7

57.1K 5.4K 57
                                    

Shera memasuki ruangan istirahat. Sebuah ruangan yang cukup luas disediakan oleh pihak rumah sakit bagi para dokter yang ingin beristirahat atau sekedar makan siang jika sedang malas ke cafetaria.

Bagi para dokter intern memang belum memiliki ruang pribadi khusus. Jadi mereka berkumpul di satu ruang bersama dokter lainnya.

Shera merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang. Hari ini benar benar melelahkan. Semalaman ia dan Risa menjaga IGD. Lalu pagi sampai siang ini dia membantu beberapa dokter melakukan operasi kecil sebagai asisten dokter bedah. Bahkan Shera belum sempat sarapan dan makan siang. Sampai saat inipun Shera belum pulang kerumah dikarenakan jadwal yang begitu padatnya. Tapi untuk besok dia izin libur selama sehari. Dia akan memanfaatkan waktu liburnya untuk tidur di ruang nyaman di mansion tentu saja. Selama tiga hari Shera harus puas dengan tidur sebentar di sofa ruang istirahat. Bahkan dia merasa kini badannya sudah sekaku manekin.

RS Royal International memang salah satu rumah sakit ternama di negara ini. Tak heran bila setiap harinya pasien selalu berdatangan tiada henti. Apalagi RS Internasional satu satu nya Rumah Sakit yang memiliki fasilitas trauma center terbesar.

Diraba nya kantong jas dokter, terselip satu bungkus biskuit kepingan. Lalu dia mulai menikmati biscuit itu.

Brakk

"Sheraaa yuhuuuu." Risa datang dengan membawa nampan.

"Kamu bikin kaget deh Ris. Untung jantungku kuat, ada apa sih? Apa yang kamu bawa itu?"

Risa meletakkan nampan diatas meja panjang ditengah tengah ruangan.

"Yaaa maaf. Soalnya aku dah keburu laperr gila Sher. Sini Sher, barusan aku pesan mie ayam depan rumah sakit. Mie ayam pak Broto yang legendaris itu. Aku beliin kamu satu."

Shera langsung meloncat dan memeluk sahabatnya, "Risaa My Love, ya ampyuuun kamu the best banget deh. Love you banyak banyak Risa."

Risa mencebikkan bibirnya sambil manyun, "Tadi aja kamu ngomelin aku. Sekarang muji muji aku." Cibirnya.

Shera melihat mangkuk mie ayam itu dengan mata berbinar, "Kok ada tiga mangkok Ris. Memangnya kamu beliin siapa lagi?"

Risa merotasikan bola matanya, "Emangnya kamu cukup makan satu mangkok? Enggak kan? Pasti cacing diperut kamu itu masih bergrrilya. Makanya aku belikan kamu dua. Gimana, baikkan aku?" Sahur Risa.

"Kamu memang bestie ter the best dah Ris. Coba kalau kamu cowok, udah kulamar kamu."

Risa menoyor kepala Shera, "Dasar, otak kamu isinya makanan semua."

Risa sangat menyayangi sahabatnya itu. Entah kenapa padahal mereka baru saja berkenalan tapi sudah langsung merasa akrab. Risa adalah anak dari salah satu pejabat di Indonesia. Sementara kakeknya adalah seorang menteri yang masih aktif di pemerintahan saat ini.

Ayahnya adalah seorang Gubernur di salah satu provinsi di Indonesia. Bahkan ayahnya menjadi kandidat terkuat dalam pencalonan Presiden untuk periode mendatang. Menjadi anak pejabat tak serta merta membuat Risa hidup dalam kesenangan dan kebahagiaan. Justru karena jabatan orangtua nya lah, Risa sulit menemukan teman yang benar benar tulus. Karena itu Risa memutuskan pindah ke kota ini lalu mulai bekerja disini. Bahkan tidak ada yang tahu kalau Risa adalah putri seorang Gubernur sekaligus cucu Mentri di Indonesia. Termasuk Shera, dia hanya tahu Risa adalah anak pendatang dari perantauan. Identitasnya benar benar ditutup rapat atas permintaan Risa sendiri. Tentu saja dengan memanfaatkan koneksi dari ayah dan juga kakeknya.

"Aku nggak nyangka jadi dokter ternyata semelelahkan ini. Ini sih namanya kerja rodi. Mentang mentang kita berdua intern disini, para dokter senior itu seenaknya memerintah kita terus." Dumel Risa dengan mulut penuh.

THE CHOICE "SHERA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang