayangkan dirinya berendam didalam air hangat yang penuh degan busa. Lalu setelahnya tidur diatas kasurnya yang empuk dan nyaman. Shera mengeluh dalam hati. Bayangan itu terasa begitu nikmat. Tapi pekerjaannya masih banyak. Shera menggeleng gelengkan kepalanya mengusir bayangan itu. Besok adalah rapat para investor, sementara urusan rumah sakit masih harus dia selesaikan.
Marten menyaksikan semua tingkah serta ekspresi Shera yang terlihat begitu lucu dimatanya. Tanpa sadar dia menyunggingkan senyumnya.
Seorang waitress datang membawa beberapa slice cake dan juga puding yang terlihat sangat menggiurkan.
Shera mengerutkan keningnya, walau tidak bisa dia pungkiri deretan dessert itu sangat menggoda. Seolah melambai minta dijamah lidah. "Saya tidak memesan ini." Ujar Shera. Bukan dia yang memesan. Dan setahunya Marten tidak menyukai makanan manis. Jadi pasti bukan Marten juga.
Waitress tersebut tersenyum ramah. "Ini adalah pesanan seseorang khusus untuk nona Shera. Maaf saya permisi kebelakang."
Shera hanya menganggukkan kepalanya pelan. Lalu mulai menyendok puding saus coklat tersebut dan memasukkannya kedalam mulut. Ya Tuhan nikmatMU sangat nyata. Desah Shera dalam hati. Coklat itu meleleh lumer didalam mulutnya. Kelemahan Shera hanya satu, makanan enak.
"Apa anda tidak bisa sedikit waspada? Siapa tahu makanan tersebut dikirim oleh musuh anda dengan tujuan sesuatu."
Shera menatap Marten tajam. Dia sampai lupa jika masih ada Marten didepannya. Makanan selalu mengalihkan dunia seorang Shera. "Musuh tidak akan mengirimkan makanan. Dia cuma akan mengirim masalah." Sahut Shera datar lalu beralih pada potongan cake yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE "SHERA"
General FictionHidup kembali setelah kematian membuat Shera tidak mau meyianyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Bagai mimpi buruk bayangan itu terus terngiang dalam ingatannya. Shera terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya terus me...