Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
."Kapan rapat dengan para investor diadakan? Ini kan yang membuat Daddy akhir akhir ini tertekan?" Tanya Shera pada Julian. Saat ini mereka berdua tengah disibukkan dengan tumpukan dokumen diruang kerja David. David kini masih beristirahat di ruang istirahat yang ada didalam kantor David.
Tadi Shera dibantu beberapa staff memindahkan David kedalam ruang istirahat, agar tubuhnya lebih nyaman daripada berbaring di sofa.
"Rencananya sudah dijadwalkan tiga hari lagi nona." Jawab Julian
Shera melihat buku agenda jadwalnya. Dia akan mencoba mengusahakan bisa hadir dalam rapat itu. Dia tidak akan membiarkan David terus terusan ditekan oleh para investor itu.
"Pertama tama kita harus membentuk tim untuk melakukan investigasi dan juga untuk memberikan ide ide segar yang dibutuhkan perusahaan. Karena dari sekian banyaknya laporan yang kubaca, perusahaan ini seolah tidak berkembang selama enam tahun terakhir."
Dimasa lalu ini juga yang Shera lakukan. Merekrut beberapa staf yang berbakat, jujur serta berdedikasi tinggi. Bersama para tim nya inilah Shera mampu melibas tikus tikus yang berkeliaran dikantor serta melakukan gebrakan yang besar yang mampu membuat kejayaan perusahaan meroket, bahkan sangat pesat.
"Tapi bagaimana cara kita tahu bahwa staff yang akan kita rekrut adalah orang yang tepat? Seperti yang tadi nona bilang, diperusahaan ini ada beberapa penghianat." Tanya Julian.
Shera menyodorkan sebuah file, "Didalam sini berisi laporan data data para karyawan yang sudah aku susun." Shera mengganti dengan sebutan "Aku" pada Julian karena Shera merasa Julian terlalu kaku. "Kamu tinggal merekrutnya."
Julian membaca isi dokumen tersebut, staff yang disebutkan beberapa diantaranya menduduki jabatan yang lumayan tinggi. Namun matanya tiba tiba melotot ketika membaca beberapa daftar yang menurutnya sungguh tidak masuk akal. Bahkan Shera memasukkan office girl yang bahkan masih dalam masa training? Dan yang lebih tidak masuk akal lagi, seorang staff dapur dari cafetaria?
"Anda yakin orang orang ini dapat dipercaya dan juga kompeten?" Tanya Julian sedikit ragu.
Shera menatap Julian tajam, "Apa kau meragukan penilaianku Julian?" Tanya Shera lembut namun dengan intonasi yang penuh tekanan. Membuat Julian gemetar seketika.
"T-tidak nona. Saya akan segera mengumpulkan staff yang ada didalam daftar ini." Ujar Julian gugup. Julian meringis didalam hati. Selama lima belas tahun dia menjadi Asisten David, baru kali ini dia benar benar merasa tertekan dan tak mampu berkutik.
"Dan aku mau semua yang ada pada daftar ini dikumpulkan malam ini. Karena aku hanya menggantikan Daddy untuk hari ini saja. Selanjutnya aku akan memantaunya dari jauh. Kamu mengerti Julian?"
Julian mengangguk mengerti. Biasanya David akan meminta saran Julian dan juga menerima beberapa masukan darinya guna menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tapi berbeda dengan Shera, keputusannya sungguh sulit terbantahkan.
Ditambah dalam kasus ini, merekrut beberapa staff untuk membuat sebuah tim? Ini bukan keputusan yang bisa dianggap remeh. Setidaknya pimpinan serta wakil pimpinan harus mengetahui tentang hal ini.
Shera seolah mampu membaca keraguan di wajah Julian.
"Nanti aku sendiri yang akan membicarakan ini dengan Daddy. Dan soal William, biarkan nanti Daddy yang mengurusnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE CHOICE "SHERA"
General FictionHidup kembali setelah kematian membuat Shera tidak mau meyianyiakan kesempatan kedua yang Tuhan berikan padanya. Bagai mimpi buruk bayangan itu terus terngiang dalam ingatannya. Shera terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan. Tubuhnya terus me...