2

58.8K 5.8K 207
                                    

Mansion keluarga Anderson

Seluruh keluarga berkumpul diruang keluarga.

"Jadi dia akan kembali?" Anak tertua keluarga Anderson, William memulai pembicaraan.

"Iya tadi Oma memberitahu bahwa dia akan pulang. Tapi Oma tidak menjelaskan alasannya." David, kepala keluarga Anderson angkat bicara.

Kevin,anak kedua David mendengus kesal. "Apa dia akan berulah lagi. Kalau sampai dia mencelakai Sharen lagi maka aku tak akan pernah memaafkannya."

Sementara Kevan saudara kembar Kevin hanya diam tak berkomentar.

Mommy Alena mengelus surai Sharen dengan lembut." Kamu tidak apa apa sayang?"tanyanya pada anak gadisnya.

Sharen memandang Mommy nya dengan lembut. Lalu tersenyum manis. "Aku tidak apa Mom. Shera berhak pulang. Ini juga rumahnya Mom."

Alena memeluk lembut anak gadisnya.

Kevin berdecih lirih. "Harusnya dia tak perlu kembali kesini. Sudah 11 tahun dia pergi dan aku sudah lama menganggapnya mati."

"Kevin! Jaga bicaramu." Tegur David.

"Apa Daddy lupa kalau dia dulu berkali kali berusaha mencelakai Sharen. Dia itu Iblis Dad!"

"Kevin, jaga ucapanmu. Masih ada Sharen disini." Tegur Alena.

Kevin melihat Sharen sedikit terguncang. Adik kecilnya sedari kecil tumbuh dalam limpahan kasih sayang semua orang. Dan tak pernah sekalipun mendengarkan suara keras.
"Maaf Mom." Lirihnya.

Seorang maid datang menghampiri.

"T-tuan.."

"Ada apa bi?"

"I-itu didepan ada non S-Shera tuan."

Semua orang yang ada disitu tiba tiba menegang.

"Suruh dia masuk bi."

Maid itu bergegas kedepan. Lalu kembali bersama seorang gadis dengan wajah nyaris sama dengan Sharen. Hanya saja bola matanya berwarna biru seperti David. Sementara Sharen mewarisi bola mata Mommy nya sewarna madu. Shera berdiri dihadapan seluruh anggota keluarganya. Semua orang diruangan itu memandangnya dengan lekat. Wajahnya cantik walau hanya dihiasi make up yang tipis. Tampilannya sederhana. Shera hanya mengenakan celana panjang bahan dan kemeja lengan panjang berwana putih. Tampilannya sederhana dan bersahaja. Garis wajahnya nampak lambut tapi menguarkan aura ketegasan. Persis seperti David.

Shera tersenyum tipis, "Selamat sore Dad, Mom, Kak dan Sharen."

Seketika mereka tersadar dari keterpakuan mereka.

Ehm. David berdehem.
"Sore. Silakan duduk." Ucapnya kaku. Dia bingung harus bersikap seperti apa terhadap putrinya ini. Putrinya? Tiba tiba David tersentak dengan kenyataan itu.

Shera memilih sofa single yang menghadap keseluruh keluarganya.

Shera menatap sendu Daddynya. Terbersit rasa bersalah dan sedih dihatinya. Mengingat kejadian dimana dia melepaskan tembakan tepat di jantung Daddynya.

David yang ditatap seperti itu merasakan tubuhnya meremang. Dia melihat ada tatapan terluka di mata putrinya. Tiba tiba sebuah rasa asing menelusup dalam hatinya.

Sejenak mereka terdiam.

Kevin berdecih sinis. "Untuk apalagi kau menginjakkan kaki di kediaman ini. Mau berbuat ulah apalagi?"

Shera terdiam. Sama persis seperti yang dia alami waktu itu. Kata kata yang di lontarkan Kevin sama persis. Bedanya, di masa lalu sewaktu pertama Shera masuk ke mansion ini dia langsung berhambur memeluk Mommy dan Daddy nya. Walau pelukannya tak pernah terbalas sekalipun.

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang